Usai meeting dengan relasi di Semarecon, Saya dan Yuni duduk santai minum kopi di cafe “ Keadaan politik mudah dibaca. Ketika anggota dewan Fatwa MUI ditangkap, Anies mendapatkan dukungan dari MUI Jakarta. Sepertinya MUI Jakarta pengganti dari FPI yang sudah expired. Gaung penangkapan anggota MUI oleh Densus 88 itu sangat efektif membangun narasi persatuan umat yang sudah antipati dengan pemerintah. “ Kata Yuni.
“ Penangkapan itu baru awal dari dinamika politik ditingkat elite. Akan ada episode berikutnya sampai tahun 2024. Setidaknya lewat issue ini, Anies punya momentum untuk meraih dukungan luas umat, sama seperti dulu issue penodaan agama dalam kasus Ahok.” Kata Saya.
“ Jadi gimana peta politik ke depan? Tanya Yuni.
“ Tidak sulit memetakan politik di Indonesia. Ada empat besar kekuatan yang saling berhadapan. Kelompok merah, Kelompok kuning. Kelompok Hijau, dan Kelompok abu abu. Masing masing berada di front tersendiri. Yang menentukan kemana arah bandul politik bergerak tentu tergantung kelompok abu abu yang punya uang.
Dalam posisi saling berhadapan ini, bisa saja terjadi aliansi politik kelompok kuning dengan hijau. Maklum kelompok abu abu akan berusaha mengendalikan kekuasaan lewat uang. Artinya bila kelompok mereka tidak bisa dikendalikan, maka mereka akan merekayasa terjadi aliansi kuning dan hijau.
Itu sebabnya kelompok merah lebih dulu pastikan militer netral. Misal, politisasi agama tidak terjadi. Diantisipasi sebelum terjadi. Sehingga dipastikan terjadi keseimbangan antar kelompok. Dalam situsi ini, kelompok merah percaya diri bisa bertarung secara jujur dan adil di Pemilu nanti.
Di samping itu untuk menjinakan kelompok abu abu, akan ada trade off kasus BLBI dan skandal korupsi antar elite politik. Sehingga mereka tersandera untuk tidak bikin onar. Jadi praktis kelompok abu abu tidak akan efektif mendesign aliansi politik. Oligarki bisnis dibalik oligarki politik tidak akan terjadi. Mengapa ? karena semua elite dari semua kelompok sudah kekenyangan dan punya kasus semua. Tahun 2024 akan jadi ajang rekonsiliasi nasional alias berdamai dalam platform Pancasila.
“ Bagaimana dengan rakyat ? apakan akan ada perubahan yang lebih baik ? Tanya Yuni.
“ Sehebat apapun pemerintahan tidak akan bisa berbuat banyak untuk sebuah perubahan kepada kemakmuran. Tidak akan beda dengan sebelumnnya. Kecuali rakyat itu sendiri yang mau berubah. Ya tirulah rakyat China. Kehebatan China sebagai kekuatan ekonomi nomor wahid di dunia, itu bukan bukan karena pemerintahnya hebat tetapi karena rakyat hebat.
Caranya? focus kepada kerja dan produktifitas untuk kehormatan pribadi dan keluarga. Jadi mindset itu yang harus diubah. Engga usah terlau focus berharap kepada perubahan politik. Karena para elite itu ketika duduk bersama, mana ada pikiran mereka kirim uang ke rekening anda. Mereka hanya buat aturan tentang peluang bekerja dan bisnis, nah bersainglah mendapatkannya. Yang penting ukur diri sendiri. Apa nilai jual saya? Kalau engga ada nilai jual, ya sorry aja. Engga ada uang datang “ Kata saya.
Yuni tersenyum. “Selalu begitu kesimpulannya. “
“ Hidup ini sama seperti melihat wanita. Melihat keatas kosong. Melihat ke mata, jatuh hati. Melihat ke dada birahi. Melihat ke bawah.…. “
“ Ke bawah apa ? hayyoo jelaskan. “ Yuni melirik ke kiri dan kanan.
“ Engga lah. Ngapain pusing. Cari uang aja yang benar. “ Kata saya tersenyum. Engga berapa lama, Oma yang selesai shoping datang ke Cafe ajak saya pulang. Dah gitu saja
No comments:
Post a Comment