Saturday, May 30, 2020

Chaos di AS


Pegawai toko kelontongan menelpon polisi dan melaporkan Floyd membayar dengan uang palsu USD20. Petugas polisi Chauvin datang bersama rekannya. Polisi ini berkulit putih. Sementara Floyid berkulit hitam. Chauvin membanting Floyd dan meletakkan lututnya di leher Floyd selama lebih dari 8 1/2 menit.  "Aku tidak bisa bernapas”. Kata Floyd dengan merintih kesakitan seraya memanggil ibunya. Orang yang ada di sekitar itu terpana menyaksikan tanpa daya ketika Floyd, mantan atlet bintang sekolah menengah, terengah-engah tak bisa bernapas. Peristiwa itu direkam oleh saksi mata dan meng-upload ke sosial media. Viral!.

Jumat malam hingga sabtu kekacauan menyebar di Minneapolis, New York, Los Angeles , Atlanta, Washington. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan , menuntut keadilan atas pembunuhan George Floyd yang berusia 46 tahun. Beberapa demonstrasi meningkat menjadi kekerasan. Bank, pompa bensin, dan bahkan kantor pos dihancurkan. Penjarahan toko terjadi meluas. Mobil polisi dibakar dan bentrokan terjadi antara penegak hukum dan pengunjuk rasa. Seorang pria berusia 19 tahun terbunuh di Detroit. Pemerintah menerapkan jam malam dan memerintahkan tentara ambil bagian menstabilkan situasi. Namun tidak ditanggapi oleh pemrotes.

Apa yang terjadi di AS itu bukan hanya sekedar rasis tetapi lebih dari itu adalah puncak dari kekecewaan rakyat AS atas keadaan ekonomi yang tak kunjung pulih dan ditambah lagi dengan adanya pandemic COVID-19. Kegiatan bisnis Shutdown.  Ada 40 juta pengangguran di AS. Ini benar benar mimpi buruk bagi rakyat AS. Harga harga yang terus naik. Sementara pejabat pemerintah malah mengembangkan narasi bahwa kekacauan itu akibat ulah dari kartel narkoba. Bahkan Trumps sendiri dalam pidaato awalnya menyikapi chaos itu dengan nada keras. Akan menggunakan kekerasan terhadap pengacau. Padahal esensinya adalah soal perut dan keadilan yang tidak bisa dideveliry pemerintah AS. 

AS baru saja mengecam dibelakukannya UU Keamanan nasional terhadap Hong Kong. Dengan alasan kebebasan dan demokrasi. Namun justru di AS sendiri, pemerintah AS gagal menjadikan demokrasi melahirkan keadilan. AS mengecam polisi Hong Kong menggunakan gas air mata. Dikerusuhan itu, Polisi AS menggunakan gas Air untuk membubarkan massa. Dan satu orang meninggal. Padahal di Hong Kong walau dua tahun demo, tidak ada satupun demontran yang meninggal. Lantas masihkah kita percaya kaum hipokrit bicara keadilan kepada dunia, sementara mereka kepada rakyatnya sendiri tidak bisa berlaku adil. 

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...