Friday, April 21, 2023

Ganjar Pranowo Capres PDIP

 



Kalau akhirnya Megawati memilih Ganjar Pranowo, bukanlah karena tekanan dari pihak luar. Tetapi karena kehendak akar rumput PDIP sendiri. Walau tentunya ada juga tidak sependapat. Tetapi dalam sistem PDIP itu biasa saja. Hak setiap kader boleh berbeda pendapat. Tapi kalau sudah ada keputusan partai maka loyalitas mereka udah bersifat konstitusi. Tidak ada lagi perbedaan pendapat. Focus kepada satu tujuan dan satu drap langkah.


Bagaimanapun PDIP adalah partai politik. Tentu saja mereka berpolitik. Tidak polos amat. Pengalaman mengusung Jokowi sebagai capres  dan berkuasa selama dua periode jadi pelajaran mahal bagi PDIP untuk lengkah berikutnya. Partai harus bergerak kearah idiologi, bukan pragmatis. Makanya kompromi dengan koalisi mengusung capres tidak bisa terus dipertahankan. 


Megawati mengatakan bahwa kita menganut sistem presidenti yang tidak mengenal istilah koalisi mengusung presiden. Beda dengan sistem parlementer yang memang perlu koalisi untuk kursi perdana menteri. Tentu yang sangat kecewa dicapreskannya Ganjar oleh PDIP adalah koalisi Besar. Padahal semua tahu, awalnya Koalisi Indonesia Bersatu  dan kemudian Koalisi Besar berharap PDIP menggandeng mereka mengusung capres dan cawapres. Pilihan kepada Ganjar bukanlah pilihan pramatis dan kompromis. Tapi piilihan demi agenda idiologi.


Bagaianapun pemilihan Ganjar sebagai Capres bukanlah pilihan di ruang hanpa, Megawati tetap focus kepada ajaran Soekarno yang memadukan nasionalis dan Islam moderat. Walau idiologi berbeda namun visi kebangsaan sama. Tentu elok bagi NKRI. Makanya PDIP tidak mungkin membentuk pasangan 100% nasionalis. Dalam situasi global yang berubah dan penuh ketidak pastian memang diperlukan front nasional NASA ( Nasionalis dan Agama ) memimpin bangsa ini kedepan. 


Karenanya saya yakin, Ganjar akan berpasangan dengan wapres dari kelompok Islam. Itu pasti dari NU. Bagaimana dengan kofifah? PDIP sangat menghormati suasana keimanan sebagian umat islam yang belum bisa menerima pemimpin dari perempuan. Ini realitas politik. Jadi tidak mungkin berpasangan dengan Kofifah. Yang jelas calon wapres mendampingi Ganjar adalah pria. Kualifikasi nya adalah cendikiawan yang paham politik dan dikenal bersih, tidak terikat dengan orde baru. Yang lebih penting lagi  adalah cawapres ini orang pro demokrasi. Ya Mahfud MD. Tepatnya.


Dengan PDIP mengusung kadernya sendiri yang berpasangan dengan golongan islam, maka resiko polarisasi politik selama Pilpers bisa diredam. Akan jadi lawan yang tangguh berhadapan dengan Anies. Andaikan KIB bergabung dengan KIP mendukung Anies, tetap saja Ganjar bukan lawan yang mudah dikalahkan. 

No comments:

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...