Thursday, October 27, 2011

Siapa yang pantas jadi presiden RI?


Tadi ketemu dengan teman. Karena sudah cukup lama tidak bertemu, kami hanya bicara kosong dan santai di Starbuck. Tapi ada hal yang menarik ketika teman mengatakan kepada saya, lantas setelah SBY siapa yang pantas jadi pemimpin. Saya terdiam. Tidak jelas arah pertanyaannya. Bukankah ada banyak partai tentu ada banyak stock pemimpin yang siap menjadi orang nomor satu dinegeri ini. Tapi teman ini punya pandangan lain. Lihatlah kenyataan kini, katanya. SBY tidak sepenuhnya didukung oleh elite politik. Ongkos politiknya mahal sekali. Banyak kebijakan strategis tidak jalan secara sempurna. Kehidupan politik sejak SBY berkuasa tak henti dirudung persoalan politik. Kasus yan g muncul kepermukaan seperti air bah yang tiada henti dibicarakan membuat suhu politik selalu memanas. Ini jelas tidak sehat , simpul teman ini. Bagi saya tertarik dengan ungkapan “ongkos politik mahal sekali”

Menurutnya, setiap masalah yang muncul kepermukaan , menguras energy para executive dalam tugas birokrasinya dan membuyarkan konsentrasi pikiran para elite politik dalam tugas legislasinya. Disisi lain membuat aparat yang duduk dilembaga pradilan seperti Polisi, Jaksa, Hakim , juga dalam posisi bingung untuk menentukan standard keadilan bagi semua. Inilah harga dari system demokrasi. Kata saya menyimpulkan. Nah justru karena system demokrasi itulah , perlu ada solusi untuk membuat suhu politik menjadi dingin. Kita perlu sedikitnya dalam lima tahun sytem demokrasi kita kokoh dengan tujuan untuk kepentingan rakyat. Untuk itu diperlukan pemimpin yang menjadi inpirasi bagi semua partai, yang diterima oleh semua partai untuk duduk satu meja sebagai pendukung lahirnya tata Negara yang lebih baik, lebih sejuk, penuh kasih.

Mungkinkah, kata saya sambil tersenyum. Kalau mungkin siapakah pemimpin itu ? Teman ini mulai membuka analisanya bahwa Partai demokrat tidak punya lagi calon kuat seperti SBY. Tidak ada. Mencalonkan Ibu Ani sebagai Presiden jelas tidak menguntungkan bagi masa depan Partai Demokrat yang mengusung demokratisasi. Golkar,juga tidak mungkin menjual Aburizal Bakrie yang jelas punya track record buruk untuk tampil sebagai President. Semua rakyat tahu siapa itu Aburizal Bakrie. Gimana dengan Megawati? Teman ini berpendapat bahwa Megawati dianggap sudah out of date. Dulu ketika berkuasa juga tidak ada yang berarti diperbuatnya., Dan lagi dua kali ikut putaran Pilpres secara langsung, selalu kalah. Bagaimana dengan peluang Prabowo atau Wiranto ? Keduanya cukup qualified untuk jadi presiden namun track record nya tidak cukup baik untuk tampil ideal sebagai pemimpin.

Bagaimana kemungkinan Partai Islam? Tanya saya. Teman ini kembali tersenyum mengatakan bahwa Partai islam memang bagus dengan jargon politiknya tapi kasus korupsi dan moral yang menyeret para elite partainya semakin membuat rakyat tak lagi percaya. Walau tak banyak elite politiknya yang tersangkut kasus namun ini sudah cukup membuat rakyat tak lagi percaya. Maklum saja bahwa mungkin kalau Partai Non Islam berbuat tercela itu biasa tetapi tidak dengan Partai Islam yang mengusung soal akhlak mulia. Sedikit saja salah, itu akan mudah membuat rakyat loss trust. Seharusnya ini disadari oleh para kader partai Islam untuk bersikap istiqamah. Tapi mereka lupa dan akhirnya mengubur harapan rakyat yang memilihnya. Namun yang pasti, menurut teman ini, siapapun dari elite partai yang tampil sebagai presiden pasti akan menghadapi masalah tak beda dengan yang dialami oleh SBY ketika berkuasa. Berseteru dan tidak efektif.

Lantas siapa lagi yang pantas diterima oleh semua pihak dan akhirnya bisa mendamaikan semua pihak ? Tanya saya. Inilah yang harus dipikirkan jauh hari oleh para elite politik sebelum tahun 2014. Cukup sudah bertikai dengan menelan ongkos yang mahal.Begitu banya waktu terbuang sia sia. Terlalu banyak anggaran tak terserap. Dari kegaduhan ini, terjadi tarik menarik karena semua tersandera dengan kasus korupsi. Sudah saatnya mulai berpikir untuk rakyat. So, siapa yang cocok jadi pemimpin itu ? Tanya saya lagi. Teman ini tidak menjawab. Namun saya mendapatkan satu pencerahan dari dialogh sederhana ini, mungkinkah ini disadari oleh para elite politik negeri ini untuk perlunya kebersamaan demi kepentingan rakyat banyak. Akankah para elite politik ini dapat berjiwa besar untuk melahirkan proses politik yang memungkinkan tampilnya pemimpin yang didukung sermua pihak ?

Saya melihat arah pembicaraan kepada calon independent namun didukung oleh partai besar. Mungkinkah ini dapat terjadi ? Teman saya tersenyum. Dia merasa senang karena saya memahami arah pembicaraannya. Siapakah calon Independent itu? Dia bisa saja berasal dari tokoh masyarakat, professional. Bayangan saya kepada segelintir nama yang sudah dikenal luas oleh public , seperti Sri Mulyani, Safie Maarif , Mahfud MD atau lainnya. Namun segelintir nama inipun tidak mudah bisa diterima karena masing masing punya luka dengan elite partai. Lantas siapa ?Ah, dibalik tanya yang tak sudah, saya membatin, inikah cobaan bagi rakyat Indonesia yang terjebak dalam harapan yang sulit bersua dengan realita. Akankah kita mendapatkan hikmah dari situasi ini? Mari bersama sama menghidupkan lilin didalam hati kita, sambil berdoa semoga para elite melihat cahaya kebenaran. Ya, doa, walau itu adalah selemah lemahnya iman. Hanya itulah yang bisa kita perbuat.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...