Wednesday, September 30, 2020

Mereka punya chemistry egaliter. Mereka korban Politik.



Soetanti (Tanti) bukan wanita biasa. Di dalam dirinya mengalir darah bangsawan. Ayahnya bernama Moedigdo. Putra dari Koesoemodikdo. Bupati Pertama di Tuban. Tetapi ayahnya tidak mau melanjutkan tradisi bangsawan menjadi Bupati. Dia justru pergi merantau ke Medan. Ibu Tanti adalah  Siti Aminah. Dia adalah keturunan ningrat Minang dan sahabat sekolah Sutan Syahrir. Kecerdasan Soetanti memudahkan dia melanjutkan pendidikan kekedokteran di Jawa Tengah. Itu berkat bantuan biaya dari saudara sepupu ayahnya, R.M Susalit, yang juga putra tunggal dari RA Kartini. 


Tahun 1946 Soetanti sebagai mahasiwi kedokteran mendatangi Kantor Majalah Dua bulan Bintang Merah, di Jalan Purosari, Solo. Saat itu dia adalah akfitis kampus. Atas nama Sarekat Mahasiswa dia mengundang pimpinan Majalah itu memberikan ceramah di Kampus. Saat itulah dia berkenalan dengan seorang pemuda yang pendiam namun serius. Walau pria itu tidak bisa menggoda namun saat pemuda itu berceramah dengan pasih tentang filsafat Marxisme, mengurai revolusi Prancis dan Rusia, juga soal-soal politik mutakhir. Dia semakin kesengsem. 


Setelah itu hubungan Soetanti dengan pemuda itu semakin dekat. Namun kedekatan itu hanya sebatas formal. Pertemuan mereka hanya terjadi pada setiap acara.  Tidak pernah mereka berduaan khusus. Suatu ketika, seusai pidato, pemuda itu menghampiri Tanti, lalu menyerahkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Bapak Moedigdo, ayah Soetanti, seorang kepala polisi Semarang yang aktif di Partai Sosialis Indonesia. Surat itu ternyata surat lamaran. Pemuda itu menyampaikan niat meminang Soetanti. Moedigdo langsung setuju. Awal tahun 1948 mereka menikah. Ketika itu usia Soetanti 24 tahun dan Pemuda itu 25 tahun. Usia mereka berjarak hanya 1 tahun.


Siapa pemuda yang berhasil meminang Soetanti ? Dia adalah Achmad Aidit. Aidit adalah elite partai Komunis. Ayah Aidit dari Belitung, pendiri Nurul Islam beorientaasi kepada gerakan Muhammadiah. Ibunya dari Minang. Belum setahun pernikahan, pada September 1948  terjadi "Peristiwa Madiun", Aidit "buron". Yang menyedihkan, di saat suami buron, ayahnya tewas ditembak karena mendukung Amir Syarifuddin. Untuk menghidupi hari harinya Tanti buka praktek sebagai dokter. Tahun 1950 Aidit kembali ke Jakarta untuk membangun kembali PKI. Tanti ikut suaminya ke Jakarta. Pada tahun 1951 Aidit terpilih sebagai ketua Politbiro-eksekutif Partai. Sejak diangkat sebagai Ketua Partai, Aidit semakin sibuk. Dia jarang di rumah. Acap melakukan perjalanan ke luar negeri dan dalam negeri.


Kalau di rumah Aidit adalah suami yang egaliter. Tanti memanggil suaminya cukup dengan "Dit". Padahal semua orang sangat menghormati suaminya dengan tradisi feodal. Suaminya, selain ganteng, usia muda, berwawasan luas, cerdas , menyenangkan dan menghargai orang lain. Maka engga aneh bila Aidit disukai oleh banyak wanita. Namun Tanti sangat percaya akan kesetiaan suaminya. Aidit bukan tipe pria penggoda. Dia bahkan melarang elite partai PKI mempunyai istri lebih dari satu. Kalau terbukti ada anggota partai yang melakukan poligami, langsung dipecat. 


Setelah pecah G30S PKI, Soentanti mendengar kabar Suaminya ada di Boyolali. Dia menyusul ke sana. Tetapi tidak lama. Kembali lagi ke Jakarta. Di Jakarta dia keciduk oleh aparat. Sekitar 16 tahun Soetanti tidak berjumpa anaknya. Dalam sel ia kerap membuat baju untuk anaknya. Namun baju itu masih berukuran kecil, sepertinya dia tidak pernah tahu anak anaknya sudah berangkat dewasa. Tahun 1980 Soetanti lepas dari penjara. Tahun itu juga dia bertemu dengan ketiga anak laki lakinya dan berkomunikasi dengan kedua putrinya di Paris. Tanti masih sempat berpraktek sebagai dokter. Ia wafat pada 1991. Kini anak anaknya, Ilham jadi arsitek tinggal di Bandung, Irfan tinggal di Cimahi, Iwan menjadi warga negara Kanada. Kedua putrinya, Iba dan Ilya tinggal di Paris.


Apa yang saya tanggap dari sosok Soetanti? Dia lahir dari keluarga bangsawan yang menolak tradisi bangsawan atau feodal. Karena semua tahu bahwa penjajahan Belanda sekian ratus tahun, itu karena adanya tradisi feodal dalam masyarakat Indonesia. Jadi kalau mau jujur, sulit membedakan antara penjajahan formal kolonial dan penjajahan feodalisme. Karena keduanya saling melengkapi. Soetanti bertemu dengan Aidit yang punya pandangan egaliter, membuat dia bukan hanya mencintai Aidit tetapi chemistry mereka sama. Sama  sama anti feodalisme. 


Memang sosialis komunis percaya bahwa perubahan terjadi hanya mungkin melalu revolusi. Sebagaimana eksitensi Partai Komonis China yang walau sudah berkuasa era Mao, masih perlu melakukan revolusi kebudayaan, yang tujuannya menghancurkan budaya feodal dalam masyarakat. Nabi Muhammad salah satu misi utamanya adalah menghancurkan budaya feodal. Dan Nabi sendiri mempraktekan hidup secara egaliter. Jadi, idiologi hanyalah alat politik. Apapun bisa punya bendera. Agama hanya metodelogi barakhlak. Tetapi esensinya adalah bagaimana idiologi dan agama bisa efektif mengikis habis budaya feodal. Setidaknya para tokoh politik dan agama bisa hidup sederhana. Kalau itupun sulit, berhentilah rakus. Selagi sikap egaliter tidak ada, maka idiologi dan agama hanya jadi alat perbudakan kepada mereka yang lemah.

Thursday, September 24, 2020

Benarkah GN diberhentikan karena mengizinkan panayangan Film G30S PKI. ?



GN yang menyatakan ia diganti sebagai Panglima TNI karena menginstruksikan pemutaran film G30S/PKI di institusi TNI. Saya tidak tahu apakah benar issue yang dilempar ke publik itu. Namun kalau dilihat dari proses pemberhentiannya sudah pada moment yang tepat dan wajar. Pertama, GN masuk masa pensiun April 2018. Sementara dia berhenti tanggal 8 Desember 2017. Jadi tersisa 4 bulan masa jebatannya di TNI sebelum pensiun. Kedua, pergantian dipercepat karena tahun 2018 dan 2019 masuk Pilkada serentak dan Pilpres. Jadi wajar dipercepat. Karena Panglima TNI yang baru harus mempersiapkan TNI dalam mengawal tahun Politik, yang pasti memanas. Dan lagi kalau GN tetap dipertahankan sampai akhir usia pensiun dan diganti  dalam tahun politik, itu sangat riskan. Ketiga, jabatannya sebagai Panglima TNI memang singkat. Tetapi itu karena karir GN termasuk lambat dibandingkan Pangab lain.


Dengan alasan tiga tersebut, sulit bisa menerima alasan GN bahwa dia diberhentikan karena mengizinkan penayangan Film G30S PKI. Menurut saya pemberhentian GN itu murni alasan strategis dan UU TNI berkaitan dengan jabatan PATI. Di era Jokowi saya perhatikan, dia sangat konsisten menempatkan TNI sebagai politik negara. Bukan alat politik pemerintah. Itu tak lain untuk menjaga proses menjadikan TNI sebagai prajurit profesional tanpa terkait dengan politik. Walau GN waktu menjabat Panglima TNI pernah mengeluarkan wacana agar TNI kembali masuk ke politik. Itu tidak dianggap serius oleh Jokowi dan tetap konsisten menjaga marwah TNI sebagai prajurit profesional. 


Kemudian apa maksud tujuan GN mengeluarkan issue bahwa pemberhentianya karena mengizinkan penayangan Film G30S PKI. Menurut saya itu hanya politik. Karena GN tidak bisa menbuktikan darimana informasi dia dapat.  Itu hanya halu dia saja. Ya  biasa saja. Itu hak GN sebagai pensiunan TNI. Yang jadi pertanyaan, adalah mengapa issue PKI kembali dibuka? Ya hanya sekedar membangkitkan kisah lama dendam umat islam kepada PKI. Padahal masalah PKI itu murni politik. Sebelum PKI dibubarkan, ia adalah Parpol yang sah. Dan pernah menjadi 5 besar parpol berpengaruh. Dan karena politik juga PKI akhirnya tersingkir menjadi partai terlarang. 


Dalam kehidupan bernegara, patokannya adalah UUD dan hukum. Bahwa PKI itu sudah sah sebagai partai terlarang. Selesai. Tidak perlu terus diungkit ungkit. Sikap waspada itu ada pada Badan Intelijen TNI, yaitu Badan Intelijen Strategis ( BAIS) dan BIN. Tugas kedua lembaga ini melakukan operasi intelijen untuk menangkal setiap gerakan komunisme di Indonesia. Itu amanah UU dan Tap MPR. Engga perlu disampaikan kepada publik. Mengapa? karena negara hanya melarang Parpol PKI dan ajaranya disebarkan secara terorganisir. Namun tidak bisa melarang orang secara personal belajar tentang komunisme. Apalagi mencurigai keluarga ex PKI. Ini era demokrasi, bukan lagi era Soeharto yang diktator. 

Suka tidak suka, GN sedang investasi politik untuk karir dia di masa depan. Issue pemecatanya karena mengizinkan penayangan film PKI, seakan dia menempatkan dirinya sebagai korban yang anti PKI. Dan tentu dia menjadi idola Ormas dan oposisi serta umat islam yang masih menaruh dendam kepada PKI. Targetnya mudah ditebak. Yaitu PDIP. Berharap karena itu suara PDIP akan tergerus dalam Pemilu mendatang. Namun berpolitik semacam ini benar benar tidak mendidik rakyat dan cenderung memecah belah persatuan. Dan membuat polarisasi di tengah masyarakat semakin lebar. Politik kebencian dan dendam masih akan terus berkembang.

Monday, September 21, 2020

Penyakit dan kita.


Dulu tahun 1982, awal tahun tinggal di Jakarta. Saya sakit perut. Benar benar sakit. Oleh teman saya di bawa ke RS Pelni naik bajay. Sampai di UGD saya tunggu lebih dari 30 menit tidak ada dokter yang datang memeriksa saya. Tak lama kemudian, perawat bilang bahwa teman yang antar saya udah pulang duluan. Jadi siapa yang tanggung jawab. Padahal perut saya sakit seperti melilit. Tapi saya tidak menjerit. Badan saya berkeringat karena menahan rasa sakit. Akhirnya dokter periksa juga. Katanya saya usus buntu. Harus operasi. Saya bilang saya engga ada uang. Sayapun dibiarkan saja. Engga diladenin lagi. Ya sudah saya berdiri dari tempat tidur. Saya jalan keluar dari RS tanpa ada yang tegur saya. Saya naik bajay pulang.


Saya ingat dulu waktu kecil kalau saya sakit perut ibu saya minumkan susu encer ( Cap Beruang). Saya beli susu cap beruang di warung. Saya minum dua kaleng. Tak lama kemudian, ada dorongan besar dari perut saya. Seperti hendak muntah. Saya pergi ke kamar mandi. Sayapun muntah. Banyak sekali dan berbau. Setelah itu perut sakit hilang. Tapi perut masih terasa kembung. Badan masih panas. Ingat waktu kecil. Kalau badan saya panas. Ibu saya kasih saya biji pepaya campur madu. Sayapun beli pepaya. Saya ambil bijinya dan saya campur dengan madu. Dalam hitungan jam, sayapun BAB. Banyak sekali. Setelah itu benar benar perut saya lega. Rasa lapar datang. Panas turun drastis. Selesai.


Seumur hidup saya belum pernah di opname karena penyakit serius. Saya pernah di vonis jantung coroner. Sembuh dengan konsumsi jamu. Hasil medical check up, jatung saya clean. Bahkan walau saya perokok, hasi check up paru paru saya bersih. Karena sebulan sekali saya konsumsi kulit jeruk. Belakangan saya tahu di China ada kulit jeruk herbal. Itu saya beli stock untuk 5 tahun. Karena makin lama disimpan makin bagus khasiatnya. Saya pernah kena radang tengah otak. Sembuh tampa operasi. Saya konsumsi blackseed. Rempah rempah yang biasa istri saya pakai kalau masak rendang. Kalau kena radang sehingga panas. Saya konsumsi air kelapa muda dicampur dengan kuning telur ayam kampung. Hanya hitungan jam panas bisa turun.


Setiap hari saya konsumsi bawang putih yang difermentasi dengan madu. Itulah cara saya menjaga daya tahan tubuh. Mengapa saya ceritakan ini? Tuhan itu maha pengasih penyayang. Kalaulah untuk sehat orang harus kaya. Tentu Tuhan tidak adil. Untuk sehat engga perlu mahal. Obatnya ada disekitar anda. Dan itu tidak mahal. Mengapa SOP kesehatan itu mahal? Karena kesehatan sudah jadi bisnis. Ada RS yang butuh return investasi. Ada paramedis yang harus dibayar. Dan ada pedagang harus kaya raya dari industri obat dan alat kesehatan. Ada industriawan yang harus dapat laba dari biaya riset dan promosi yang mahal. Ada pejabat dan politisi yang butuh rente dari industri pharmasi.


Penyakit yang akhirnya membuat anda sekarat, itu datang dari jiwa yang rapuh. Makanya sebetulnya penyakit itu “pesan cinta dari Tuhan” agar kita kembali kepada Jiwa yang tenang. Berhentilah rakus! bukan hanya dalam soal perbuatan tetapi termasuk juga dalam pikiran. Dan kematian adalah pembelajaran agung dari Tuhan kepada kita semua. Bahwa kita itu fana. Tubuh hancur namun jiwa kita kembali kepadaNya.  Mengapa harus memanjakan tubuh? Peliharalah jiwa. Itulah hakikat kita sebagai manusia. Paham ya sayang.

Monday, September 7, 2020

Orang kaya yang sangat miskin.



Rasul. Namanya bersanding dengan nama Allah di pintu Sorga. Hidupnya sangat bersahaja. Ia harus menjahit sendiri pakaiannya yang robek. Tidur beralaskan tikar. Rasul sebagai pemimpin umat dan pemerintah, tentu tidak sulit hidup bermewah. Namun, sebagai manusia agung, kemegahan tidaklah bermakna. Rasulullah ingin menunjukkan kesederhanaan dan sifat qanaah (puas hati), yang merupakan kekayaan yang hakiki. Rasulullah pernah bersabda, "Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan iman dan dicerminkan dalam sifat qanaah."  Bersifat qanaah berarti menerima ketentuan Allah dengan sabar, dan menarik diri dari kecintaan kepada dunia. Iman, kesederhanaan dan qanaah adalah sesuatu yang tidak boleh dipisahkan. Seorang mukmin akan bersikap sederhana dalam hidupnya, dan kesedehanaan itu ditunjukkan daripada sifat qanaahnya.

Nelson Mandela sukses menumbangkan Rezim Apartheid dan akhirnya melakukan perubahan system kekuasaan yang lebih demokratis karena kerendahan hatinya dan menolak kekerasan dengan memaafkan orang yang menzoliminya terlebih dahulu. Mahatma Ghandi di India mampu merebut kemerdekaan India dengan menawarkan kesederhanaan dan Anti kekerasan. Tak ubahnya dengan tokoh dunia lainnya seperti ibu Teresa, Martin Luther King dan lain lain. Para pendiri negara kita adalah orang hebat  yang rendah hati.  Mereka mengutamakan perdamaian atas dasar kebinekaan. Tidak mungkin persatuan Indonesia dapat terjelma bila satu sama lain yang berbeda saling membenci dan memusuhi.

Orang terkaya di dunia seperti Bill Gate punya jam tangan seharga USD 10. Jeff Bezos,  boss Amazon hidup sangat sederhana. Mobil yang ia gunakan yaitu mobil Honda Accord, selain itu ruangan kerjanyapun sangatlah sederhana, hanya ada meja kayu dan karpet kotor. Warrent Buffet adalah seorang investor sejati. Walaupun kaya raya Warrent Buffet masih hidup sederhana, ia masih tinggal di rumah tua yang ada di Omaha yang ia beli tahun 1958 seharga US$ 31.500, begitupun dari segi kendaraan, ia tidak membeli mobil lamborghini seperti kebanyakan orang kaya lainnya, ia hanya memiliki mobil Cadillac XTS tahun 2014 dengan harga US$ 44.600 saja. Mark Zuckerberg pemilik media sosial facebook, ia lebih memilih hidup sederhana. Ia lebih suka memakai kaos oblong dan sepatu skate dalam berbagai kesempatan. Ruang kerjanya sama dengan karyawan lain.

Bersama istri saya keluar dari Loby Grand Hyatt. Sambil nunggu kendaraan datang kami ngobrol di loby. Ada mobil inova berhenti di depan Loby. Turun pria muda dengan senyum tipis melangkah cepat ke dalam hotel. Pakaiannya sederhana.“ Mama tahu siapa yang barusan keluar dari mobil Inova itu ?
“ Engga. Siapa ?
“ Itu dia Direktur dan pemegang saham pengendali BCA”
“ Ah masak iya. “
“ Ya. Armand Wahyudi Hartono. Putranya pak Robert Budi Hartono. Keluarga terkaya nomor 1 di Indonesia.
“ Oh hebat ya.”
“ Ya hebat itu bukan hartanya tetapi dia bisa hidup sederhana dengan segalam kemelimpahan harta yang ada. Itu engga gampang”

Hampir semua pengusaha yang pernah berurusan dengan Keluaga Pak Budi, tahu bagaimana anak-anaknya sangat menghargai waktu, pada pertemuan dan acara apa pun. Punya integritas hebat. Namun selalu tampil sederhana. Tidak pernah lupa mengucapkan terimakasih kepada siapapun. Semua generasi muda keluarga Djarum memang hidup sederhana. Itu berkat didikan dari orang tua mereka. Bagaimana seharusnya menjalani hidup. Bukan harta yang jadi ukuran tetapi manfaat hidup bagi orang banyak.

Kalau melihat keteladanan Rasul dan keluarga kaya raya seperti cerita diatas. Kemudian kita melihat kehidupan glamor keluarga orang kaya lainnya,  itu sangat memalukan. Dengan tampa malu mereka mempertontonkan kehidupan mewah itu di sosial media. Tas seharga puluhan ribu dollar. Kendaraan mewah. Rumah mewah. Makan malam yang mewah. Orang kaya dari kalangan pengusaha atau pejabat, memang kadang kekayaan itu jadi racun bagi keluarga dan anak anaknya. Bukannya harta membuat mereka bersyukur dengan hidup sederhana dan berbagi. Tetapi justru seakan jadi kutukan bagi anak dan keluarga. Bahkan sebagian besar mereka terjebak dengan kehidupan sex yang menyimpang dan narkoba.

Kalau secara ekonomi hidup anda tidak beruntung, hidup sederhana bukan soal pilihan. Takdir mengharuskan anda hidup dalam kesederhaan. Kalau anda melewatinya dalam kesabaran dan penuh prasangka baik maka Tuhan akan memberkati hidup anda. Badan anda akan sehat dan hidup akan melimpah dalam kecukupan secara spiritual.

Tetapi bila secara financial anda freedom, anda bisa hidup sederhana melepaskan diri dari kemewahan hidup, itu adalah pilihan. Tetapi pilihan yang tidak mudah. Karena yang tersulit menahan nafsu ketika harta berlebih diberi Tuhan. Engga gampang. Saya secara pribadi dapat merasakan itu. Apalagi posisi sebagai Presiden seperti Jokowi yang menguasai sumber daya nasional. Tetapi tetap hidup sederhana. Ya ketika anda tidak perlu aksesoris menunjukan siapa anda, itu artinya anda sudah selesai dengan diri anda sendiri. Sebaliknya, ketika anda masih butuh aksesoris agar dibilang kaya, maka saat itulah anda sangat miskin. Yang terpesona kepada anda jauh lebih miskin lagi.  Itulah yang kadang membuat kita sedih. Para ustad seleb di republik ini jauh sekali dari hidup sederhana. Mereka tidak malu mempertontonkan rumah mewah dan kendaraan mewah. Padahal tidak ada pabrik yang mereka bangun.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...