Monday, October 17, 2011

Kekuasaan

Ronald Regan , dikenal sebelumnya sebagai bintang film dan juga bintang Iklan. Perjalanan karir berikutnya , sebagaimana umumnya seorang selebritis tak jauh dari dunia panggung. Diapun terpilih sebagai anggota DPR. Karirnya terus melaju dengan cepat. Sampai akhirnya dia terpilih sebagai Presiden AS dalam usia uzur. Begitulah AS, yang siapapun boleh bermimmpi menjadi apa saja. Ini Negara demokratis yang di huni oleh beragam etnis dan menempatkan HAM diatas segalanya. Walau sejarah AS yang kelam dimasa lalu, yang menjadikan keturunan Afrika atau dikenal dengan Negro dijadikan budak namun tak menghalangi Obama yang berayah asal dari Kenya untuk tampil memimpin bangsa yang disebut gudang Universitas terbaik didunia ini, dan juga dikenal sebagai Negara Super Power. Tidak ada yang tidak mungkin. Melihat AS , kita melihat bagaimana kekuasaan atau apa saja berada di etalage. Siapapun bisa membelinya asalkan ada uang. Money is the second god in their world.

Fenomena tentang kekuasaan bisa dibeli dengan uang, mungkin hanyalah mitos, kata mereka. Sayapun beranggapan sama. Karena demokrasi, punya standard dan system sendiri bagaimana orang terpilih untuk duduk dipuncak kekuasaan. Memang proses demokrasi memaksa orang bersaing untuk menjadi number one dan itu tentu membutuhkan dana tidak sedikit untuk kampanye namun tidaklah sampai diartikan bahwa kekuasaan bisa dibeli. Demikian saya berkeyakinan untuk berdamai dengan realitas. Suatu kebetulan mungkin, jauh dinegeri saya tercinta , ketika saya berada diruangan sauna disebuah pusat Spa terbaik, saya mendengar obrolan beberapa orang pengusaha yang namanya cukup dikenal di Indonesia. Mereka asyik bicara santai diruangan sempit itu. Salah satunya mengatakan bahwa dia sedang berusaha menjadikan salah satun Calon Gubernur di salah satu provinsi di Indonesia untuk tampi menjadi kepala Daerah. Mata saya tetap terpejam namun telinga saya mendengar obrolan mereka.

Mereka berkata bagaimana strategi menjadikan Cagub itu sebagai pemenang. Dari pemilihan calon, mereka sudah menggunakan data riset untuk menguji kualitas calon. Dan kemudian segala kelemahan calon dan kelebihannya diurai secara detail. Kekurangan calon ditutupi dengan konsep kampanye dan menggalang kekuatan kelompok kanan, kiri untuk menjadi pendukung setia. Kelebihan calon yang merupakan potensi calon, di tiup sebesar mungkin lewat pendapat para pakar dan tokoh masyarakat yang bisa dibayar untuk ngomong apa saja. Para LSM didekati untuk menjadi barisan setia calon tersebut. Bila semua strategi dan planning itu sudah dilaksanakan maka terakhir deal dengan partai digalang melalui pendekatan kepada para petinggi Partai. Deal disini bertujuan agar hanya calonnya saja yang terbaik dan menutup pintu bagi calon lain yang berpoteni kecuali calon yang gradenya dibawah calon mereka. Maklum UU memberikan hak penuh kepada Partai untuk menetapkan seseorang menjadi Calon Gubernur, termasuk calon Bupati/walikota.

Tentu semua itu dilakukan dengan all at cost. Uang dilempar keatas, kebawah, kesamping. Semua bicara uang dan uang. Ketika salah satu mereka bertanya berapa uang sudah ditebar. Pria yang duduk didepan saya menjawab dengan santai dan menyebut tentang bilangan uang. Bukan jutaan tapi miliaran dan itu bukan pula puluhan tapi ratusan. Saya terkejut. Tapi mata saya tetap tertutup seakan menikmati uap panas yang membuat keringat tubuh saya mengalir deras. Pria itu, berdiri sambil berkata bahwa apalah artinya uang itu dibandingkan dengan project raksasa yang sedang digarapnya di provinsi itu. Lantas apa jadinya bila setelah calon itu berkuasa dan ternyata tidak mendukung rencana bisnisnya. Bukankah itu sia sia. Apalagi setelah dia berkuasa, semua kekuatan ada ditangannya. Pria itu berkata, semuanya dilakukan dengan contract . Ini hanyalah permainan dagang , kata pria itu dan lagi calon itu tak punya visi apapun kecuali hanya ingin berkuasa dan hidup senang dari kekuasaan itu.. Tak ubahnya seperti kita memberi kokain kepada remaja. Sekali mereka menikmati kokain itu , selama itupula mereka jadi budak kita. Katanya sambil berlalu dari ruang sauna.

Ingat obrolan santai itu ,ingat siapa dibalik tampilnya Ronald Regan sebagai President. Mereka adalah konsorsium lembaga keuangan papan atas ,yang belakangan menciptakan skandal dimana mana. Namun tak satupun pemain kunci yang masuk penjara. Begitupula dengan Obama yang bisa ditebak siapa dibalik keberhasilannya menghuni gedung putih, yang terbukti setelah dia terpilih tak ada satupun pemain yang menjadikan AS mem bail out Perbankan masuk penjara. Proses investigasi terus berlanjut namun proses politik menghambat langkah Obama di parlemen juga berlangsung. Tarik menarik dan akhirnya kompromi terjadi untuk saling berdamai.Tak ubahnya seperti Century Gate yang tak berhasil menggiring pelaku utama dibalik kasus itu kecuali menjadikan segelintir pion sebagai terpidana. Ini semua karena system yang dibangun oleh kekuatan permainan business dibalik kekuasaan.

Saya sempat termenung. Betapa tidak? BIla kekuasaan adalah komoditi maka tentu aturan dan Undang Undang pun akan menjadi komoditi. Gedung DPR akan menjadi bursa. Partai akan menjadi settlement agent. Para LSM dan Pengamat akan menjadi broker. Dan rakyat akan menjadi bukan apa apa lagi. Karena konsumen dari komoditi itu bukanlah rakyat tapi pengusaha yang selalu berpikir menjadi penguasa sejati untuk berkuasa diatas segala sumber daya yang ada. Dari waktu kewaktu , penjajahan tak pernah lekang didunia ini. Walau zaman berganti namun penjajahan selalu hadir dalam bentuk dan rupa berbeda. Sumber persoalan adalah karena memperturutkan hawa nafsu yang tak ada habisnya dan ini sumber bencana peradaban, yang sudah dibuktikan oleh sejarah, termasuk Al Quran bercerita banyak tentang ketamakan yang berakhir pada kehancuran. Sadarlah !

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...