Thursday, October 27, 2011

Siapa yang pantas jadi presiden RI?


Tadi ketemu dengan teman. Karena sudah cukup lama tidak bertemu, kami hanya bicara kosong dan santai di Starbuck. Tapi ada hal yang menarik ketika teman mengatakan kepada saya, lantas setelah SBY siapa yang pantas jadi pemimpin. Saya terdiam. Tidak jelas arah pertanyaannya. Bukankah ada banyak partai tentu ada banyak stock pemimpin yang siap menjadi orang nomor satu dinegeri ini. Tapi teman ini punya pandangan lain. Lihatlah kenyataan kini, katanya. SBY tidak sepenuhnya didukung oleh elite politik. Ongkos politiknya mahal sekali. Banyak kebijakan strategis tidak jalan secara sempurna. Kehidupan politik sejak SBY berkuasa tak henti dirudung persoalan politik. Kasus yan g muncul kepermukaan seperti air bah yang tiada henti dibicarakan membuat suhu politik selalu memanas. Ini jelas tidak sehat , simpul teman ini. Bagi saya tertarik dengan ungkapan “ongkos politik mahal sekali”

Menurutnya, setiap masalah yang muncul kepermukaan , menguras energy para executive dalam tugas birokrasinya dan membuyarkan konsentrasi pikiran para elite politik dalam tugas legislasinya. Disisi lain membuat aparat yang duduk dilembaga pradilan seperti Polisi, Jaksa, Hakim , juga dalam posisi bingung untuk menentukan standard keadilan bagi semua. Inilah harga dari system demokrasi. Kata saya menyimpulkan. Nah justru karena system demokrasi itulah , perlu ada solusi untuk membuat suhu politik menjadi dingin. Kita perlu sedikitnya dalam lima tahun sytem demokrasi kita kokoh dengan tujuan untuk kepentingan rakyat. Untuk itu diperlukan pemimpin yang menjadi inpirasi bagi semua partai, yang diterima oleh semua partai untuk duduk satu meja sebagai pendukung lahirnya tata Negara yang lebih baik, lebih sejuk, penuh kasih.

Mungkinkah, kata saya sambil tersenyum. Kalau mungkin siapakah pemimpin itu ? Teman ini mulai membuka analisanya bahwa Partai demokrat tidak punya lagi calon kuat seperti SBY. Tidak ada. Mencalonkan Ibu Ani sebagai Presiden jelas tidak menguntungkan bagi masa depan Partai Demokrat yang mengusung demokratisasi. Golkar,juga tidak mungkin menjual Aburizal Bakrie yang jelas punya track record buruk untuk tampil sebagai President. Semua rakyat tahu siapa itu Aburizal Bakrie. Gimana dengan Megawati? Teman ini berpendapat bahwa Megawati dianggap sudah out of date. Dulu ketika berkuasa juga tidak ada yang berarti diperbuatnya., Dan lagi dua kali ikut putaran Pilpres secara langsung, selalu kalah. Bagaimana dengan peluang Prabowo atau Wiranto ? Keduanya cukup qualified untuk jadi presiden namun track record nya tidak cukup baik untuk tampil ideal sebagai pemimpin.

Bagaimana kemungkinan Partai Islam? Tanya saya. Teman ini kembali tersenyum mengatakan bahwa Partai islam memang bagus dengan jargon politiknya tapi kasus korupsi dan moral yang menyeret para elite partainya semakin membuat rakyat tak lagi percaya. Walau tak banyak elite politiknya yang tersangkut kasus namun ini sudah cukup membuat rakyat tak lagi percaya. Maklum saja bahwa mungkin kalau Partai Non Islam berbuat tercela itu biasa tetapi tidak dengan Partai Islam yang mengusung soal akhlak mulia. Sedikit saja salah, itu akan mudah membuat rakyat loss trust. Seharusnya ini disadari oleh para kader partai Islam untuk bersikap istiqamah. Tapi mereka lupa dan akhirnya mengubur harapan rakyat yang memilihnya. Namun yang pasti, menurut teman ini, siapapun dari elite partai yang tampil sebagai presiden pasti akan menghadapi masalah tak beda dengan yang dialami oleh SBY ketika berkuasa. Berseteru dan tidak efektif.

Lantas siapa lagi yang pantas diterima oleh semua pihak dan akhirnya bisa mendamaikan semua pihak ? Tanya saya. Inilah yang harus dipikirkan jauh hari oleh para elite politik sebelum tahun 2014. Cukup sudah bertikai dengan menelan ongkos yang mahal.Begitu banya waktu terbuang sia sia. Terlalu banyak anggaran tak terserap. Dari kegaduhan ini, terjadi tarik menarik karena semua tersandera dengan kasus korupsi. Sudah saatnya mulai berpikir untuk rakyat. So, siapa yang cocok jadi pemimpin itu ? Tanya saya lagi. Teman ini tidak menjawab. Namun saya mendapatkan satu pencerahan dari dialogh sederhana ini, mungkinkah ini disadari oleh para elite politik negeri ini untuk perlunya kebersamaan demi kepentingan rakyat banyak. Akankah para elite politik ini dapat berjiwa besar untuk melahirkan proses politik yang memungkinkan tampilnya pemimpin yang didukung sermua pihak ?

Saya melihat arah pembicaraan kepada calon independent namun didukung oleh partai besar. Mungkinkah ini dapat terjadi ? Teman saya tersenyum. Dia merasa senang karena saya memahami arah pembicaraannya. Siapakah calon Independent itu? Dia bisa saja berasal dari tokoh masyarakat, professional. Bayangan saya kepada segelintir nama yang sudah dikenal luas oleh public , seperti Sri Mulyani, Safie Maarif , Mahfud MD atau lainnya. Namun segelintir nama inipun tidak mudah bisa diterima karena masing masing punya luka dengan elite partai. Lantas siapa ?Ah, dibalik tanya yang tak sudah, saya membatin, inikah cobaan bagi rakyat Indonesia yang terjebak dalam harapan yang sulit bersua dengan realita. Akankah kita mendapatkan hikmah dari situasi ini? Mari bersama sama menghidupkan lilin didalam hati kita, sambil berdoa semoga para elite melihat cahaya kebenaran. Ya, doa, walau itu adalah selemah lemahnya iman. Hanya itulah yang bisa kita perbuat.

Saturday, October 22, 2011

Belajarlah...

Teman saya sebagai konsultan project mengatakan bahwa konsep jalan Toll di ASIA pertama kali diterapkan oleh Indonesia tahun 1978, dengan diawali pembangunan Toll Jagorawi. Sampai kini ruas jalan Toll dibangun baru mencapai 700 KM. Sementara China membangun jalan Toll diawali tahun 1980 dan kini panjang ruas jalan Toll telah mencapai 46,000 KM atau setiap tahunnya terbangun sepanjang 1500 KM. Amerika sebagai Negara penggagas privatisasi jalan darat dikalahkan oleh China , yang kini merupakan Negara yang memiliki jalan Toll terpanjang didunia setelah AS. Namun yang harus dicatat bahwa bagi China jalan Toll tak lain hanyalah jalan alternative bagi pengguna jasa yang ingin cepat , nyaman namun mau keluar uang. Semenata Jalan utama tetaplah disediakan oleh Negara yang bebas biaya. Dan ini terus dibangun dengan dukungan berbagagai sarana alternative transfortasi seperti Rell Kereta untuk layanan train missal. Beda dengan kita , jalan Toll sebagai solusi penyediaan Jalan darat. Yang sehingga terkesan pembangunan jalan umum bebas biaya dibuat ala kadarnya.

Mengapa China begitu cepat membangun jalan Toll , padahal idiologi mereka adalah komunis sosialis yang tak punya konsep utama privatisasi sarana umum. Persoalannya tidak melihat kepada idiologi. Kapitalisme hanya dipandang sebagai sebuah metode membangun dan bukan idiologi., Penerapannya tetaplah bergantung dengan platform sosialis komunis. China hanya memisahkan dengan jelas mana ranah bagi orang yang punya kemampuan berswasembada layanan umum dan mana yang belum mampu. Bagi yang mampu, Negara melepaskan diri dari social obligationnya dan ditransfer kepada mereka yang tidak mampu. Artinya, alokasi anggaran untuk mereka yang mampu di cross kepada mereka yang tidak mampu melalui penyediaan jalan Negara yang lebih baik. Semakin luas jalan toll dibangun untuk orang berduit semakin besar pula anggaran tersedia untuk menyediakan sarana bagi yang tidak mampu. Berjalannya waktu, orang yang tidak mampu ,menjadi mampu karena roda ekonom bergerak cepat akibat sarana jalan yang prima. Merekapun akan menjadi pelanggan jalan Toll.

Pola pendekatan inilah yang dijual kepada investor asing. Bahwa jalan Toll memang di rancang secara independent yang tidak ada campur tangan pemerintah dari segi tariff maupun biaya. Semua diserahkan kepada mekanisme pasar. Investor asing pun sadar bahwa pada waktu jalan Toll dibangun, negarapun akan terlibat membangun jalan alternative bagi yang tidak mampu agar ekonomi mereka bangkit untuk menjadi pengguna jalan Toll dikemudian hari. Ada future consumer by design yang diyakini oleh investor akan menjadi konsumen potensial, untuk menjamin Return investment. Disamping itu , memang keberadaan Toll di China sebagai property private. Seluruh asset , tanah maupun bangunan dimiliki oleh Investor. Artinya tak menghalangi bagi Investor untuk melakukan refinancing bila jalan Toll itu selesai dibangun. Beda dengan Indonesia, dimana investor hanya berhak atas konsesi bisnis yang menarik tariff dari pengguna jalan. Sementara investasi tanah , bangunan walau semua dana berasal dari investor namun secara hokum tetaplah pemiliknya adalah Negara.

Menurut teman banker, sangat sulit di binding asset Business Toll untuk memenuhi risk management. Kecuali untuk perusahaan pengelola jalan Toll yang sudah lebih dulu eksis. Itupun yang di binding bukannya asset Toll tapi saham atau Corporate bond, yang volume kapitalisasi sangat terbatas likuiditasnya. Itu senbabnya pemain baru jalan Toll , sangat sulit mendapatkan financial resource baik melaui investor institution maupun private placement. DItambah lagi , hamper sebagian besar pemilik konsesi jalan Toll adalah bukan investor real tapi hanyalah pencari rente, yang berharap mendapat deal fee dari real investor dan EPC. Disisi lain ada lagi yang membuat investor berkerut kening yaitu tidak mudahnya melakukan pembebasan tanah. Karena hak tanah tetaplah di pemeritah Daerah yang nota bene tidak mendapatkan PAD dari keberadaan Jalan toll itu. Ini juga salah satu sebab terjadinya restriction pembebasan lahan.

Jadi tidak terbangunnya jalan Toll sehebat China lebih disebabkan iklim investasi yang tidak konduktif. Iklim investasi tidak konduktif disebabkan kebijakan nasional soal privatisasi tidak jelas. Berada di grey area. Mau privatisasi namun kepentingan politik populis tak bisa dihilangkan atau tepatnya tidak punya grand design yang menjaga keseimbangan program privatisasi layanan public dengan Public Service Obligation yang harus disediakan pemerintah. Ya mencontoh china mungkin terlalu jauh digapai, tapi setidaknya berguru dari kesuksesan Malaysia yang awalnya belajar bangun jalan Toll dari Indonesia namun kini panjang ruas jalan Toll Malaysia ( 1200 KM ) lebih panjang dari Indonesia. Belajarlah untuk lebih baik , untuk rakyat tentunya.

Monday, October 17, 2011

Kekuasaan

Ronald Regan , dikenal sebelumnya sebagai bintang film dan juga bintang Iklan. Perjalanan karir berikutnya , sebagaimana umumnya seorang selebritis tak jauh dari dunia panggung. Diapun terpilih sebagai anggota DPR. Karirnya terus melaju dengan cepat. Sampai akhirnya dia terpilih sebagai Presiden AS dalam usia uzur. Begitulah AS, yang siapapun boleh bermimmpi menjadi apa saja. Ini Negara demokratis yang di huni oleh beragam etnis dan menempatkan HAM diatas segalanya. Walau sejarah AS yang kelam dimasa lalu, yang menjadikan keturunan Afrika atau dikenal dengan Negro dijadikan budak namun tak menghalangi Obama yang berayah asal dari Kenya untuk tampil memimpin bangsa yang disebut gudang Universitas terbaik didunia ini, dan juga dikenal sebagai Negara Super Power. Tidak ada yang tidak mungkin. Melihat AS , kita melihat bagaimana kekuasaan atau apa saja berada di etalage. Siapapun bisa membelinya asalkan ada uang. Money is the second god in their world.

Fenomena tentang kekuasaan bisa dibeli dengan uang, mungkin hanyalah mitos, kata mereka. Sayapun beranggapan sama. Karena demokrasi, punya standard dan system sendiri bagaimana orang terpilih untuk duduk dipuncak kekuasaan. Memang proses demokrasi memaksa orang bersaing untuk menjadi number one dan itu tentu membutuhkan dana tidak sedikit untuk kampanye namun tidaklah sampai diartikan bahwa kekuasaan bisa dibeli. Demikian saya berkeyakinan untuk berdamai dengan realitas. Suatu kebetulan mungkin, jauh dinegeri saya tercinta , ketika saya berada diruangan sauna disebuah pusat Spa terbaik, saya mendengar obrolan beberapa orang pengusaha yang namanya cukup dikenal di Indonesia. Mereka asyik bicara santai diruangan sempit itu. Salah satunya mengatakan bahwa dia sedang berusaha menjadikan salah satun Calon Gubernur di salah satu provinsi di Indonesia untuk tampi menjadi kepala Daerah. Mata saya tetap terpejam namun telinga saya mendengar obrolan mereka.

Mereka berkata bagaimana strategi menjadikan Cagub itu sebagai pemenang. Dari pemilihan calon, mereka sudah menggunakan data riset untuk menguji kualitas calon. Dan kemudian segala kelemahan calon dan kelebihannya diurai secara detail. Kekurangan calon ditutupi dengan konsep kampanye dan menggalang kekuatan kelompok kanan, kiri untuk menjadi pendukung setia. Kelebihan calon yang merupakan potensi calon, di tiup sebesar mungkin lewat pendapat para pakar dan tokoh masyarakat yang bisa dibayar untuk ngomong apa saja. Para LSM didekati untuk menjadi barisan setia calon tersebut. Bila semua strategi dan planning itu sudah dilaksanakan maka terakhir deal dengan partai digalang melalui pendekatan kepada para petinggi Partai. Deal disini bertujuan agar hanya calonnya saja yang terbaik dan menutup pintu bagi calon lain yang berpoteni kecuali calon yang gradenya dibawah calon mereka. Maklum UU memberikan hak penuh kepada Partai untuk menetapkan seseorang menjadi Calon Gubernur, termasuk calon Bupati/walikota.

Tentu semua itu dilakukan dengan all at cost. Uang dilempar keatas, kebawah, kesamping. Semua bicara uang dan uang. Ketika salah satu mereka bertanya berapa uang sudah ditebar. Pria yang duduk didepan saya menjawab dengan santai dan menyebut tentang bilangan uang. Bukan jutaan tapi miliaran dan itu bukan pula puluhan tapi ratusan. Saya terkejut. Tapi mata saya tetap tertutup seakan menikmati uap panas yang membuat keringat tubuh saya mengalir deras. Pria itu, berdiri sambil berkata bahwa apalah artinya uang itu dibandingkan dengan project raksasa yang sedang digarapnya di provinsi itu. Lantas apa jadinya bila setelah calon itu berkuasa dan ternyata tidak mendukung rencana bisnisnya. Bukankah itu sia sia. Apalagi setelah dia berkuasa, semua kekuatan ada ditangannya. Pria itu berkata, semuanya dilakukan dengan contract . Ini hanyalah permainan dagang , kata pria itu dan lagi calon itu tak punya visi apapun kecuali hanya ingin berkuasa dan hidup senang dari kekuasaan itu.. Tak ubahnya seperti kita memberi kokain kepada remaja. Sekali mereka menikmati kokain itu , selama itupula mereka jadi budak kita. Katanya sambil berlalu dari ruang sauna.

Ingat obrolan santai itu ,ingat siapa dibalik tampilnya Ronald Regan sebagai President. Mereka adalah konsorsium lembaga keuangan papan atas ,yang belakangan menciptakan skandal dimana mana. Namun tak satupun pemain kunci yang masuk penjara. Begitupula dengan Obama yang bisa ditebak siapa dibalik keberhasilannya menghuni gedung putih, yang terbukti setelah dia terpilih tak ada satupun pemain yang menjadikan AS mem bail out Perbankan masuk penjara. Proses investigasi terus berlanjut namun proses politik menghambat langkah Obama di parlemen juga berlangsung. Tarik menarik dan akhirnya kompromi terjadi untuk saling berdamai.Tak ubahnya seperti Century Gate yang tak berhasil menggiring pelaku utama dibalik kasus itu kecuali menjadikan segelintir pion sebagai terpidana. Ini semua karena system yang dibangun oleh kekuatan permainan business dibalik kekuasaan.

Saya sempat termenung. Betapa tidak? BIla kekuasaan adalah komoditi maka tentu aturan dan Undang Undang pun akan menjadi komoditi. Gedung DPR akan menjadi bursa. Partai akan menjadi settlement agent. Para LSM dan Pengamat akan menjadi broker. Dan rakyat akan menjadi bukan apa apa lagi. Karena konsumen dari komoditi itu bukanlah rakyat tapi pengusaha yang selalu berpikir menjadi penguasa sejati untuk berkuasa diatas segala sumber daya yang ada. Dari waktu kewaktu , penjajahan tak pernah lekang didunia ini. Walau zaman berganti namun penjajahan selalu hadir dalam bentuk dan rupa berbeda. Sumber persoalan adalah karena memperturutkan hawa nafsu yang tak ada habisnya dan ini sumber bencana peradaban, yang sudah dibuktikan oleh sejarah, termasuk Al Quran bercerita banyak tentang ketamakan yang berakhir pada kehancuran. Sadarlah !

Saturday, October 8, 2011

Sharing power

Korupsi , korupsi , lagi lagi korupsi berita Koran. Terlalu banyak kasus di negeri ini. Demikian sungut teman. Saya melirik kearah teman yang sedang asik membaca Koran di konsulat. Apakah tidak ada pikiran para elite selain bagaimana menjarah uang Negara. Dulu kita bersama sama menjatuhkan Soeharto karena kita kesal Negara seperti kerajaan yang dikelola oleh keluarga dan teman teman. Kita sebut ulah itu sebagai KKN. Ketika Soeharto jatuh , elite reformasi bangkit dari tempat pesembunyiaannya. Di senayan, para elite dibawah kekuasaan UUD 45 atas nama MPR mengeluarkan ketetapan tentang dibentuknya KPK. Ini amanah reformasi. Semua orang tahu dan semua orang berhak mengawal amanat ini. Demikian kata teman saya. Tak kita persoalkan soal demokrasi yang dirancang , yang pada akhirnya melibas MPR sebagai kekuasaan tertinggi di republic ini.

Tidak sampai disitu saja. Keliatannya para elite reformasi sudah memetakan dengan baik korupsi itu seperti apa. Hakim diawasi dengan ketat. Dibentuklah Komisi Yudisial. Kemudian agar tidak ada lagi kolusi antara pejabat dan pengusaha yang melahirkan monopoli bisnis seperti era Soeharto, maka dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU ), Mereka para elite juga sadar mereka manusia yang bisa lalai dan alfa dalam amanahnya membuat UU yang sehingga merugikan rakyat. Maka dibentuklah Mahkamah Konstitusi. Apakah itu cukup ? belum. Kita masih saja trauma dengan Soeharo yang membungkam PERS dan menjadikan TV hanya satu channel berita yaitu TVRI, yang menjadikan corong kebenaran hanya milik rezim. Maka UU kebebasan PERS dibuat agar bebas sebebasnya mengemban misi menyampaikan kebenaran.

Belum puas lagi, rakyatpun boleh mengorganisir dirinya mengawasi negara. Maka LSM tak perlu izin berbelit untuk berdiri kecuali cukup mendaftarkan diri. Kita trauma dengan ABRI yang melindungi rezim Soeharto maka ABRI yang kita cintai , yang terlatih baik secara structural untuk melahirkan pemimpin berkelas nasional harus keluar dari gelanggang politik dan masuk barak. Hanya sipil yang boleh berkuasa. Karena itu semua , tak kita persoalkan UUD 45 harus di amandemen. Semua kita berbulat hati untuk lahirnya perubahan. Era kebebasan bagi semua. Tak boleh siapapun sangat berkuasa di negeri. Ini sharing power. Presiden tak lagi sacral. Gubernur tak lagi sacral. Bupati ataupun walikota, tak lagi sacral. Semua bekerja diatas bara api. Tak nyaman memang, Makanya tak heran bila Pemerintah feeling uncomfortable lagi bekerja karena terlalu banyak pengawasan. DPR yang disebut orang terhormat pun sudah merasa tak lagi terhormat ketika banyak anggotanya masuk bui dan terakhir terdengar suara lantang dari anggota DPR yang ingin membubarkan KPK. Mereka anggap KPK sebagai teroris hanya karena pimpinan Banggar ( Badan Anggaran ) suspect terlibat korupsi.

Keliatannya 10 tahun reformasi berlalu, euphoria demokrasi yang dulu menjadi icon perjuangan kelompok menengah untuk tegaknya kebenaran, kebaikan dan keadilan , tak lagi menetramkan bagi elite yang berkuasa. Tak berlebihan bila ada salah satu anggota Partai Islam yang juga anggota DPR mengatakan Soeharto masih lebih baik ketimbang sekarang. Tentu rakyat yang tidak tahu banyak mulai bingung ditengah bertebarnya institusi pengawas dan sederet media massa yang lantang memberitakan tiada henti kebobrokan itu. Juga tak ketinggalan para LSM berbicara membawa suara para pengamat social politik dan ekonomi, bahwa elite politik tak becus mengurus Negara. Institusi berisi maling dan satu sama lain teriak saling tuduh maling Lantas apa sebetulnya yang terjadi ? mau dibawa kemana negeri ini. Salahkan demokrasi itu ? kalau salah , apalagi pilihan kita ? Apakah sosialis seperti komunis china yang membelenggu kebebasan dan mengclaim kebenaran hanya milik Partai atau monarkhi yang menjadikan pituah raja sebagai hukum tertinggi?

Soal pertanyaan ini saya teringat dengan ajaran guru saya ketika belajar ilmu tasauf. Beliau menyebutkan tentang hukum keseimbangan yang ada dalam diri kita. Beliau mengibaratkan jiwa kita adalah suatu komunitas yang dipimpin oleh tiga unsur kekuasaan. Yang pertama adalah Akal , kedua, nafsu, ketiga , Hati. Idealnya menurut Allah adalah gunakan akalmu sebagai pemimpin dalam dirimu. Namun jadikan hatimu sebagai hakim agung dan penasehat agung dan jadikan nafsu sebagai laskar/executive. Antara akal dan hati boleh berdialogh panjang tentang setiap persoalan sebelum diputuskan. BIla tak ada kata temu maka hati sebagai hakim agung akan meminta kepada akal untuk bicara langsung dengan penguasa tertinggi yaitu Allah lewat sholat istiqarah. Apabila sudah bulat kata dan mufakat maka tugas nafsu untuk melaksanakannya sesuai dengan will yang ditetapkan oleh akal. Soal ini nafsu ahlinya alias profesional dan memang jago menghadapi segala rintangan untuk mencapai tujuan sesuai kehedak akal yang sudah disesuai apa kata hati.

Jadi sebetulnya manusia itu struktur dan organisasinya dirancang Allah sangat demokratis namun yang menggerakan organisasi itu adalah jiwa yang memang dasarnya free will. Nah disinilah letak persoalannya. Kadang jiwa kita ingin agar Hati jadi penguasa tunggal maka jadilah kita manusia yang kurang struggle dan sedikit berpikir, sedikit spiritual sosialnya dengan lebih banyak berzikir. Ada pula , jiwa ingin akal menjadi penguasa tunggal maka jadilah kita manusia buta hati. Ada juga, Jiwa ingin nafsu berkuasa penuh maka jadilah dia manusia binatang yang hanya berperturutkan nafsu hewaninya. Andaikan susunan kekuasaan dalam diri kita itu sesuai dengan fungsinya masing masing tentu manusia itu akan menjadi sempurna. Begitupula, ,bila unsur kekuasaan kenegaraan itu berjalan sesuai dengan fungsinya masing masing ,tentu akan membuat Negara itu kuat, kokoh dalam keseimbangan.

Yang bikin runyam keadaan tata negara kita sekarang karena masing masing ingin lebih tampil berkuasa dan pengendali. Karena masing masing telah menempatkan nafsu sebagai pemimpin dirinya. Terus bersiteru. Tak ubahnya anak remaja dalam masa pancaroba. Namun negara kita tidak lagi remaja tapi sudah uzur. Kapan mau berubah?

Monday, October 3, 2011

Oportunis atau visioner ?

Tahun 80an ketika Bill Gate memulai gagasannya untuk mengembangkan bisnis Software berbasis Window, banyak orang menganggapnya gila. Mungkin ketika itu belum banyak orang tahu ide itu akan punya nilai dikemudian hari. Apalagi ketika itu IBM sudah merajai pasar computer yang dikenal dengan blue screen. Tapi tahun 1999 nilai pasar Microsoft sudah 3 kali dari IBM. Tidak ada satupun competitor di AS yang bisa menandingi Microsoft. Bahkan dunia mengatakan bahwa Microsoft telah tumbuh besar menjadi dictator Tekhnologi berbasis software yang membuat orang tidak punya pilihan lain. Seiring dengan itu, dunia kampus dan peneliti tampil dengan tesis baru bahwa cara kerja IBM salah, raksasa yang lambat. IBM tidak bergeming. Bahkan IBM bertindak lebih ekstrim dengan melepas bisnis PC kepada LENOVO raksasa computer dari China.

Tamatkah IBM setelah itu ? oh tidak! Louis Gerstner peminpim IBM yang diminta melakukan pembaharuan ditubuh IBM tentu punya strategi yang jitu dengan visi riset yang kuat. IBM berfocus kepada teknologi solusi terpadu serta pengadaan server canggih. Karena bagi Louis hanya itulah kekuatan yang tersisa ditubuh IBM dan juga itulah kekuatan IBM sedari awalnya. Adapun belakangan muncul PC itupun dilakukan tidak by design. Hanya mengikuti trend market. IBM sadar bahwa bisnis PC dan software akan terus berkembang yang tentunya akan bermunculan pemain baru untuk memadati pasar PC. Dan semua itu pada akhirnya membutuhkan layanan Server dan solusi IT yang terpadu. IBM jagonya disini.

Tahun 2000an bisnis internet mencapai booming. Microsoft mulai tak lagi lincah. Pasarnya stagnant. Sementara Google , Yahoo dan lain lain tampil semakin anyar. Ini awal bisnis aplikasi dan content tampil kedepan. Ketika orang sudah friendly dengan OS Window, orangpun menginginkan sesuatu yang lebih bermanfaat atas keberadaan OS window itu. Orang butuh informasi dan segala kemudahan mengakses informasi yang triliunan itu didunia maya. Google dan Yahoo tampil sebagai solution provider lewat search engine nya. Para investor melihat trend bisins aplikasi adalah masa depan dan Mincrosoft tak lagi menarik bagi investor. Untuk mempetahankan kekuatannya, Microsoft menggunakan cadangan labanya untuk melakukan expansi pengambil alihan bisnis aplikasi seperti Skype dan lain lan. Tapi ini tidak memberikan solusi menyeluruh bagi Microsoft untuk sustainable growth . Sikap ini tak ubahnya dengan dulu ketika IBM mencoba menjalin aliansi strategis dengan Microsoft dan berakhir pada pelepasan bisnis PC kepada Lenovo.

Walau APPLE exist lebih dulu dari Microsoft namun karena Microsoft awalnya didukung oleh aliansi dengan IBM , Microsoft berlari kencang melewati Apple. Bila Microsoft tumbuh dengan hebat justru Apple pernah bangkrut. Selama beberapa decade Apple tertinggal dibelakang Microsoft. Namun kini APPLE tampil didepan semua pemain. Itu disebabkan sedari awal APPLE tidak hanya menjual OS Mac tapi juga melakukan riset dibidang applikasi. Kini Apple bukan hanya tampil kuat dibisnis OS Mac tapi juga disemua applikasi. Bahkan Apple selalu didepan dalam tekhnolgi IT yang friendly. Computer tanpa mouse, tanpa keyboard adalah buah karya Apple untuk memberikan layanan system aplikasi yang memanjakan konsumen. Terbukti strategy Apple memang jitu. Sama halnya dengan IBM yang berfocus dengan strategy dan visi yang akhirnya menjadi something else.Pada penutupan 30/9/2011 berdasarkan data Bloomberg, nilai pasar saham IBM mencapai 214 miliar dollar AS, sedangkan Microsoft sebesar 213 miliar dollar AS. Sementara itu, Apple Inc kokoh di puncak dengan nilai pasar mencapai 362 miliar dollar AS.

Apa yang dapat kita pelajari dari perkembangan bisnis IT ini ? Teman senior saya yang bergerak dalam bisnis venture capital punya jawaban yang mungkin menarik untuk dicermati. Bahwa IBM, Microsoft, Apple didirikan oleh mereka yang berangkat dari ilmu pengetahuan yang mereka kuasai. Mereka bukan pedagang tanpa latar pendidikan keilmuan yang kuat. Mereka saisitis hebat. Namun sebagaimana IBM ketika ia terjebak dalam pragmatism mengikuti pasar yang bukan keahliannya, dia terpuruk dan akhirnya menyadarkannnya untuk kembali focus pada keahliannya. IBM unggul. Apple juga sama , walau jalan terseok namun mereka focus dengan keahliannya dan akhirnya unggul. Nah, Microsoft kini sedang dipersimpangan jalan. Apakah Microsoft akan tampil pragmatis dengan melahap competitor lewat kekuatan modalnya atau menggunakan resource nya untuk mengembangkan bidang keahliannya sendiri sambil melakukan sinergi dengan yang lainnya. BIla ini tidak segera disikapi oleh Microsoft maka hanya soal waktu Microsoft akan jatuh. Jatuh karena ketamakan.

Nabi pernah bersabda bahwa apabila suatu pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya maka akan hancur. Dalam kehidupan nyata itu adalah hukum alam. Seseorang yang punya keahlian dibidangnya tentu juga mempunyai visi (dreaming ) yang harus diperjuangkannya lewat pengabdian kerja keras. Pengabdian ini tidak hanya berhubungan dengan laba atau keuntungan materi tapi lebih daripada itu adalah keuntungan batin, dimana ilmunya bermanfaat bagi orang banyak. Keuntungan batin ini tidak bisa dinilai dengan apapun dan inilah puncak obsesi bagi setiap sainsitis yang terdidik dengan baik. Mereka yang berbuat dengan keilmuannya dan keahliannya adalah motor penggerak lahirnya peradaban maju dan beradab. Di china hampir semua industry diprakarsai oleh para ahli dibidangnya yang sebagian besar almamater China Academic Science

Rusaknya peradaban karena banyak orang bermental oportunis , menarik keuntungan materi semata dengan memanfaatkan para sainsitis untuk menghasil produk yang memeras dan menipu konsumen. Di sisi lain banyak orang tak terlatih memimpin akar rumput mencoba menarik peluang dari sistem demokrasi untuk tampil menjadi pemimpin, dan kemudian memanfaatkan orang terdidik baik dibidang ekonomi, social ,budaya, dan lain lain untuk melahirkan kebijakan yang memeras dan meminggirkan rakyat lemah.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...