Monday, February 25, 2013

Akhirnya Anas...

Nazaruddin bukan siapa siapa. Dia hanya terbawa arus permainan orang kota yang bisa berbuat apa saja demi uang, termasuk kehebatan lobynya kepada elite politik negeri ini. Loby itu tentu berongkos mahal namun bukan ongkos terbuang percuma. Semua ada kalkulasinya. Dulu saya masih ingat ketika teman saya punya urusan disalah satu Kementrian dia disarankan oleh temannya untuk menghubungi Nazaruddin. Alasannya bahwa Nazar punya connection kuat dengan Partai Demokrat, terutama dengan keluarga SBY. Saya tidak tahu apakah teman itu pada akhirnya menjadikan Nazaruddin sebagai penyelesai masalahnya atau tidak. Faktanya belakangan saya tahu teman itu memang berhasil dengan bisnisya. Ketika pada akhirnya Nazaruddin terpilih sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat dibawah Kepemimpinan Anas dengan Sekjen Ibas, maka menurut saya itu juga tidak aneh. Karena perannya sudah lama dikenal oleh elite PD sebagai cash provider. Harap maklum di Era demokrasi, mesin partai tidak akan berjalan tanpa dana. Semua partai butuh uang. Dan itulah keahlian Nazaruddin. Memang sangat memprihatinkan system demokrasi ini. Pertanyaannya adalah siapakah yang merekomendasi Nazaruddin sebagai Bendahara? Semua tahu bahwa Anas sang Ketum tidak bisa berbuat apapun tanpa persetujuan dari SBY. Yang pasti Nazaruddin adalah sahabat dekat Ibas. Hubungan mereka sangat dekat dan memang Nazaruddin piawai mendekat kepada ring satu ( keluarga) kekuasaan untuk kelancaran bisnis dan karir politiknya. 

Tak ada satupun kementrian yang berani berkata tidak kepada Nazaruddin. Dengan jaket birunya membuat dia punya akses tak terbatas menembus berbagai hambatan birokrasi. Nazaruddin sangat menyadari bahawa dibelakangnya adalah Partai Demokrat yang legitimate sebagai pemenang Pemilu. Dibelakangnya adalah SBY sebagai pendiri Partai Demokrat yang juga sebagai President republik ini. Namun sebegitu pentingnya peran Nazaruddin di Partai, sebagaimana perlunya uang namun akhirnya jatuh terkena jeratan hukum. Ada 35 kasus korupsi yang melibatkan total dana APBN Rp. 6 Triliun. Mengapa Nazaruddin sampai tersangkut? Ini mudah ditebak bahwa Kongres yang menjadikan Anas sebagai Ketum dengan jajaran pengurusnya tidak sepenuhnya diridhoi oleh faksi yang ada di dalam Partai Demokrat, khususnya dari kalangan Kristen. Memiliih Nazaruddin sebagai target adalah tepat. Karena Nazaruddin bukanlah kader partai yang militan. Dia hanya seorang opotunis yang men-tuhankan uang. Terbukti ketika tertangkap, perilaku oportunis yang pecundang dipertontonkannya secara vulgar. Kicauannya menyeret beberapa petinggi PD dan ini menjadi santapan media. Lewat media , opini terbentuk yang menyudutkan Partai Demokrat dan sekaligus para pengurusnya yang berdampak kepada jatuhnya elektabilitas PD. Teman saya seorang aktifis mengatakan bahwa opini buruk itu tidak semuanya ulah lawan politik PD tapi bisa juga ulah faksi didalam PD yang berseberangan dengan Anas sebagai Ketum. 

Benarkah Anas terlibat korupsi? Menurut kesaksian Rosa Manulang bahwa Anas salah satu pemegang saham dalam Perusahaan Grup Permai , selain M Nazaruddin. Bahkan istri Anas - Athiyyah Laila malah menjadi komisari pada anak perusahaan Grup Permai yaitu PT. Berkah Alam Berlimpah.  Tapi tetap saja KPK tidak mudah menjadikan Anas sebagai tersangka. DIsamping memang bukti untuk menjerat Anas sangat lemah , juga menurut cerita bahwa hal ini tentu berkaitan dengan deal politik tingkat tinggi. Anas memegang kartu truf “kasus Century”. Anas juga mempunyai bukti bahwa Ibas terlibat pada kasus ‘proyek Hambalang’ yang merupakan oktopus dengan tentakel dana-dana pada perusahaan Grup Permai dan anak-anaknya. Disamping itu jaringan HMI Anas sangat kuat maklum karena dia mantan Ketum HMI. Sebagian besar DPD dan DPC partai Demokrat adalah kader HMI. Tapi kini, mengapa SBY begitu mudahnya menjatuhkan Anas di PD dengan menggunakan tangan KPK untuk menjadikan Anas sebagai tersangka. Apakah SBY tidak takut dengan kekuatan Anas? Menurut saya , SBY tidak bodoh. Ini sudah dikalkulasi dengan matang. Tentu sudah ada kesepakatan dengan partai koalisi dan diluar koalisi untuk saling memafkan dosa. Tidak ada lagi tangkap menangkap sampai dengan PEMILU 2014. Tidak ada lagi kasus Century. KPK harus tunduk dengan deal ini. Konon katanya deal ini terjadi berkat prakarsa para Purnawirawan TNI yang mengingingkan stabilitas politik.  Jadi apapun tindakan Anas kedepan yang akan mengganggu PD tidak akan mendapatkan tempat diranah politik maupun diranah Hukum. Benarkah? Ini hanya skenario diatas kertas namun diera demokrasi penguasa sejati adalah rakyat. Semuanya bisa berubah sesuai angin kepentingan.

Mengapa Anas harus dijadikan target eliminasi? Yang pasti ada pihak tertentu yang tidak menginginkan Anas menanamkan pengaruhnya di PD. Karena itu bisa mengantarkan Anas sebagai President. Kualifikasi untuk itu sangat lengkap. Bahwa Anas adalah golongan muda yang merupakan mayoritas penduduk negeri ini. Anas adalah orang jawa yang populasi terbesar di Indonesia. Anas adalah kader terbaik HMI yang dikenal sebagai organisasi intelektual paling bergengsi di negeri ini. Anas adalah Ketua Umum dari Partai Pemenang Pemilu. Siapakah pihak tertentu itu? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas ia adalah kekuatan  besar yang bisa memaksa seorang SBY yang phd dan lulusan west point untuk tunduk.  Benarlah, SBY bertindak dengan smart menjadikan Anas kalah demi integritas Partai. Anas jatuh dan SBY mendapatkan keuntungan dengan naiknya citra sebagai pejuang anti korupsi. Yang pasti Anas tidak akan diam. Dia akan melawan. Ingat bahwa  Anas adalah kader HMI. Ia terlatih dan terdidik dengan baik sebagai politisi. Ia tahu siapa lawannya dan tahu bagaimana menghadapinya.  Dan...bukan tidak mungkin  drama politik yang kini terus menerus mengenai Partai Demokrat dan Anas Urbaninggrum telah menjadi iklan gratis yang bersifat hipnopolitik untuk menanam satu nama sebagai calon presiden yang sangat mungkin akan dipilih karena paling diingat, yaitu Anas Urbaninggrum. 

Apakah benar ia  melakukan korupsi untuk memperkaya diri pribadinya atau untuk kepentingan Partainya? Hanya waktu yang akan menilai kelak. Time will tell. Kedepan, politik akan semakin memanas dan para kompetitor Partai Demokrat menanti kejatuhan Partai Demokrat secara lambat namun pasti. Hancur bukan diserang dari luar tapi hancur dari dalam sendiri. Karena praktis yang kini ada di PD adalah para oportunis pragmatis yang tak jauh bedanya dengan Nazaruddin. Begitulah akhir cerita dari partai yang didirikan tanpa idiologi. Tumbuh tanpa berakar. Berkembang tanpa bercabang. Terang tanpa magnit dan akhirnya gugur dengan sendirinya, dan terlupakan. A cycle in which power leads to money and money leads back to power can transform democratic parties into battlegrounds. Ultimately, money can corrupt a political system and, in the long term, destroy its political parties."

Tuesday, February 19, 2013

Wiraswasta


Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2011 lalu mencatat ada sekitar 492.343 orang sarjana S1 yang belum mendapatkan pekerjaan, ditambah lagi sekitar 244.687 tamatan Diploma yang menganggur, sehingga jumlah pengangguran intelektual mencapai 737.030. Jumlah pengangguran intelektual ini diperkirakan akan terus membengkak setiap tahunnya. Memang hampir sebagian besar para orang tua yang menyekolahkan anaknya , mengharapkan agar kelak anaknya dapat menjadi pegawai. Yang pegawai negeri diharapkan jadi pejabat. Yang pegawai swasta diharapkan kelak jadi manager atau direktur. Seakan dunia bekerja adalah dunia yang menjanjikan masa depan cemerlang. Mungkin karena sebagian besar kelompok menengah di Indonesia yang berhasil  menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi berlatar belakang pegawai. Para orang tua hanya mengenal dunia “ Work and Reward “ yang serba pasti. Bayangan kehidupan wiraswata yang serba tidak pasti bukanlah tempat aman dan harus dihindari kecuali kesempatan kerja sudah tidak ada lagi. Ini bawaan yang salah dari generasi yang salah. Berbisnis karena kepepet. Ya hasilnya pasti ala kadarnya.

Padahal diera modern saat ini , para wiraswasta  bukan hanya penyedia kebutuhan barang atau jasa tapi mereka pencipta kemakmuran dan perubahan. Sikap mental wiraswasta yang tangguh  menghadapi kompetisi, kreatifitas yang tinggi serta kemampuan mengikuti perubahan adalah asset bangsa yang tak terhingga  untuk menggiring jutaan rakyat masuk kekelompok menengah. Untuk  kemakmuran Indonesia , tidak dibutuhakn 10 juta wirawasta tangguh. Cukup empat juta wirawasta tangguh dengan bekal pendidikan yang cukup , sudah mampu menggiring jutaan rakyat keperingkat menengah. Cobalah hitung, bila  4 juta pengusaha ( 2 persen dari jumlahn penduduk ) professional itu dapat menarik angkatan kerja sebesar 10 orang per satu unit usaha maka jumlah angkatan kerja yang dapat ditampung sebesar 40 juta orang. Andai masing masing pekerja itu mempunyai tanggungan 3 orang maka jumlah yang dapat hidup dari kehadiran wiraswata unggul itu menjadi 120 juta orang atau sama dengan setengah penduduk Indonesia. Pengusaha dengan jumlah karyawan sebanyak 5-10 orang bukanlah perusahaan besar tapi perusahaan tergolong menengah kecil. Artinya untuk menciptakan kemakmuran kita tidak butuh konglomerat , kita hanya butuh 4 juta pengusaha professional berskala kecil tapi tangguh.

Tentu bukan masalah besar bila ada kemauan besar untuk merubah budaya jongos menjadi juragan Masalahnya sekarang adalah budaya untuk memilih cara aman dan mudah adalah keseharian kita. Budaya berani menghadapi ketidak pastian dan bertarung dalam kompetisi meraih peluang sesuatu  yang langka. Mungkin karena ratusan tahun terjajah dan biasa diperintah hingga sangat sulit untuk merubahnya. Padahal dengan system demokratisasi anggaran melalui mekanisme deficit sudah sangat jelas menegaskan bahwa peran pemerintah/negara tidak lagi sebagai undertaker  /provider untuk memenuhi semua kebutuhan rakyat. Pemerintah dalam  konteks demokratisasi hanyalah sebagai regulator dan motivator untuk  terbentuknya kemakmuran ditengah masyarakat. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat dan angkatan kerja terus meninggkat maka kumpulan para sarjana itu bukannya menjadi asset bangsa melainkan jadi beban negara yang minus kontribusinya. Mereka terpaksa masuk daftar pengangguran dan menjadi masalah social bagi Negara. Maka kitapun marah kepada pemerintah karena gagal menyediakan lapangan kerja untuk para  putra kita yang lulus universitas. Seakan pemerintah kita tempatkan sebagai provider untuk ticket meraih masa depan. Padahal pemerintah sendiri adalah bagian yang terpasung dari kehadiran rakyat yang selalu meminta. Dimanapun , negara itu tidak pernah akan besar bila rakyat tidak mampu menjadi pahlawan, baik bagi dirinya sendiri maupun pahlawan bagi bangsanya. Itu hanya dimungkinkan dapat ditempuh melalui wiraswasta.

Di China sekarang tercatat jumlah wiraswata mencapai 80 juta orang. Sebagian besar mereka tergolong usaha kecil menengah. Sejumlah mereka tersebut rata rata menampung 10 orang tenaga kerja per unit usaha atau secara total sumbangan pengusaha menengah kecil tersebut terhadap penyedia lapangan kerja sebesar 800 juta. Artinya mereka mampu menampung seluruh angkatan kerja di china. Hampir 1 milliar penduduk china masuk  dalam kelompok menengah dengan penghasilan USD 24,000 per tahun. Jumlah ini akan terus bertambah dengan semakin gencarnya kampanye pemerintah untuk melawan kehadiran pengusaha asing di china agar rakyat china dapat  menjadi tuan dinegerinya sendiri disegala bidang. Tapi lihatlah daftar orang terkaya didunia. Dari 100 orang terkaya didunia tidak ada satupun  berasal dari China namun peringkat pertama didunia jumlah populasi kelompok menengah adalah china. Artinya ditribusi kesempatan berusaha lebih diutamakan ketimbang penguasaan resource bagi segelintir orang. Begitu seharusnya bila ingin membangun negeri pengusaha. Distrbusi kesempatan harus adil.

Padahal kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dan letak yang strategis  diapit oleh dua benua serta berhadapan langsung dengan pacifik yang merupakan zona paling pesat pertumbuhan ekonominya adalah potensi yang tiada habisnya untuk unggul memanfaatkan peluang usaha disegala bidang.  Tapi, kita tidak pernah melihat potensi kita kecuali terus berharap kemudahan dapat datang tanpa harus mengambil resiko

Sunday, February 17, 2013

Sindikat Perdagangan Pangan



Ketika Harga daging melonjak tinggi dan kemudian pimpinan Partai yang salah satu kadernya menjadi Menteri pertanian,ditangkap oleh KPK karena disinyalir ikut terlibat mendukung sindikat impor  sapi, teman saya berkata bahwa itulah bukti bahwa Mafia dalam perdangangan komoditas pangan memang ada. Daging sapi salah satu dari lima komoditas pangan yang dikuasi oleh Kartel dan mafia. Mengapa disebut mafia? Karena terbangunnya kartel sedemikian rupa berkat kekuasaan yang diberikan oleh negara untuk menentukan harga dan mengontrol pasar oleh segelintir orang. Ini konspirasi solid antara penguasa dan pengusaha. Mereka tidak mengambil uang APBN.Tidak!. Tapi aturan atau UU yang mereka usulkan didukung oleh pemerintah dan di endorsed oleh parlemen. Dengan ini mereka merampok uang rakyat secara tidak langsung lewat kenaikan harga dipasar.  Hampir setiap lini bisnis di negeri ini sudah dicemari praktik tercela itu. Tak mengherankan jika perekonomian nasional terus terdistorsi. Fundamental ekonomi nasional kuat tapi rupiah melemah. Harga barang dan jasa acapkali melejit tanpa sebab yang jelas. Mekanisme pasar kerap lumpuh. Hukum penawaran dan permintaan dibuat tak berdaya. Hal ini sangat memprihatinkan karena kejatuhan Soeharto salah satu sebabnya adalah praktek bisnis tercela ini.

Hampir setiap tahun, ketika gejolak harga pangan melonjak tinggi, salah satu sorotan pemerintah dan berbagai kalangan terkait adalah indikasi praktik kartel dalam pasar komoditas pangan. Sorotan akan perlahan mereda ketika harga komoditas pangan beranjak turun.  Ada lima komoditas yang dikuasai oleh kartel yaitu  gula, kedelai, beras, jagung, dan daging sapi. Kartel telah menyebabkan harga lima komoditas pangan itu cenderung terus naik di dalam negeri. Sebagai contoh, harga gula pada 2009 masih sekitar Rp 6.300 per kilogram (kg), namun kini berkisar Rp 11.000-13.000 per kg. Padahal, harga gula di pasar internasional hanya sekitar US$ 489,80 per ton atau Rp 4.700 per kg. Hal serupa terjadi pada komoditas kedelai dan daging sapi. Pada 2009, harga daging sapi hanya sekitar Rp 60.000 per kg, sekarang menembus Rp 100.000 per kg. Akibatnya, banyak pedagang bakso harus berhenti berjualan.  Dari data tersebut jelaslah bahwa mereka mengotrol harga untuk meraih laba setinggi tingginya.  Diperkirakan mereka meraup keuntungan Rp 13,5 triliun per tahun. Keuntungan itu berasal dari 15% nilai impor komoditas pangan yang setiap tahun sekitar Rp 90 triliun. Ini memang business dahsyat.

Melihat keuntungan yang menggiurkan, mereka terus berupaya untuk mengimpor komoditas pangan. Selama Januari-November 2012, data Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan menunjukkan,  Indonesia mengimpor sekitar 16 juta ton komoditas pangan utama dengan total nilai mencapai US$ 8,5 miliar (Rp 81,5 triliun). Rinciannya, nilai impor produk serealia (padi, jagung, beras, dan sorgum) senilai US$ 3,26 miliar, gula US$ 1,46 miliar, susu US$ 945,34 juta, serta kacang-kacangan dan buah US$ 756,27 juta. Sedangkan impor tepung senilai US$ 560,66 juta, sayur US$ 445,74 juta, kopi, teh, dan bumbu US$ 303,72 juta, daging US$ 136,8 juta, serta pangan utama lain US$ 548,05 juta. Tentu program  mulia untuk swasembada pangan hanyalah mimpi belaka. Hanya omong kosong. Karena segala bentuk program pemberdayaan atau swasembada yang bisa mengurangi kontrol Kartel itu terhadap business komoditas pangan, tentu akan berhadapan dengan jaringan loby kartel yang hampir semua elite politik telah mereka kuasai. Perhatikanlah anggaran program swasembada pangan di APBN. Nilainya tidak mencerminkan kesungguhan pemerintah untuk berswasembada. Bagi Kartel, Indonesia harus tetap sebagai negara konsumen alias importir pangan agar business kartel ini semakin menggelembung.

Business pangan adalah business yang akrab dengan politik. Henry Kissinger pada tahu 1970 pernah berkata “Control oil and you control nations; control food and you control the people. Dalam system kapitalis pengendalian terhadap minyak dan pangan adalah segala galanya.  Dibidang pangan, Pengusaha domestik dan international saling terkait untuk menciptakan pasar yang oligopolistis. Di pasar internasional terdapat empat pedagang besar yang disebut ABCD, yaitu Acher Daniels Midland (ADM), Bunge, Cargill, dan Louis Dreyfus. Mereka menguasai sekitar 90% perdagangan serealia atau biji-bijian dunia. Di pasar domestik. Importir kedelai hanya ada tiga, yakni PT Teluk Intan (menggunakan PT Gerbang Cahaya Utama), PT Sungai Budi, dan PT Cargill.  Di industri pakan unggas yang hampir 70% bahan bakunya adalah jagung , empat perusahaan terbesar menguasai sekitar 40% pangsa pasar. Sementara itu,  empat produsen gula rafinasi terbesar menguasai 65% pangsa pasar gula rafinasi dan 63% pangsa pasar gula putih.  Kartel juga terjadi pada industri gula rafinas yang memperoleh izin impor raw sugar (gula mentah) 3 juta ton setahun yang dikuasai delapan produsen . Untuk distribusi gula di dalam negeri diduga dikuasai enam orang. Mereka adalah Acuk, Sunhan, Harianto, Yayat, Kurnadi, dan Piko. Sebelumnya, pasar gula ini dikuasai ‘sembilan samurai. 

Bagaimanapun kartel pangan sangat merugikan konsumen. Selain menguasai pasar, kelompok kartel terus berupaya mendorong harga dan merusak ketahanan pangan dalam negeri. Padahal amanah reformasi dengan jelas menyebutkan bahwa kartel adalah perbuatan melawan hukum. Berdasarkan pasal 11 Undang- Undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, antarpelaku usaha dilarang membuat perjanjian untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi atau pemasaran suatu barang atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. Dengan UU itu memastikan Orba berbeda dengan rezim reformasi, namun faktanya Politik boleh berubah, orba boleh Jatuh. Tapi soal kartel dan mafia tetap tidak berubah.  Mengapa Kartel dan mafia perdagangan tidak bisa dihapus? Jawabanya sudah jelas bahwa  semua pemimpin bisa dibeli dan berlaku bagaikan boneka bagi para kartel untuk bersikap dan bekerja demi kepentingan Kartel ( bukan kepentingan rakyat). Dan semua itu tidak ada yang gratis. Semua ada harganya. Dalam system demokrasi tidak ada kekuasaan yang didapat dengan gratis dan Kartel mensuplai dana untuk itu.

Monday, February 11, 2013

Islam satu


Kemarin saya makan malam dengan teman dari Dubai. Dia juga membawa relasinya dari Iran. Kami menikmati malam tahun baru china direstoran yang berada dipuncak Hotel  berbintang. Ada hal yang menarik ketika teman dari Dubai berkata, lihatlah kenyataan bahwa ada lebih 1 miliar orang di China tapi bisa dipersatukan oleh satu partai, satu president. Bagaimana mungkin Islam di seluruh timur tengah dan afrika yang jumlahnya hanya sebanyak satu provinsi di China, tapi tidak bisa bersatu. Padahal ajaran agama mengharuskan semua sujud kearah Baitulllah.  Semua melaksanakan rukun islam ke lima ketempat yang sama, di Makkah.  Sama sama menyebut dua kalimasahadat. Tapi dalam kehidupan satu sama lain bersejarak saling curiga. Merasa lebih baik dibandingkan yang lain , berhak pula memimpin. Tidak ada kata sepakat bila soal kepentingan pribadi.  Bukan hebatnya orang Barat/yahudi menghasut adu domba umat islam tapi memang sudah tabiat umat islam akhir zaman tidak suka berdamai dengan saudaranya sendiri atas dasar kesetaraan. Mereka ingin berdamai asalkan kamu dibawah saya diatas. Demikian katanya. Relasinya orang iran nampak tersenyum dan sedikit berkomentar  bahwa Iran tidak pernah mempermasalahkan soal perbedaan mahzap. Masalah Iran hanya tidak ingin berdamai dengan Israel dan karena itu iran harus berjarak hati dengan Arab Saudi yang boneka Amerika.

Di zaman Rasul, bagaimaan indahnya persaudaraan antara kaum muhajirin ( Makkah) dan Ansar ( Madinah). Diantara mereka merasa bersaudara. Mereka yakin bahwa apabila mereka menjaga saudaranya maka Allah akan menjaganya. Mereka juga yakin bahwa apabila mereka melapangkan kesulitan saudaranya maka Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan di hari kiamat kelak. Mereka sangat yakin bahwa apabila mereka menutupi kejelekan saudarannya maka Allah akan menutupi kejelekannya dihari kiamat.  Rasul bersabda " Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahualaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahualaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan (menasihati) satu sama lain, dan menyantuni saudara -saudaranya (yang memerlukan).  Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya). Sehingga sampai kepada satu kesimpulan yang sangat tegas dari Rasul bahwa “ Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai bagi dirinya.( HR. Bukhari).  Dengan begitu indahnya ajaran Islam yang diteladankan oleh rasul lantas mengapa ini tidak menjadi akhlak umat islam untuk bersatu?. Padahal semua visi dan misi partai yang beraliran Islam itu adalah sama. Lantas apa sebetulnya yang membuat umat islam sulit bersatu ? tanya saya. Semua terdiam. Mungkin ini pertanyaan mudah yang sangat sulit di jawab.

Teman dari Iran berkata dengan menyebut hadith Nabi yang dirawikan oleh HR. Abu Daud bahwa dari Abu Abdis-Salam dari Tsauban bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Nyaris akan datang kepada kalian bangsa-bangsa lain (musuhmu) sebagaimana hewan mendatangi tempat makannya. Lalu shahabat bertanya,”Apakah karena jumlah kami sedikit, Ya Rasulullah ?”. “Tidak, justru kalian saat itu banyak sekali, namun kalian bagai buih yang dipermainkan ombak. Allah SWT akan mencabut rasa gentar dari hati musuh kalian dan akan memasukkan ke dalam hati kalian wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati. (HR. Abu Daud). Karena  umat islam terutama para elite cinta dunia dan takut mati maka tentu kekuasaan diraih untuk memuaskan duniawi,  bukan cara berjihad dijalan Allah. Semuanya dilakukan karena pamrih. Tidak ada ikhlas. Maka siapapun dia lebih mementingkan dirinya dan golongannya. Padahal Pesatuan itu adalah perintah Allah “Berpegang-teguhlah kalian dengan tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah.” (QS. Ali Imran: 103). Bila Partai Islam tidak bisa bersatu maka dapat dipastikan bahwa mereka tidak berjuang untuk dan atas nama Islam. Tidak berjuang untuk Allah. Mereka hanya membawa nama Islam dan untuk kepentingan pribadi dan golongan saja. Dengan kondisi ini mana pula mungkin bisa dipersatukan. Persatuan hanya mungkin bila semua niatnya ibadah dan ikhlas karena Allah.

Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Networks menunjukkan partai politik Islam makin terpuruk pada pemilu 2014 mendatang. Peluang tokoh partai Islam untuk maju sebagai calon presiden sangat kecil. Dengan ketentuan parlementary transhold diperkirakan setelah tahun 2014 akan banyak Partai Islam yang akan tersingkir. tulah harga dari tidak bisanya bersatu. Itulah harga akhlak dari elite pemimpin islam yang kemaruk harta dan kekuasaan. Itulah harga dua kalimasahadat dari kita semua.  Kalah sebagai pecundang. Mungkinkah setelah semua terkubur, akan bangkit satu bendera Islam, yang tidak mewakili siapapun kecuali mewakili Allah untuk melaksanakan firman Allah ...dan mereka mengutamakan kepentingan orang lain atas diri mereka sendiri sekalipun pada waktu bersamaan mereka sangat memerlukannya. ( QS, AL –Hasyr ( 59): 9). Diantara mereka saling berbagi dan mengasihi. sebagaimana pesan Rasul “ sebaik baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

Saturday, February 2, 2013

PKS dan Islam ?


Sejak Partai Keadilan didirikan dan kemudian berganti nama Partai Keadilan Sejahtera tampil dipanggung politik, kata teman saya bahwa dia bersama keluarga menjadikan Partai itu sebagai pilihan dalam setiap PEMILU. Mengapa ? alasannya  sangat sederhana bahwa Partai itu didirikan berdasarkan idiologi Islam. Kedua, digerakan oleh kaum terdidik. Ketiga, tidak mengkultuskan individu seperti partai lainnya. Dia tidak pernah membaca secara lengkap program kerja PKS dan juga tidak pernah ikut diskusi pencerahan programnya. Baginya yang awam ini, cukuplah bila Partai itu beridiologi Islam. dia akan patuh karena idiologi. Bukan karena kadernya, bukan karena pemimpinnya. Dia percaya kepada pemimpin seperti dia mempercayai imam sholat. Selagi bacaannya benar dan dia bersih maka gerakannya akan dia ikuti. Tugas umat setelah memilih pemimpinnya adalah kembali kepada ketaqwaanya kepada Allah dan berserah diri kepada Allah. Itulah indahnya sebuah perjuangan karena  Agama. Para umat ( rakyat) tidak perlu  didokrin soal cara berjuang, cara membangun, cara bermimpi, cara berlaku. Tida perlu. Agama yang mereka peluk dan yakini sudah menjadi bagian dari gerak dan nafas hidup mereka. Menjadi  dokrin kehidupan sosial , politik, ekonomi  dan budaya bagi mereka. Jadi , bila idiologi benar akan melahirkan pemimpin yang benar maka sampailah kejalan yang sebenarnya.

Namun,...pada tahun 2008 dalam Musyawarah Nasional di Bali, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan diri sebagai partai terbuka. Dia tidak percaya apa yang dia  ketahui itu. Namun begitulah kenyataannya. Ada apa ? mengapa sebegitu cepatnya PKS berubah?para elite partai PKS punya dalil agama yang kuat untuk meyakinkan umat bahwa menjadikan PKS partai terbuka tidak haram. Dibenarkan dalam agama. Dia bingung. Mungkin yang lain juga bingung. Karena sudah berbeda dengan cerita awal berdirinya partai. Namun dia tidak ingin terjebak dalil agama yang membolehkan PKS menjadi partai terbuka. Baginya, Partai adalah tempat beribadah. Tempat taarub orang beriman untuk meninggikan kalimat Allah. Tak ubahnya dengan masjid. Baitulallah.  harus bersih dan suci dari segala bentuk ( lahir maupun batin). Yang ada hanya Allah dan Rasul. Titik. Benar bahwa Islam adalah project sosial untuk menjaga keseimbangan umat yang pluralis. Hasil perjuangan Islam adalah untuk semua umat bahkan alam semesta atau istilahnya adalah terbuka untuk siapa saja Namun bukan berarti pluralis dibenarkan dalam ibadah. Sholat berjamaah tidak mungkin kita satu shap dengan orang bergama lain. Dalam berzikir tidak mungkin kita minta orang beragama lain meng aminkan. Tidak mungkin. Didalam tubuh PKS harus semua orang islam . Pemimpinnya harus berkualitas ulama. PKS harus menjadi Partai tertutup atau partai haram bagi pemeluk agama lain.

Mengapa PKS berubah? Apakah karena sejak berdirinya tidak merasa mendapatkan tempat dihati publik Indonesia yang mayoritas Islam ? Sehingga diperlukan strategi baru dan yang dipilih adalah Partai Terbuka. Tanya saya. Bila perjuangan karena Allah maka ukuran PKS bukanlah jumlah suara yang dapat diraihnya dalam PEMILU. Ukurannya adalah niat ikhlas berjuang kaerna Allah dan soal hasil bukan urusan manusia untuk menentukan menang atau kalah. Rasul 10 tahun di kota Makkah mensyiarkan Islam dan hanya 10 orang saja yang beriman, itupun hanya dari lingkungan terdekat rasul. Selebihnya jangankan beriman bahkan menjadikan Rasul sebagai musuh dan target untuk dibunuh. Namun rasul tak pernah berkeluh kesah dan tak pernah berubah pikiran menjadi kompromis atau pragmatis. Tak pernah. Rasul tetap istiqamah dengan perintah Allah. Menurut cerita pernah Umar bin Al-Khattab R.A, memegang sehelai kitab Taurat. Melihat keadaan ini beliau pun bersabda: “Demi Allah sekiranya Nabi Musa masih hidup bersama-sama kamu sekarang ini, tidak halal baginya melainkan mesti mengikut ajaranku. Beliau tetap pada pendiriannya walau dianggap oleh sebagian orang ketika itu bahwa beliau tukang sihir dan pembohong.

Dalam berjuang perlu konsisten dengan idiologi. Green Party  yang merupakan kumpulan pejuang lingkungan hidup secara mendunia, dan di Eropa mereka eksis sebagai partai yang selalu oposisi dengan pemerintah. Sejak tahun 1980 didirikan mereka tidak pernah berubah dari idiologinya demi terciptanya keseimbangan lingkungan walau jumlah suara mereka di Parlemen sangat kecil. Setidaknya mereka bisa masuk parlemen dan ikut menjadi pemain dalam system demokrasi. Didalam arena itu walau dikalahkah oleh suara mayoritas namun suara mereka tidak lagi sayup terdengar namun lantang dan legitimate untuk didengar. Sampai kini mereka tetap istiqamah sebagai partai tertup. Hanya para pencita lingkungan yang berhak ada didalam. Para pemimpin partai punya standar kualitas yang sama yaitu mereka yang mencintai lingkungan hidup dan peduli kepada pelestarian alam untuk bumi yang lebih baik. Itulah yang membuat saya sedih ketika PKS menyatakan sebagai Partai terbuka. Hanya karena strategi untuk mendapatkan suara lebih banyak. Kata orang bijak, “ sedikit jalan bergeser maka berubahlah haluan.” Padahal kemenangan perjuangan umat islam tergantung ridho Allah. Ridho Allah hanya akan didapat bila kita tetap istiqamah dan tawakal.

Berbagai skandal yang menimpa kader PKS , katanya wajah sedih,  kita bisa saja berkata bahwa ini bagian dari konspirasi partai sekular yang tidak ingin Partai beraliran Islam tampil eksis. Mereka ingin Partai beraliran Islam kandas tersandung ketentuan minimum perolehan suara. Namun faktanya satu demi satu mereka masuk bui. Walau belakangan terbukti bebas murni namun dimata masyarakat sudah cacat. Apalagi  wartawan photo berhasil memotret kader PKS dalam rapat paripurna DPR sedang asyik nonton Video Porno lewat Tablet cellular. Dan terakhir Luthfie Hasan Ishak (Presiden PKS) dijadikan tersangka kasus suap Impor Sapi. Yang lebih menyedihkan adalah pelaku yang ketangkap tangan oleh KPK adalah sahabat terdekat dari Luthfie yang ketika ditangkap sedang bersama wanita belia bukan muhrim  berusia 19 tahun. Mungkin bila kader Golkar, PDIP, PD melakukan skandal demi skandal orang tidak peduli. Rakyat sudah mati rasa karena ulah elite partai itu yang memang sudah cacat sejak lahir. Namun bila partai yang mengusung Islam sebagai bendera, apalagi cikal bakalnya adalah tarbiah maka moral atau akhlak para kader adalah segala galanya. Mungkin hanya segelintir saja yang tak bermoral namun yang sedikit itulah yang merusak barisan. Ingat kalahnya umat islam dalam perang Uhud. Mengapa bisa terjadi? Ya karena orientasi bukan lagi karena Allah tapi karena harta...

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...