Friday, February 11, 2011

Ahmadiyah ?

Ketika Ahmadiyah lahir di India, Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan seruan agar umat IslamIndia taat kepada penjajah Inggris dan mengharamkan jihad melawan Inggris. Padahal saat itu, banyak sekali perwira-perwira tentara Inggris, para penentu kebijakannya, terdiri dari orang-orang Yahudi. Dengan kata lain, seruan Ghulam Ahmad ini sesungguhnya mengusung kepentingan kaum Yahudi Inggris. Kini ketika semua umat islam memusuhi israel, para pengikut Ahamdiyah justru ada yang menjadi tentara Israel. Keliatan cara cara yahudi memecah agama kristen lewat sekte, juga diterapkan pada Islam. Inilah yang harus diwaspadi oleh kita semua. Berbagai Ormas baik yang berlabelkan agama maupun HAM, yang getol membela Ahmadiyah, adalah mereka yang hidup dalam ide ide Yahudi, yang menginginkan kebebasan sekular yang pada waktu bersamaan melecehkan keyakinan orang dalam beragama dan sekaligus merusak aqidah Islam

Sejak kemerdekaan republik ini, keberadaan Ahmadiyah di Indonesia menyimpan problema yang tak sudah. Setelah reformasi , tahun 2008 terjadi kompromi untuk menerima Ahmadiyah sebagaimana tertuang dalam SKB Menteri. Namun tidak mengakui ajarannya yang tersurat dan tersirat dalam " Analisa Tentang Khataman Nabiyyin " mereka " Yang menjadi perbedaan antara kami jamaah Ahmadiyah dengan golongan Islam lain hanyalah satu, kami percaya bahwa nabi yang dijanjikan sudah datang, yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad”. Andai Ahmadiyah patuh terhadap ketentuan SKB Menteri tahun 2008 sebagaimana butir SKB yang dengan tegas ” Memberi peringatan dan memerintahkan bagi seluruh penganut, pengurus Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang menganut agama Islam agar menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran agama Islam pada umumnya, seperti pengakuan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW" tentu peristiwa berdarah atas jamaah Ahmadiyah di Pandeglang , Banten itu tak akan terjadi.

Seharusnya sejak SKB itu diterbitkan tugas PEMDA untuk membina jamaat Ahmadiyah agar mematuhi SKB itu tapi nampaknya SKB itu dianggap ompong oleh PEMDA dan juga aparat hukum. Keliatannya ada politik pembiaran dan menyadari efek dari pembiaran ini adalah sebagaimana tertuang dalam SKB Mentri memancing emosi umat islam untuk marah. Kesan ini nampak jelas karena sebelum peristiwa ini terjadi aparat keamanan sudah datang lebih dulu dilokasi. Mengapa mereka tidak mengantisipasi dengan tindakan persuasi sebelum amarah terjadi yang berujung kepada korban kematian yang tidak perlu ? Mengapa ? Inilah pertanyaan termudah dan sulit dijawab oleh aparat hukum dan keamanan. Kalau ini sebuah skenario untuk menjatuhkan citra umat islam dalam politik nasional maka ini jelas sekali permainan yang beresiko tinggi. Harus disadari bahwa mayoritas umat islam di Indonesia beragama berdasarkan simbol spiritual. Nabi Muhammad adalah simbol kehormatan mereka sebagai penganuh agama Islam. Menyentuh simbol ini sama saja dengan membakar api revolusi.

Apabila negara tetap tidak bisa bersikap tegas terhadap masalah Ahmadiyah ini , maka ini akan sangat berpotensi menimbulkan komplik yang besar dan efeknya dapat menjadi bola panas terhadap isu isu lain yang selama ini rakyat sudah muak. Apalagi apabila karena peristiwa itu, ormas Islam didiskriditkan untuk dibubarkan. Ketahuilah , suka tidak suka, keadaan negara sekarang dalam posisi yang renta terhadap stabilitas., Isu sistem peradilan yang brengsek, aparat hukum yang bejat, hukum yang bisa dibeli terus bergulir liar seakan tak terkendali. Politik semakin memanas. Ditambah lagi kekuatan ekonomi negara terancam oleh kenaikan harga minyak yang akan menggerus ABPN sehingga mengurangi daya dukung APBN terhadap kebutuhan sosial rakyat. Juga kenaikan harga pangan yang tak bisa terus ditahan dengan kebijakan situasional. Belum lagi kesenjangan gaji militer dan sipil yang begitu jauh. Ini benar benar seperti api dalam sekam yang setiap saat bisa meledak tak terkendali dan agama hanyalah sebagai trigger untuk menggiring masa menjadi militan untuk marah.

Ingatlah nasehat Pangeran Joyoboyo ”kalau ingin negara kuat, maka jagalah pangan, jagalah tentara, jagalah islam. Negara boleh gagal mensuplai pangan. Negara boleh punya tentara yang lemah seperti ketika perang kemerdekaan dulu. Tapi, jangan pernah coba coba mengabaikan Islam. Apalagi melecehkan simbol spiritualnya. Memang komunitas islam mudah dipecah tapi bila soal kehormatan rasulnya dilecehkan , mereka cepat sekali bersatu dalam barisan jihad. Kalau sudah begini, semuanya menjadi halal, termasuk darah. Karena ini perintah Allah untuk berjihad membela agama Allah. Dan semua umat islam percaya bahwa mati untuk membela kehormatan agama adalah sahid dan semua orang merindukan sahid, termasuk pendosa sekalipun. Jadi, lupakanlah soal HAM dalam definisi sekular yang subjective. Bila SBY beragama Islam dan Beraqidah, maka dia harus bubarkan Ahmadiyah, Bila SBY cinta demokrasi maka dia harus membela mayoritas Umat Islam yang tidak ingin Ahmadiyah. Demi kebaikan dan keutuhan bangsa, membubarkan Ahmadiyah adalah pilihan bijak.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...