Wednesday, November 5, 2008

Cara China

Dunia international khususnya pihak Barat ( inggeris ) dan AS menuding China tidak serius mengatasi akibat krisis global saat ini. Padahal negara ini termasuk raksasa ekonomi dunia bersama dengan India. Setidaknya dengan melepas sebagian cadangan devisanya untuk pasar uang global tentu akan berdampak positip bagi likuiditas pasar uang global. Sebetulnya China bukannya tidak bereaksi cepat tapi lebih wait and see. Karena China harus memperhatikan kebijakan AS dan Eropa dalam mengatasi dampak crisis ini. Bagaimanapun krisis ini terjadi akibat ulah kesalahan pengelolaan pasar uang dan modal dari pihak Barat dan AS yang sehingga membiarkan pasar bergerak tanpa terkendali.

Disadari bahwa mesin pertumbuhan ekonomi china selama ini didukung oleh dua sector yaitu property dan Export. Dua sector ini terkena dampak langsung. Pasar export akan menyusut akibat melemahnya daya serap pasar utama seperti AS. Property juga akan mengalami penururan permintaan akibat likuiditas perbankan untuk kredit perumahan berkurang. Sambil menunggu kebijakan konkrit dari pihak AS dan Eropa dalam mengatasi akibat krisis global ini, China telah melakukan tindakan cepat untuk mengamankan perekonomian nasionalnya. Yaitu dengan melakukan langkah kebijakan berskala nasional diantaranya adalah :

Memperkuat UKM
Usaha Kecil dan Menengah , diperkuat melalui dukungan kemudahan pendanaan dan kepemilikan.. Khususnya sector pertanian, pemerintah china telah melakukan land reform dengan mengeluarkan kebijakan dimana petani boleh memiliki lahan sendiri. Ini kebijakan yang sangat fenomental dibawah rezim komuniss. Dimana sebelumnya hak kepemilikan akan lahan dikuasai oleh negara. Dengan land reform ini maka petani dapat memanfaatkan hartanya untuk berkembang. Disamping sebelumnya pajak hasil pertanian sudah dihapus. Guna mendukung kekuatan petani meningkatkan akses permodalannya maka Beijing pun telah melakukan restructurisasi
Agriculture bank of china, sebesar USD 19 Billion yang diperkirakan menelan biaya sebesar USD 100 billion. Dimana NPL sector pertanian di ambil alih pemerintah. Diharapkan bank ini akan lebih modern dan flexibale untuk mendukung pertumbuhan sector pertanian.

Mempertahankan pertumbuhan.
Guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang terhadang krisis global, maka china mensupplai dana lewat APBN nya untuk membangun infrastruktur agar memungkinkan angkatan kerja terserap dan industri dalam negeri tertolong. Khususnya industri tekhnologi tinggi dan baja. Untuk itu Beijing menyetujui dilaksanakannya Project berskala raksa pembangunan rail way sebesar USD 292 billion atau Rp. 2920 triliun! Disamping itu, pihak Beijingpun mendorong setiap provinsi untuk memacu pembangunan infsrastruktur. Untuk mengamankan daya beli bagi masyarakat kecil ( yang belum punya rumah ) maka kebijakan yang diambil oleh Beijing adalah menurunkan pajak pembelian property sebesar hampir 30% atau turun 1% dari 3-4 %. Menurunkan bunga bank. Menurunkan ketentuan mengenai uang muka pembelian rumah dari 30% menjadi 20%.

Dari dua langkah besar tersebut diatas maka diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri sebesar 9% tetap terjaga dan inflasi dapat ditekan. Industri dalam negeri tidak akan mengalami penurunan produksi yang significant karena daya beli pasar domestic semakin tinggi akibat suplai dana negara lewat pembangunan infrastructure ekonomi dan kebijakan kredit kepemilikan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.. Yang pasti pasar domestic tetap tumbuh untuk menggantikan pasar eksport yang menyusut.

Apa yang dapat kita pelajari dari cara china menghadapi krisis global ? Bahwa ketika terjadi krisis maka diantara berbagai pilihan kebijakan, yang dipilih adalah komunitas terbanyak untuk dibela lebih dulu. Karena komunitas ini hampir tidak mungkin mampu bertahan tanpa bantuan penuh dari negara. Itulah sebabnya china, yang petama kali diamankan adalah masyarakat kecil utamanya adalah petani dan buruh yang berpenghasilan rendah. Kedua, adalah mengamankan industri hulu ( baja ) dan industri tekhnologi tinggi. Maklum saja bahwa kedua industi ini sangat pital atau strategis bagi kekuatan industri nasional. Dan tanggung jawab negara lah untuk mengamankannya, sementara yang lainnya dibiarkan dewasa menghadapi krisis global.

Sementara kita , Krisis sudah disadari sebagai sesuatu yang serius sebagai mana is not as usual. Kita mengetahui persoalan dan tahu bagaimana mengatasinya. Tapi semua itu baru sebatas jargon politik dan teori, belum sampai kepada implemtasi. Yang cepat dilakukan oleh pemerintah adalah mengatasi index pasar modal yang jatuh dan mengamankan rupiah yang melemah. Caranya adalah melepas dana cadangan pembangunan Infrastrukture untuk mem buy back saham BUMN dan menaikkan suku bunga. Sangat jauh dari jargon politik dan teori dalam rangka recovery akibat krisis, untuk melindungi mayoritas penduduk

2 comments:

Anonymous said...

Bung Eri..Kenapa kesannya para policy maker di Indonesia lamban dan ragu mengambil keputusan..? Apakah mereka tidak punya semacam model matematika untuk ekonomi untuk simulasi kebijakan yang akan dipilih..?

Erizeli Bandaro said...

Kita mempunyai ekonom jago lulusan universitas terbaik. Mereka mengetahui dan menguasai keilmuannya secara sepurna. Mereka semua ada dikabinet. Tapi mengapa mereka terkesan ragu atau lambat ? Karena akal yang baik akan menghasil output yang baik bila disertai oleh niat yang baik. Masalah kita adalah " Niat baik " iut yang langka...

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...