Thursday, June 4, 2020

Jatuhnya moral pemimpin AS.



Bulan agustus 2008 di Apartement saya di Hong Kong jam dini hari saya menonton acara CNN yang membahas jatuhnya wallstreet akibat delistingnya Lehman. Saat itu saya sempat shock. Membayangkan posisi portofolio yang menyusut. Besok paginya ketika sarapan dengan Wenny di Conrad Hotel, saya membaca koran The Washington Post. Saya tertarik ulasan dari kolumnis, Jeffrey T. Kuhner. Saya tuliskan singkat paragrap yang menarik,

“ We are now facing more than just a financial mess; almost every other major institution is under threat. The political system is adrift; public schools are failing; the borders are porous; the intelligence agencies are dysfunctional; the inner cities are infested with drugs and gangs; the family is broken; and millions are fleeing their churches. In most of our institutions there is poor leadership. A survey by Harvard's Center for Public Leadership revealed 77 percent of Americans believe the country faces a leadership crisis; this is prevalent across 12 different institutions and leadership groupings. In the survey, Congress, the executive branch, the business community and the media ranked in the lower echelons. Democratic capitalism is based on widespread social trust - especially, trust in leaders. Without this confidence, the whole system threatens to unravel. The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal. “

Dari kalimat Jeffrey T. Kuhner itu ada enam hal penyebab jatuhnya wallstreet dan akhirnya menjadi krisis ekonomi di AS. Pertama, pendidikan yang gagal terutama tingkat sekolah. Kedua, perbatasan negara tidak terjaga dengan baik. Ketiga. Badan intelijen yang rapuh. Keempat, meluasnya penyakit sosial seperti narkoba, prostitusi, gangster, yang dipicu oleh pengangguran. Kelima, kehidupan rumah tangga yang rentan. Keenam, kehidupan beragama yang hambar. Banyak gereja yang kosong. Keenam hal itu penyebabnya adalah karena krisis kepemimpinan. Mengapa ? hasil survey dilakukan oleh Harvard, 77% orang AS percaya itu karena krisis kepemimpinan. Dari 12 lembaga yang di survey, Kongres/ DPR, pemerintah, komunitas bisnis, dan media massa mendapat peringkat terbawah dalam hal  moral. Karena itu mengancam sistem negara secara keseluruhan.

Jadi apa solusinya ? The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal, kata Jeffrey T. Kuhner. Artinya solusinya bukan pada kebijakan pemerintah tetapi itu soal moral dan spiritual. Saya 100% sependapat dengan Kuhner bahwa kejatuhan suatu peradaban atau bangsa karena jatuhnya moral dan bankrutnya spiritual. Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan Paul Kennedy penulis buku terlaris berjudul  “The Rise and Fall of the Great Powers” yang melihat kemunduran negara karena faktor ekonomi semata. Harus disikapi secara fundamental terhadap akar masalah. Dana stimulus tidak akan menjamin perbaikan ekonomi. Ini hanya mengobati rasa sakit tapi tidak menghilangkan sumber penyakit. Biang penyakit sebenarnya adalah ada pada kemorosotan moral para pemimpin. Jatuhnya Dinasti Qing di China, itu karena merosotnya moral pemimpin. Jatuhnya Khilafah Turki Ustmani yang berkuasa 6 abad, juga karena bangkrutnya spiritual para elite khilafah. 32 tahun Soeharto jatuh, juga karena elite orde baru terjebak dengan demoralisasi lewat KKN.

Chaos yang sekarang terjadi di AS, itu adalah bola salju yang berproses sejak tahun 90an tumbangnya bisnis dotcom yang memicu krisis ekonomi dan setelah itu krisis terus terjadi berulang ulang tanpa bisa direcovery. AS negara besar. Multi etnis. Kalau AS mau berubah dari segi moral dan spiritual, tidak butuh lama AS akan recovery dan bisa mempertahankan posisinya sebagai negara besar. Tetapi kalau pemimpin AS tidak menyadari ini, maka nasip AS akan sama dengan jatuhnya Khalifah Turki Ustamani, Dinasti Qing. Biasanya kesadaran itu selalu terlambat, dan dia menjadi sejarah yang kelam. Semoga AS tidak terlambat menyadari kesalahannya. 

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...