Monday, April 3, 2023

FIFA korup dilingkaran Kriminal

 





Organisasi FIFA. Di tingkat teratas adalah presiden FIFA dan dewan pembuat keputusan, keduanya dipilih oleh 211 anggotanya, yang mewakili asosiasi sepak bola nasional. Setiap anggota juga memiliki satu suara dalam proses seleksi calon tuan rumah Piala Dunia. Sebelum 2016, kekuatan itu secara eksklusif ada pada 24 orang di komite eksekutif FIFA yang sekarang sudah tidak ada. Perubahan itu dimaksudkan untuk menghentikan tuan rumah menyuap pemilih, tetapi Bensinger menunjukkan bahwa itu tidak antipeluru. Penyuapan oleh bandar judi tidak bisa dielakan. Tetap saja terjadi. Buktinya sudah jelas Infantino kena kasus dan sempat dalam penyelidikan etika FIFA dan masih menghadapi penyelidikan kriminal di Swiss. Kok terpilih sebagai presiden FIFA.


FIFA menghasilkan sebagian besar uangnya dengan menjual hak siar TV, sponsor, dan lisensi untuk turnamen internasionalnya, seperti Piala Dunia, di mana kesepakatan komersial menghasilkan rekor $7,5 miliar AS selama empat tahun terakhir. Banyak sponsor lama, termasuk McDonald's, Coca-Cola dan Adidas, terjebak dengan FIFA melalui skandalnya. Sebagian besar dana FIFA didistribusikan kembali ke organisasi sepak bola nasional dan regional di seluruh dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, dengan sedikit pengawasan, jutaan dolar itu disalahgunakan oleh para pejabat FIFA, termasuk Chuck Blazer.  Sepanjang tahun 2015 saja, banyak pejabat tinggi FIFA, eksekutif FIFA ditangkap, menghadapi tuduhan penyuapan, penipuan, dan pencucian uang.


Kompetisi liga mesin uang. Kekuatan bisnis sepak bola ada pada kompetisi. Ada kompetisi lokal, nasional, regional dan international. Dari adanya kompetisi inilah mesin uang berputar. Pada setiap negara ada perkumpulan sepak bola dan mereka ini terhubung dengan FIFA sebagai induk organisasi sepak bula dunia. Nah karena event adalah mesin uang, maka kecenderungan korup pastilah ada. Dari tingkat perkumpulan nasional sampai ke level FIFA sekalipun. Tentu otak dibalik itu semua adalah para sponsor terutama bandar judi.


Tujuh tahun lalu, skandal korupsi besar-besaran menyebabkan penangkapan puluhan pejabat FIFA dan stakeholder. Dengan final Piala Dunia putra ditetapkan untuk Doha, Qata. Para kritikus mengatakan organisasi itu masih membuat orang luar tidak tahu apa yang terjadi di dalam bunker Swissnya. "Di mana pun Anda tidak bisa melihat ke dalam organisasi nirlaba seperti FIFA, disitulah semua kebohongan, kecurangan, dan pencurian terjadi," kata Mel Brennan, mantan pejabat di CONCACAF, badan pengatur FIFA untuk organisasi sepak bola di North dan Amerika Tengah dan Karibia. 


Pada turnamen di Qatar, tuduhan korupsi hampir sama terkenalnya dengan aksi di lapangan. Jaksa penuntut AS menuduh pejabat FIFA menerima suap sebagai imbalan untuk memilih tawaran kemenangan Qatar pada tahun 2010, serta Rusia, yang menjadi tuan rumah Piala Dunia pria 2018 dan Qatar tahun 2022. Makanya jangan  jangan dicoretnya Indonesia sebagai tuan rumah FIFA U20, karena last to minute janji menyuap FIFA engga juga tunai. Mungkin saja karena uang bandar judi ketahan PPATK. Makanya dibuat sandiwara aneh dengan alasan penolakan kehadiran timnas Israel oleh dua gubernur. Alasan current circumtance oleh FIFA atas dicoretnya Indonesia sebagai tuan rumah tidak jelas. Moga engga dijadikan alasan PSSI minta uang APBN untuk terhindar sanksi FIFA.


FIFA sendiri  menggembar-gemborkan  "reformasi ekstensif"  sejak 2016 di bawah presiden Gianni Infantino, termasuk perombakan kode etik dan perubahan cara pemilihan tuan rumah Piala Dunia. Tapi faktanya tahun 2021 Departemen Kehakiman AS memberi FIFA dan organisasi sepak bola lainnya $201 juta AS ($240 juta Cdn) sebagai kompensasi atas kerugian mereka sebagai "korban" dari berbagai skema korupsi oleh eksekutif mereka sendiri dan lainnya.


FIFA bukanlah sebuah perusahaan, juga tidak terikat dengan pemerintah mana pun. Ini adalah nirlaba multi-miliar dolar - yang memiliki lebih banyak negara anggota daripada Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Tidak ada sistem check and balance dalam sepak bola global," kata jurnalis Roger Bennett, co-host podcast sepak bola Men In Blazers dan World Corrupt. ”Tidak ada yang mengerti proses [FIFA]. Mereka tidak perlu menjelaskannya," kata Bennett. "Ini tak ubahnya  dengan kartel narkoba atau mafia, tapi bukan keduanya, karena beroperasi di siang hari, dengan legitimasi global.

No comments:

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...