Monday, July 13, 2020

Uang dan Kekuasaan itu racun.


Periode pertama Soeharto berkuasa, sangat bagus. Tadinya orang antri beli beras dan BBM, dalam 1 tahun udah engga lagi antri. Periode pertama Soeharto berhasil menstabilkan harga beras dan menjamin pasokan BBM. Periode kedua, making ngebut aja Soeharto. Infrastrutktur di bangun. Program SD inpres bagi 60.000 desa di bangun. Termasuk puskesmas. Tetapi masuk periode ketiga, keadaan tidak lagi se-ideal periode pertama dan kedua. Mulai muncul OKB. Apalagi periode ke empat dan ke lima, dimana anak anaknya sudah pada gede.  Mereka masuk ke bisnis. Saat itulah Soeharto yang periode pertama tidak lagi nampak. Dia cenderung paranoid.

Saya punya teman yang kehidupannya secara ekonomi sangat sederhana. Pekerjaannya engga jelas tapi istrinya Guru SD PNS. Suatu waktu tahun 2008, dia memperkenalkan saya dengan konglomerat yang mau beli blok minyak milik Pertamina di Libia.  Konglomerat itu perlu exit buyer setelah dia berhasil beli blok minyak itu. Hubungannya dengan konglomerat ini karena pamannya pejabat tinggi. Deal terjadi, saya sebagai exit buyer melalui dukungan dari relasi saya di London. Saya butuh 7 bulan urus transaksi sampai selesai. Karena komitmen, saya beri komisi kepada teman itu. Dari konglomerat itu juga dia dapat komisi. 

Tetapi dua tahun kemudian saya dapat kabar dia masuk penjara karena kasus Narkoba. Padahal sebelum terima uang komisi dia bukan pecandu. Setelah terima uang hasil komisi itu hidupnya berubah. Perubahan itu menimbulkan prahara bagi keluarganya . Dia kecantol wanita malam. Istrinya minta cerai. Setelah harta dan uangnya habis dikuras gaya hidup hedonis bersama wanita malam itu, diapun ditinggal oleh wanita malam itu. Dia miskin. Karena sudah kecanduan narkoba, uang tidak ada. Dia terpaksa jadi pengedar dan akhirnya tertangkap polisi. Berujung penjara. 

Saya datang ke penjara. Dia berkata “ Andaikan saya tidak pernah terima uang komisi dari kamu, mungkin sampai sekarang hidup saya akan baik baik saja. Keluarga tetap utuh dan tidak masuk penjara. Tetapi karena uang itu, saya berubah. Bukan menjadi baik malah membuat saya hancur. “ 

Kekuasaan dan uang sama. Sama sama racun kalau tidak bisa mengelola nafsu  dengan baik. Tetapi untuk bisa mengelola nafsu itu butuh proses. Engga bisa instant. Selama proses itu, kita akan menghadapi masalah kekurangan dan kelebihan. Berjalannya waktu, apapun yang terjadi, berlebih uang atau kekurangan, kita biasa biasa saja. Terbukti banyak orang punya uang hidupnya tetap sederhana. Tidak  terpengaruh karena uang. Jokowi hebat karena dia bisa mengelola nafsu kekuasaaan tanpa membuat dia euforia. Biasa saja. Kita perlu uang tetapi jangan tuhankan uang. Kita perlu kekuasaan, tetapi jangan tuhankan kekuasaan.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...