Pada tanggal 14 november jepang mengumumkan bahwa mereka sudah masuk dalam lubang resesi. Hal ini diindikasikan oleh dua kwartal pertumbuhan ekonomi mengalami negative. 0,% antara April dan Juni. Juni dan September 0,1% Jepang, yang menyumbang 7% output dunia. Kaoru Yosano, Menteri kebijakan fiskal, berkata " Penurunan ekonomi akan terus berlanjut saat ini sebagai akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Kami harus mengingatkan bahwa kondisi ekonomi dapat lebih buruk lagi seperti AS dan Eropa sebagai akibat dari krisis keuangan, apabila sikaf kawatir berlebihan yang akan membuat nilai saham jatuh dan pasar valuta asing semakin kacau.
Nikkei 225 indeks saham telah turun 40% sejak awal tahun dan telah kehilangan seperempat dari nilai selama bulan ini. Perusahan jepang kehilangan dana sangat besar ketika yen terjadi koreksi. Padahal mereka berkeyakinan bahwa yen lebih stabil ketika terjadi bencana krisis dan nilainya lebih kuat dibandingkan dollar AS. JPMorgan Chase ekonom Masamichi Adachi berkata, " It's only going to get worse. Japan may be entering its deepest recession in a decade as the global financial crisis cools demand."." Padahal sejak tahun 2001 jepang tidak pernah mengalami krisis. Ekonomi terus tumbuh meroket meninggalkan negara negara lainnnya.
Jepan adalah kekuatan ekonomi kedua didunia. Sebagian pengamat ekonomi mengatakan bahwa Asia Tenggara akan menjadi penyelamat ekonomi dunia. Walau fakta sebaliknya. Ada juga yang mengatakan bahwa dampak krisis di Jepang tidak akan berpengaruh besar bagi pereknomian global karena sumbangannya hanyalah 13% PDB Global. Ini jelas tidak masuk akal. Para ekonom seakan buta melihat kenyataan dan selalu salah memprediksi masa depan yang akan kita hadapi.
Sumbangan jepang lebih dari 60% nilai barang dan jasa yang yang dihasilkan di Asia. Ini sama saja dengan 10 kali dari produksi Korea dan 20 kali lebih dari Indonesia dan merupakan satu dari delapan negara Industri maju dunia. Jadi krisis ekonomi di Jepang akan mempercepat proses menuju depresi global. Yomiuri Shimbun, menulis "Is the Japanese economy destined to share the fate of the Titanic?...unless some effective measures are taken, Japan...could even trigger worldwide economic chaos." Bila jepang masuk dalam deplasi spiral maka ekonomi Asia akan tumbang. Tidak banyak berharap jepang akan mampu mengatasi krisis ,sedangkan AS saja tak mampu menjaga keselamatan ekonomi mereka.
Karena krisis dijepang sudah sangat dalam dan semua itu berakar dari regulasi yang melekat dengan system kapitalisme. Dimana upah yang diterima dari para pekerja lebih rendah dari nilai barang yang mereka hasilkan. Disamping barang yang dihasilkan mempunyai keterbatasan untuk menyerap Karena para pekerja tak mampu lagi membeli barang yang berlimpah.. Kelebihan barang harus diexport Namun pasar negara lain juga punya masalah yang sama. Inilah akibat dari system kapitalisme yang mengejar laba tanpa memperhatikan kepentingan yang lain. Inilah apa yang disebut oleh system kapitalis yaitu Debt Deplation, dimana hutang menahan pengeluaran kosumen dan investasi Gabungan hutang, ketidak amanan kerja dan generalisasi ketidak pastian berlangsung dalam dilemma klasik dari pemikiran Keynes dimana pemerintah harus menurunkan suku bunga agar pasar bergairah. Nyatanya pengalaman ketika depresi hebat tahun 30an ternyata suku bunga rendah sampai 0,5% tak menghasilkan minat public untuk berhutang membeli kebutuhannya
Jepang adalah sebuah model , seperti banyak negara lainnya yang percaya system kapitalisme klasik yang bangga dengan kesuksesan pertumbuhan ekonominya.. Tentu mereka percaya bahwa akan selalu ada solution . Persainga pasar, kepemilikan pribadi dan lainnya harus dipetahankan dalam kuridor globalisasi system.. Jepan dan negara maju lainnya merasa dapat sendirian puas dengan kehebatannya dibidang tekhnologi, tapi persaingan mengabaikan kemanusiaan dan sumberdaya alam. Kapitalisme hanya memberikan pertumbuhan 1 sampai dengan 3 % pada saat booming. Perencanaan nasional maupun international dalam mengatasi krisis dapat saja memberikan hasil tapi itu hanya berharap sebuah keajaiban, walau sebetulnya rencana itu tidak seutuhnya dari kapitalisme system. Yang pasti solusi mengatasi krisis ini tidak ditangan para banker, pemegang saham, politisi tapi ditangan rakyat , para buruh dan tani, nelayan.
Dari masa kemasa kerisis terus terjadi dan terjadi. Menimbulkan kesedihan yang begitu luas akibat system kapitalisme. Jhone Gray, mantan Penasehat Thatcher menulis dalam bukunya False Dawn, mengatkan bahwa “ If Japan's policymakers yield to the demands of the Washington consensus, Japan will join all those western societies in which mass unemployment, epidemic crime and the collapse of social cohesion are problems without solutions’ Anehnya, Indonesia yang tak sekuat jepang , masih percaya dengan konsesus Washinton…
Nikkei 225 indeks saham telah turun 40% sejak awal tahun dan telah kehilangan seperempat dari nilai selama bulan ini. Perusahan jepang kehilangan dana sangat besar ketika yen terjadi koreksi. Padahal mereka berkeyakinan bahwa yen lebih stabil ketika terjadi bencana krisis dan nilainya lebih kuat dibandingkan dollar AS. JPMorgan Chase ekonom Masamichi Adachi berkata, " It's only going to get worse. Japan may be entering its deepest recession in a decade as the global financial crisis cools demand."." Padahal sejak tahun 2001 jepang tidak pernah mengalami krisis. Ekonomi terus tumbuh meroket meninggalkan negara negara lainnnya.
Jepan adalah kekuatan ekonomi kedua didunia. Sebagian pengamat ekonomi mengatakan bahwa Asia Tenggara akan menjadi penyelamat ekonomi dunia. Walau fakta sebaliknya. Ada juga yang mengatakan bahwa dampak krisis di Jepang tidak akan berpengaruh besar bagi pereknomian global karena sumbangannya hanyalah 13% PDB Global. Ini jelas tidak masuk akal. Para ekonom seakan buta melihat kenyataan dan selalu salah memprediksi masa depan yang akan kita hadapi.
Sumbangan jepang lebih dari 60% nilai barang dan jasa yang yang dihasilkan di Asia. Ini sama saja dengan 10 kali dari produksi Korea dan 20 kali lebih dari Indonesia dan merupakan satu dari delapan negara Industri maju dunia. Jadi krisis ekonomi di Jepang akan mempercepat proses menuju depresi global. Yomiuri Shimbun, menulis "Is the Japanese economy destined to share the fate of the Titanic?...unless some effective measures are taken, Japan...could even trigger worldwide economic chaos." Bila jepang masuk dalam deplasi spiral maka ekonomi Asia akan tumbang. Tidak banyak berharap jepang akan mampu mengatasi krisis ,sedangkan AS saja tak mampu menjaga keselamatan ekonomi mereka.
Karena krisis dijepang sudah sangat dalam dan semua itu berakar dari regulasi yang melekat dengan system kapitalisme. Dimana upah yang diterima dari para pekerja lebih rendah dari nilai barang yang mereka hasilkan. Disamping barang yang dihasilkan mempunyai keterbatasan untuk menyerap Karena para pekerja tak mampu lagi membeli barang yang berlimpah.. Kelebihan barang harus diexport Namun pasar negara lain juga punya masalah yang sama. Inilah akibat dari system kapitalisme yang mengejar laba tanpa memperhatikan kepentingan yang lain. Inilah apa yang disebut oleh system kapitalis yaitu Debt Deplation, dimana hutang menahan pengeluaran kosumen dan investasi Gabungan hutang, ketidak amanan kerja dan generalisasi ketidak pastian berlangsung dalam dilemma klasik dari pemikiran Keynes dimana pemerintah harus menurunkan suku bunga agar pasar bergairah. Nyatanya pengalaman ketika depresi hebat tahun 30an ternyata suku bunga rendah sampai 0,5% tak menghasilkan minat public untuk berhutang membeli kebutuhannya
Jepang adalah sebuah model , seperti banyak negara lainnya yang percaya system kapitalisme klasik yang bangga dengan kesuksesan pertumbuhan ekonominya.. Tentu mereka percaya bahwa akan selalu ada solution . Persainga pasar, kepemilikan pribadi dan lainnya harus dipetahankan dalam kuridor globalisasi system.. Jepan dan negara maju lainnya merasa dapat sendirian puas dengan kehebatannya dibidang tekhnologi, tapi persaingan mengabaikan kemanusiaan dan sumberdaya alam. Kapitalisme hanya memberikan pertumbuhan 1 sampai dengan 3 % pada saat booming. Perencanaan nasional maupun international dalam mengatasi krisis dapat saja memberikan hasil tapi itu hanya berharap sebuah keajaiban, walau sebetulnya rencana itu tidak seutuhnya dari kapitalisme system. Yang pasti solusi mengatasi krisis ini tidak ditangan para banker, pemegang saham, politisi tapi ditangan rakyat , para buruh dan tani, nelayan.
Dari masa kemasa kerisis terus terjadi dan terjadi. Menimbulkan kesedihan yang begitu luas akibat system kapitalisme. Jhone Gray, mantan Penasehat Thatcher menulis dalam bukunya False Dawn, mengatkan bahwa “ If Japan's policymakers yield to the demands of the Washington consensus, Japan will join all those western societies in which mass unemployment, epidemic crime and the collapse of social cohesion are problems without solutions’ Anehnya, Indonesia yang tak sekuat jepang , masih percaya dengan konsesus Washinton…
1 comment:
Promosikan artikel anda di www.infogue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur http://www.infogue.com/info/cinema/& http://www.infogue.com/game_online & http://www.infogue.com/kamus untuk para netter Indonesia. Salam!
http://ekonomi-internasional.infogue.com/krisis_ekonomi_jepang_
Post a Comment