Monday, August 2, 2021

Tatanan dunia baru.?




Saya tidak sedang bercerita tetang teori konspirasi. Saya hanya ingin mengungkapkan tanya yang tak sudah atas peristiwa yang terjadi.  Semua ada dalam catatan harian saya.


Tahun 2008

Semua tahu krisis Wallstreet yang terjadi tahun 2008. Itu sama seperti badai besar yang menggoncang hampir seluruh dunia. Maklum Wallstreet terhubung

dengan financial center di London, Hong Kong, Singapore, Sydney, Dubai, Toronto. Lebih separuh aset hilang akibat CDS gagal bayar. Pemicunya adalah kredit perumahan yang dikemas dalam produk derivatif pasar uang berbentuk CMO. Dampaknya M-Eropa semakin terpuruk akibat gagal bayar hutang beberapa negara anggota. ASIA masih berusaha untuk bangkit. Dan AS terus berupaya keluar dari krisis.


Tahun 2018

Setelah Presiden AS berganti dari  Obama ke Trumps.  Keadaan ekonomi AS berangsur pulih. Bahkan PDB AS diawal kekuasaan Trumps tertinggi dibandingkan 2 periode kekuasaan Obama. Tetapi entah mengapa, keadaan semakin membaik itu dikacaukan Trumps. Tahun 2018 Trumps menerapkan kebijakan proteksionisme dengan menaikan pajak impor. Ini berdampak buruk bagi mitra dagang AS terutama Eropa dan CHina. Padahal yang jadi target AS adalah China. Sumber recovery ekonomi adalah pulihnya pasar komoditas. Trumps justru menabuh perang dagang dengan China. Pasar semakin sulit pulih. Lagi lagi dampaknya meluas bukan hanya  China tapi dunia. AS bahkan semakin terpuruk. Angka pengangguran tertinggi dalam sejarah AS. PDB drop jadi 2,2% pada  tahun 2019


Tahun 2019

Upaya damai perang dagang US-China belum terwujud,  Pandemi COVID-19 melanda. Berawal dari China dan akhirnya meluas ke seluruh dunia. AS mendapat rekor tertinggi dunia dari segi korban kematian dan positif COVID-19. AS sempat bersiteru dengan WHO. Menolak penanganan pandemi secara sains. Demo anti social distance meluas. Dampaknya terhadapap ekonomi dunia sangat buruk. Negara di dunia masuk ke jurang resesi ekonomi. Menurut IMF, Ekonomi dunia menyusut 5% pada tahun 2020.


Tahun 2021

Kemudian, pandemi belum usai. Pada 19 Juli, badai menghantam Kota Zhengzhou di Tiongkok. Curah hujan yang setara dengan curah hujan sepanjang tahun, sebesar 624 mm, menguyur kota itu hanya dalam satu hari. Akibatnya, 200.000 orang dievakuasi dan 33 meninggal dunia. Belum selesai urusan banjir, Tiongkok kehajar lagi, oleh Topan In-Fa yang menerjang pusat bisnis China, Shanghai, dan daerah pesisir di sekitarnya, hari Minggu 25 July 2021 kemarin.


Seminggu sebelumnya, bencana banjir di Jerman bagian barat meninggalkan jejak kehancuran. Banjir itu menewaskan 177 orang dan setidaknya 100 di antaranya belum ditemukan, sementara banjir di Belgia menewaskan 37 orang. Seperti China, kedua negara Eropa itu dilanda curah hujan yang luar biasa tinggi. Menurut Cina,  bencana alam terbesar dalam 1000 tahun. 


Ahli iklim dan sejarawan cuaca Maximiliano Herrera mengeklaim bahwa dalam setengah tahun 2021 sudah ada lebih dari 260 catatan suhu tinggi di 26 negara. Pecah rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dampak dari perubahan iklim yang ekstrim ini berdampak kepada ekosistem di planet bumi. Menurut Sri Mulyani, perubahan iklim ini akan mempengaruhi semua makhluk di dunia. "Sama seperti pandemi, tidak ada satu negara yang bisa escape atau bebas dari ancaman perubahan iklim ini," ujarnya.


Di tengah masalah besar dunia itu, masalah esensi tidak terjawabkan oleh dunia modern, yaitu sebagai berikut :


Pertama. Berkaitan denga Krisis wallstreet yang dipicu delisting-nya Lehman di wallstreet,  mengapa otoritas AS yang dikenal sangat prudent bisa kecolongan dan bahkan Menteri Keuangan AS, Henry Paulson engga paham apa itu CMO?. Mengapa tidak ada boss  First Class bank dan pejabat otoritas  yang masuk penjara. Padahal sudah terbukti pelanggaran sistem terjadi. Lucunya n CEO Lehman Brother sibiang kerok masalah, malah dapat bonus USD 250 juta. Yang masuk penjara hanya Madoft doang. Kedua. Dalam hal perang dagang AS-China. Apa alasan rasional Trumps? Padahal AS berhutang kepada China dan perdagangan AS tergantung pada China. 


Ketiga. Dalam hal Pandemi COVID-19, mengapa petisi agar pemerintah AS melakukan penyelidikan penutupan Lab Fort Detrick ( Lab Biologi AS milik Angkatan Darat)  tidak ditindak lanjuti. Mengapa tidak ada tindak lanjut investigasi terhadap Institut Virologi Wuhan. Keempat, Dalam bencana alam akibat perubahan iklim. Walau kemungkinan besar karena dampak rumah kaca. Tetapi perubahan ekstrim, itu tidak bisa menjawab pasti penyebabnya adalah pemanasan global. Mengapa sains tidak bisa membuktikan pasti dan karenanya tidak bisa prediksi perubahan  iklim. 


Kelima. Mengapa PBB tidak pernah meminta agar AS menutup progam senjata HAARP  (High Frequency Active Auroral Research Program). Padahal semua tahu bahwa HAARP senjata yang bisa merekayasa iklim dengan  cara menembakkan signal, listrik, dan frekuensi tertentu ke lapisan ionosfer. Sebuah alat yang dapat dengan mudah merekayasa iklim sampai pada tingkat extreme bahkan hingga menciptakan tornado, badai, banjir, bahkan tsunami.  China juga sejak 2018 menggandeng Rusia mengembangkan senjata pengendali cuaca.  Pengembangan senjata pengendali cuaca China bersama Rusia sudah melewati fase uji coba dan dinyatakan berhasil. Mengapa dunia tidak menghentikan program senjata itu? 


Mengapa? Mengapa?


Peristiwa besar tersebut menelan korban harta dan kemanusiaan. Tidak hanya terjadi di satu negara tetapi dunia. Lucunya wallstreet tumbang. Para orang kaya terus bertambah. Krisis dan resesi ekonomi melanda dunia, orang kaya terus bertambah. Pandemi melanda, orang kaya terus bertambah. Bencana iklim terjadi, orang kaya terus bertambah. Tidak ada pemimpin negara G20 yang meninggal karena COVID.. Tidak ada orang kaya menurut versi forbes meninggal karena COVID. Tidak ada banker firs class bank meninggal karena COVID. Yang meninggal rakyat jelantah dan yang jatuh mikin ya rakyat jelantah. Itu fakta. Mengapa ?  Saya bisa saja menyimpulkan bahwa ada kekuatan besar yang bermain dalam rangka menciptakan tatanan dunia baru. Itu bukan sekedar negara atau politisi tapi invisible hand..

No comments:

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...