Monday, February 25, 2013

Akhirnya Anas...

Nazaruddin bukan siapa siapa. Dia hanya terbawa arus permainan orang kota yang bisa berbuat apa saja demi uang, termasuk kehebatan lobynya kepada elite politik negeri ini. Loby itu tentu berongkos mahal namun bukan ongkos terbuang percuma. Semua ada kalkulasinya. Dulu saya masih ingat ketika teman saya punya urusan disalah satu Kementrian dia disarankan oleh temannya untuk menghubungi Nazaruddin. Alasannya bahwa Nazar punya connection kuat dengan Partai Demokrat, terutama dengan keluarga SBY. Saya tidak tahu apakah teman itu pada akhirnya menjadikan Nazaruddin sebagai penyelesai masalahnya atau tidak. Faktanya belakangan saya tahu teman itu memang berhasil dengan bisnisya. Ketika pada akhirnya Nazaruddin terpilih sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat dibawah Kepemimpinan Anas dengan Sekjen Ibas, maka menurut saya itu juga tidak aneh. Karena perannya sudah lama dikenal oleh elite PD sebagai cash provider. Harap maklum di Era demokrasi, mesin partai tidak akan berjalan tanpa dana. Semua partai butuh uang. Dan itulah keahlian Nazaruddin. Memang sangat memprihatinkan system demokrasi ini. Pertanyaannya adalah siapakah yang merekomendasi Nazaruddin sebagai Bendahara? Semua tahu bahwa Anas sang Ketum tidak bisa berbuat apapun tanpa persetujuan dari SBY. Yang pasti Nazaruddin adalah sahabat dekat Ibas. Hubungan mereka sangat dekat dan memang Nazaruddin piawai mendekat kepada ring satu ( keluarga) kekuasaan untuk kelancaran bisnis dan karir politiknya. 

Tak ada satupun kementrian yang berani berkata tidak kepada Nazaruddin. Dengan jaket birunya membuat dia punya akses tak terbatas menembus berbagai hambatan birokrasi. Nazaruddin sangat menyadari bahawa dibelakangnya adalah Partai Demokrat yang legitimate sebagai pemenang Pemilu. Dibelakangnya adalah SBY sebagai pendiri Partai Demokrat yang juga sebagai President republik ini. Namun sebegitu pentingnya peran Nazaruddin di Partai, sebagaimana perlunya uang namun akhirnya jatuh terkena jeratan hukum. Ada 35 kasus korupsi yang melibatkan total dana APBN Rp. 6 Triliun. Mengapa Nazaruddin sampai tersangkut? Ini mudah ditebak bahwa Kongres yang menjadikan Anas sebagai Ketum dengan jajaran pengurusnya tidak sepenuhnya diridhoi oleh faksi yang ada di dalam Partai Demokrat, khususnya dari kalangan Kristen. Memiliih Nazaruddin sebagai target adalah tepat. Karena Nazaruddin bukanlah kader partai yang militan. Dia hanya seorang opotunis yang men-tuhankan uang. Terbukti ketika tertangkap, perilaku oportunis yang pecundang dipertontonkannya secara vulgar. Kicauannya menyeret beberapa petinggi PD dan ini menjadi santapan media. Lewat media , opini terbentuk yang menyudutkan Partai Demokrat dan sekaligus para pengurusnya yang berdampak kepada jatuhnya elektabilitas PD. Teman saya seorang aktifis mengatakan bahwa opini buruk itu tidak semuanya ulah lawan politik PD tapi bisa juga ulah faksi didalam PD yang berseberangan dengan Anas sebagai Ketum. 

Benarkah Anas terlibat korupsi? Menurut kesaksian Rosa Manulang bahwa Anas salah satu pemegang saham dalam Perusahaan Grup Permai , selain M Nazaruddin. Bahkan istri Anas - Athiyyah Laila malah menjadi komisari pada anak perusahaan Grup Permai yaitu PT. Berkah Alam Berlimpah.  Tapi tetap saja KPK tidak mudah menjadikan Anas sebagai tersangka. DIsamping memang bukti untuk menjerat Anas sangat lemah , juga menurut cerita bahwa hal ini tentu berkaitan dengan deal politik tingkat tinggi. Anas memegang kartu truf “kasus Century”. Anas juga mempunyai bukti bahwa Ibas terlibat pada kasus ‘proyek Hambalang’ yang merupakan oktopus dengan tentakel dana-dana pada perusahaan Grup Permai dan anak-anaknya. Disamping itu jaringan HMI Anas sangat kuat maklum karena dia mantan Ketum HMI. Sebagian besar DPD dan DPC partai Demokrat adalah kader HMI. Tapi kini, mengapa SBY begitu mudahnya menjatuhkan Anas di PD dengan menggunakan tangan KPK untuk menjadikan Anas sebagai tersangka. Apakah SBY tidak takut dengan kekuatan Anas? Menurut saya , SBY tidak bodoh. Ini sudah dikalkulasi dengan matang. Tentu sudah ada kesepakatan dengan partai koalisi dan diluar koalisi untuk saling memafkan dosa. Tidak ada lagi tangkap menangkap sampai dengan PEMILU 2014. Tidak ada lagi kasus Century. KPK harus tunduk dengan deal ini. Konon katanya deal ini terjadi berkat prakarsa para Purnawirawan TNI yang mengingingkan stabilitas politik.  Jadi apapun tindakan Anas kedepan yang akan mengganggu PD tidak akan mendapatkan tempat diranah politik maupun diranah Hukum. Benarkah? Ini hanya skenario diatas kertas namun diera demokrasi penguasa sejati adalah rakyat. Semuanya bisa berubah sesuai angin kepentingan.

Mengapa Anas harus dijadikan target eliminasi? Yang pasti ada pihak tertentu yang tidak menginginkan Anas menanamkan pengaruhnya di PD. Karena itu bisa mengantarkan Anas sebagai President. Kualifikasi untuk itu sangat lengkap. Bahwa Anas adalah golongan muda yang merupakan mayoritas penduduk negeri ini. Anas adalah orang jawa yang populasi terbesar di Indonesia. Anas adalah kader terbaik HMI yang dikenal sebagai organisasi intelektual paling bergengsi di negeri ini. Anas adalah Ketua Umum dari Partai Pemenang Pemilu. Siapakah pihak tertentu itu? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas ia adalah kekuatan  besar yang bisa memaksa seorang SBY yang phd dan lulusan west point untuk tunduk.  Benarlah, SBY bertindak dengan smart menjadikan Anas kalah demi integritas Partai. Anas jatuh dan SBY mendapatkan keuntungan dengan naiknya citra sebagai pejuang anti korupsi. Yang pasti Anas tidak akan diam. Dia akan melawan. Ingat bahwa  Anas adalah kader HMI. Ia terlatih dan terdidik dengan baik sebagai politisi. Ia tahu siapa lawannya dan tahu bagaimana menghadapinya.  Dan...bukan tidak mungkin  drama politik yang kini terus menerus mengenai Partai Demokrat dan Anas Urbaninggrum telah menjadi iklan gratis yang bersifat hipnopolitik untuk menanam satu nama sebagai calon presiden yang sangat mungkin akan dipilih karena paling diingat, yaitu Anas Urbaninggrum. 

Apakah benar ia  melakukan korupsi untuk memperkaya diri pribadinya atau untuk kepentingan Partainya? Hanya waktu yang akan menilai kelak. Time will tell. Kedepan, politik akan semakin memanas dan para kompetitor Partai Demokrat menanti kejatuhan Partai Demokrat secara lambat namun pasti. Hancur bukan diserang dari luar tapi hancur dari dalam sendiri. Karena praktis yang kini ada di PD adalah para oportunis pragmatis yang tak jauh bedanya dengan Nazaruddin. Begitulah akhir cerita dari partai yang didirikan tanpa idiologi. Tumbuh tanpa berakar. Berkembang tanpa bercabang. Terang tanpa magnit dan akhirnya gugur dengan sendirinya, dan terlupakan. A cycle in which power leads to money and money leads back to power can transform democratic parties into battlegrounds. Ultimately, money can corrupt a political system and, in the long term, destroy its political parties."

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...