Monday, June 8, 2020

Elektabilitas Anies semakin merosot sejak ada COVID-19


Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei mengenai dampak politik dan ekonomi wabah Covid-19.  Sebelum pandemi, elektabilitas Prabowo Subianto masih yang tertinggi. Namun, elektabilitas Prabowo turun jadi 14 persen meskipun masih berada di peringkat pertama capres jika pilpres digelar hari ini. Sementara itu, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo naik lebih dari dua poin. Dari 9,1 persen pada Februari 2020 menjadi 11,8 persen pada Mei 2020. Anies Baswedan di Februari 12 persen kemudian jadi 10 persen. Ridwan Kamil naik cukup tajam, menjadi 7,7 persen. Jadi Prabowo, Anies, Ganjar, Emil, jaraknya sangat tipis sekali. 

Kemarin saya mendengar dari ponakan saya yang dagang di Tanah Abang. Menurutnya sejak ada PSBB usahanya macet dan kehidupan ekonominya jadi morat marit. Keluhan yang hampir sama saya dengar dari tukang Ojol, pedagang kaki lima, pekerja bangunan, dan lain lain. Semakin lama PSBB, semakin mereka terpuruk. Sebetulnya kalau PEMDA bisa melaksanakan program PSBB dengan benar dan konsisten, PSBB itu peluang bagus bagi kapala daerah untuk meningkatkan citra politik di hadapan rakyat. Karena pemerintah pusat memberikan peluang mereka menjadi sinterklas lewat realokasi APBD dan dana basos dari stimulus COVID-19. Namun bagi kepala daerah seperti Anies, dia lebih focus menjadi media darling. Padahal dalam situasi pandemic, rakyat engga butuh retorika. Rakyat butuh kinerja bahwa pemda peduli mereka. Uang bansos sampai ke mereka yang membutuhkan.

Sementara Ganjar dan Emil kegiatan jumpa pers kurang dilakukan tetapi media meliput mereka berdua ketika turun ke bawah menemui rakyat.  Cara mereka berdialog dan langsung memberikan solusi kepada rakyat, itu sangat berkesan bagi rakyat. Sementara Anies kegiatan blusukan itu sangat kurang sekali. Memang Anies mendapatkan simpati dari pers international. Bahkan dia dianggap Gubernur yang berani berbeda pendapat dengan Presiden dalam hal penanganan COVID-19. Bahkan media asing menyebut “ Calon presiden yang berani berbeda pendapat dengan presiden”. Tapi kan media asing engga ikut pemilu, dan tidak merasakan langsung dari dampak adanya PSBB.

Peluang Anies jadi Capres sangat berat. Karena dia bukan  kader partai. Peluang itu akan besar apabila Elektabilitas Anies diatas semua calon lainnya. Karena partai engga mau ambil resiko menggunakan capres yang elektabilitasnya tanggung. Apalagi JK sudah mengatakan “ butuh 100 tahun lagi calon di luar jawa bisa jadi presiden. “ Peluang Anies semakin jauh dan kalau pendukungnya begitu yakin, itu hanya besar angan angan saja. 

No comments:

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...