Wednesday, May 20, 2020

Sikap JK



'Hidup berdamai dengan virus Corona (COVID-19)' tidak tepat. JK mengatakan warga bisa sakit, bahkan meninggal dunia, jika terkena virus Corona. "Kalau namanya berdamai itu kalau dua-duanya ingin berdamai, kalau kita hanya ingin damai tapi virusnya ndak bagaimana? Jadi istilah damai itu agak kurang pas karena damai itu harus kedua belah pihak. Tidak ada kedamaian bagi mereka. You kena you bisa sakit bisa mati," kata JK dalam Webinar UI. Menurut JK, istilah yang lebih pas diungkapkan adalah perubahan pola hidup. JK mengajak masyarakat hidup dengan menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Corona.

Saya tidak melihat JK berbeda pendapat dengan pemerintah soal rencana pelonggaran PSBB dan akhirnya penghentia PSBB. Kalau ada perbedaan, itu hanya dari segi narasi Jokowi tentang “ berdamai” yang tidak pas menurut JK. Saya juga tidak melihat kesalahan pada istilah Jokowi “ berdamai “ dengan Corona itu. Itu bukan bahasa politik tetapi lebih kepada bahasa romantis antara seorang bapak kepada anaknya. Bahwa kalau tadi kita harus melakukan social distancing secara ketat, dengan menghentikan dunia usaha agar orang stay at home, namun secara perlahan namun pasti kita harus mau keluar rumah, memulai kehidupan secara normal walau masih dibayangi ancaman akan corona.

Ya kita berdamai dengan diri kita sendiri disituasi ancaman virus corona ini. Caranya? membiasakan diri mengikuti protokol kesehatan. Cuci tangan sesering mungkin, pakai masker, dan berusaha menjaga jarak, konsumsi vitamin C dan B. Serta disiplin dengan gaya hidup bersih. Jadi kita berdamai dengan Corona, dan kitapun berubah karena itu. Berubah dari segi gaya hidup. 

Tidak bisa dianggap bahwa sikap JK berbeda dengan Jokowi. Seakan JK jadi oposisi. Engga seperti anggapan para provokator anti pemerintah. Yang harus dicatat bahwa JK itu ketua PMI, yang memang punya tanggung jawab membantu pemerintah dalam menghadapi bencana termasuk pandemic COVID-19 ini. Yang harus dicatat juga bahwa JK lah yang mendesak MUI agar mengeluarkan pendapat keagamaan mengikuti protokol PSBB yang ditetapkan pemerintah. Kebayang engga kalau tidak ada pendapat keagamaan soal PSBB. Kan bisa terjadi benturan dengan umat islam. Apalagi larangan melakukan kegiatan keagamaan secara berjamaah itu sangat sensitif secara agama. Bisa berdampak kepada chaos politik.

JK sangat paham resiko ekonomi akibat kebijakan PSBB ini bagi Indonesai. Makanya dia berharap Jokowi tegas menerapkan protokol PSBB, agar PSBB itu cepat selesai dan kehidupan kembali normal. Engga bisa hanya tergantung Pemda menetapkan situasi PSBB, Pusat harus ambil alih. Karakter JK dan Jokowi memang berbeda. JK sangat pragmatis sementara Jokowi memilih cara akomodatif. Namun bagaimanapun JK tetaplah seorang  Politisi. Kedekatannya dengan Ormas Islam dan Anies juga mempengaruhi caranya bersikap terhadap kebijakan Jokowi.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...