Tuesday, August 13, 2019

Chaos di Hong Kong?


Hong Kong berbeda dengan kota lain di China.  Sejarahnya setelah perang tahun 1842, Hong Kong bagian dari koloni inggeris selama lebih dari 150 tahun. Kemudian, China menyewakan Pulau Hong Kong kepada Inggeris. Sementara Macao disewakan kepada Portugal. Hong Kong dikenal sebagai pelabuhan alam terbaik. Tahun 1950 ekonomi Hong kong lepas landas. Karena ketika itu China masih dalam keadaan tertutup. Hong kong tumbuh sebagai kota pelabuhan bebas dan pusat manufaktur. Ketika China dibawah Mao, banyak para pembangkang komunis yang melarikan diri ke Hong Kong. Mereka ingin lepas dari kemiskinan dan kekerasan tentara Komunis.

Kemudian, pada awal 1980-an, ketika tenggat waktu untuk sewa 99-tahun semakin dekat, Inggris dan Cina memulai pembicaraan tentang masa depan Hong Kong. China tidak ada niat untuk memperpanjang Kontrak sewa itu. Inggris harus keluar dari Hong Kong. Dan Hong Kong kembali ke China. Perundingan sangat alot. Akhirnya terjadi kesekapatan pada tahun 1984. Tahun 1997 , Hong Kong resmi kembali ke China. Tetapi dengan prinsip “ satu negara, dua sistem” Artinya, Hong Kong secara hukum berada di wilayah China namun urusan luar negari dan pertahanan tetap menjadi wewenang China. Diluar itu hak Hong Kong menerapkan hukum dibawah kondisi SAR ( special Authority Region)

Pada akhir abad ke-20, Hong Kong adalah pelabuhan terbesar ketujuh di dunia dan nomor dua setelah New York dan Rotterdam. Container Yard nya terbesar di Asia. Jumlah kapal yang bongkar muat terbesar kedua di dunia setelah Yunani Hong Kong Stock Exchange adalah yang terbesar keenam di dunia, dengan kapitalisasi pasar sekitar US $ 3,732 triliun. Namun pembatasan itu hanya berlaku selama 50 tahun. Setelah itu Hong Kong harus kembali ke China sebagaimana kota kota lain di China.  

Yang jadi masalah adalah perkembangan ekonomi Hong Kong dari tahun ke tahun terus melemah. Tingkat hutang pemerintah Hong  terhadap PDB mencapai 42%. Kalau ditambah hutang swasta, rasio hutang bisa mencapai lebih dari 100%. Sejak tahun 2017 sampai tahun 2018, Hong Kong mengalami defisi primer. Praktis secara akuntasi Hong Kong sudah bankrut. Walau pendapatan per kapita Hong kong mencapai USD 39.000 pertahun namun biaya hidup sangat mahal. 

China melihat perkembangan Hong Kong dengan sikap kawatir. Mengapa ? karena masalah Hong Kong adalah kejebak dengan sistem welfare state atas dasar demokrasi yang kebablasan. Menempatkan peran pemerintah lebih besar untuk kesejahteraan rakyat. Ini ongkosnya mahal sekali. Apalagi karena itu tidak menghasilkan rakyat yagn produktif, malah melahirkan generasi nyinyir. Bagi Cina ini udah jadul. Membuat negara diperas dan pertumbuhan berkelanjutan tidak terjadi, malah mundur.

Walau alasan dibalik tuntutan demontrans hong kong mengenai penolakan UU ekstradisi ke China daratan,  namun keributan di Hong Kong tidaklah murni dari semua rakyat. Keributan yang meluas dan lama itu tanpa dukungan by design dari Beijing tidak akan terjadi. Ini politik ala China. Chaos sengaja diciptakan secara terlokalisir namun berdampak international. Tujuannya adalah memberikan hak secara politik bagi Beijing untuk mempercepat pengembalian Hong Kong seperti kota kota lain di China, sehingga Beijing lebih mudah mengelola Hong Kong agar pertumbuhan dapat berkelanjutan. Aplagi saat sekarang secara politk Xi Jinping sangat kuat. Dia presiden. Ketua umum partai. Ketua dewan keamanan dan pertahanan. Ketua dewan hukum tertinggi. Praktis kekuasaan ada ditangannya.



No comments:

Masa depan IKN?

  Jokowi mengatakan bahwa IKN itu kehendak rakyat, bukan dirinya saja. Rakyat yang dimaksud adalah DPR sebagai wakil rakyat. Padahal itu ini...