Monday, December 2, 2019

Kilang BBM mulai di bangun



Tahukah anda, bahwa setiap tahun kita terlambat membangun kilang, kerugian kita sebesar Rp. 14 Triliun. Gimana hitungan kasarnya ? Konsumsi kita 1,4 juta barel sehari. Kilang hanya mampu mengolah maksimal 800 ribu sehari, sisanya harus diimpor baik impor bbm maupun minyak mentah. Jika dihitung secara kasar saja, harga minyak dunia di level US$ 65 per barel dikali dengan 600 ribu maka sehari dibutuhkan hingga US$ 40 juta untuk impor. Setahun itu bisa US$ 14 miliar. Merujuk ke 2017-2018, setiap US$ 1 yang kita impor jika dibikin kilang maka ada penghematan 5 sen dari US$ 1 tersebut. Jadi setiap terlambat bangun kilang, ada opportunity lost senilai US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Dahsat engga. Sebesar itulah sedikitnya yang masuk ke kantong pengusaha rente.

Setelah tertunda puluhan tahun, awal bulan ini dapat berita, bahwa pembangunan Grass Root Refinery (GRR) mulai di bangun di Tuban. Saat ini sudah ada 270 warga masyarakat yang dilibatkan proses restorasi pantai. Kelak proyek ini akan menyerap angkatan kerja sebanyak 20,000 orang dan 2500 tenaga ekspatriat. Multiflier nya akan mencapai 2 juta orang. Ya, Kota Tuban akan menjadi kota industri yang akan tumbuh cepat sama dengan Surabaya. Proyek kilang ini merupakan proyek yang di bangun dengan tekhnologi GRR dengan standar terbaik di dunia yakni Euro5, yang sangat ramah dengan lingkungan.

Total anggaran mencapai USD 15 miliar atau lebih dari Rp. 225 triliun. Skema pembiayaan proyek ini adalah skema penugasan atau pembiayaan korporasi, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 807K/12/MEM/2016 tertanggal 3 Maret 2016 dan Perpres Nomor 56 Tahun 2018. Artinya tidak ada pembiayaan dari APBN. Gimana konkritnya skema itu ? Pertamina menggandengan investor, dalam hal ini Rosneft Oil Company. Rosneft mengeluarkan pembiayaan EPC dan Supply guarantee crude oil dan Pertamina mengeluarkan pembiayaan pendamping, dan pengadaan lahan serta off take market BBM. Kemitraan ini berdiri diatas perusahaan patungan yang bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP). Komposisi saham Pertamina 55% dan Rosneft Oil Company 45%.

Berita bahagia ini merupakan great news belum sebulan Ahok jadi Komut. Semoga Ahok bisa mengawal proyek ini sampai selesai. Skema pembiayaan ini akan terus dikembangkan. Sampai dengan tahun 2026, total investasi untuk membangun kilang, dan petrokimia mencapai US$ 50 miliar. Itu semua pembiayaan di luar APBN. Pertamina akan menjadi perusahaan migas terbesar di Asia di luar Jepang, Korsel, dan Tiongkok. Kapasitas kilang BBM akan meningkat dari 1 juta barel per hari (bph) menjadi 2 juta bph minyak mentah. Sedang BBM yang dihasilkan akan meningkat dari 680.000 bph menjadi 1,7 juta bph. Kenaikan tajam akan terjadi pada produk petrokimia yang meningkat 11 kali menjadi 6,6 juta ton per tahun.

Tahun 2026 kita tidak lagi pengimpor BBM tetapi sudah jadi eksportir BBM dan Petrokimia. Defisit perdagangan dari BBM sudah tidak ada lagi. Kita berdoa semoga mimpi kemandirian BBM dapat terlaksana dan mafia migas dead.

No comments:

Jebakan hutang membuat kita bego

Politik Global dulu jelas. Seperti adanya block barat dan timur dalam perang dingin. Arab-israel dalam konflik regional di timur tengah. Dim...