Saturday, March 1, 2008

Iran dan AS

Ketika Resolusi DK PBB Nomor 1747 disyahkan maka banyak pihak terutama masyarakat muslim didunia marah besar. Mereka menilai PBB telah menjadi alat Amerika untuk meng aneksasi hak hak bangsa Iran. Ini merupakan fakta bahwa penindasan dengan menggunakan infrastructure kelembagaan international kembali di gunakan Amerika untuk melegalkan tekananya kepada negara yang dijadikan targetnya. Dan kini target berikutnya adalah Iran ( Setelah sebelumnya Irak ). Sikap Indonesia yang juga ikut mendukung resolusi DK PBB tersebut dituangkan dengan argumentasi apik oleh Menhan bahwa Indonesia bersikap konsisten membela politik luar negeri yang bebas dan aktif. Menhan menyatakan bahwa sikap iran yang tidak koorperative telah memaksa Indonesia bersikap tak punya pilihan kecuali mendukung resolusi PBB.

Kita semua mengetahui bahwa program nuklir Iran memang bukan untuk tujuan perang atau destruktif. Pengembangan teknologi nuklir di negeri Khomeini itu untuk tujuan damai, yakni energi listrik. Mengembangkan teknologi nuklir, sejauh bukan untuk mengumbar syahwat perang, adalah hak seluruh bangsa di dunia. Sementara Negara yang memiliki reaktor nuklir di dunia tidak hanya Iran. Lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB: Amerika, Inggris, Prancis, Rusia, dan China lebih dahulu memproduksi senjata nuklir. Di luar itu, India, Korea Utara, dan Israel disebut-sebut juga punya reaktor nuklir. Amerikalah yang mengawali dehumanisasi dengan senjata nuklir di Jepang pada Perang Dunia II. Tidak kurang 350.000 manusia menemui ajal karena bom maut di Hiroshima dan Nagasaki. Atas Issu Nuklir ini President Iran menantang Presiden Amerika untuk mengadakan debat terbuka di forum international dan siap diliput oleh media international , namun ajakan ini ditolak oleh President Amerika.

Saya tidak mengerti bila Indonesia berlindung dibalik sikap politik bebas Aktif. Sejatinya persoalan nuklir Iran terkait dengan ketakutan Amerika atas sikap keras politik Iran yang tidak ingin bekerja sama dengan Amerika disegala bidang. Bagi Iran , Amerika tidak lebih adalah pemeras kapitalis yang tidak pernah berniat bekerjasama untuk kesetaraan , perdamaian , kemerdekaan. Amerikan ingin mengontrol semua potensi negara berkembang bagi kejayaan negerinya sendiri. Tanpa peduli dengan nasip negara berkembang. Jadi , Perlawanan Iran merupakan simbol perlawanan menegakkan keadilan dimuka bumi. Sikap Pemerintah Indonesia adalah juga lambang tidak peduli dengan perjuangan menegakkan keadilan atau terjebak dengan permainan canggih politik amerika.

Dari segi ekonomi , sanksi dari Resolusi DK PBB itu tidak akan ada pengaruhnya sama sekali dengan Iran. Hampir sebagian besar kebutuhan barang import disuplay oleh China dan Rusia yang tentu tidak akan peduli dengan tekanan PBB. Karenanya tidak berlebihan bila Gubernur Bank Centeral Iran Ebrahim Sheibany mengatakan “"Sanksi itu tidak ada pengaruhnya karena tidak terkait dengan ekonomi kami. Sanksi itu hanya terkait dengan beberapa hal simbolik, contohnya mereka menjatuhkan sanksi atas persenjataan kepada negara lain.

Iran bukanlah produsen utama ataupun pengekspor persenjataan ke negara lain. Namun sebagai response permusuhan Amerika kepada Iran maka kami telah mengurangi cadangan devisa dalam bentuk dollar AS ke tingkat hanya 20 persen Ekonomi Iran bisa mengatasi sanksi-sanksi PBB dan negeri kami mempunyai cukup cadangan devisa dalam bentuk mata uang asing untuk mengatasi jika terjadi guncangan besar. ”

Saya teringat pada waktu tahun lalu ketika bertemu dengan teman di Beijing bahwa Iran adalah teman sejati bagi China dan Rusia. Hal ini karena hubungan budaya dan kedeketan letak geographis Iran dengan china. Bahasa Iran banyak ditemukan di daerah Eurasia, dari kawasan Balkan hingga ke Xingjian di China. Itulah makanya tidak aneh ketika situasi issue nuklir ini semakin menghangat, diadakan pertemuan akbar di Shanghai yang melibatkan China, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan, serta mendatangkan pengamat dari Iran, India, Pakistan dan Afganistan President Iran Ahmadinejad, dalam pidatonya mengatakan bahwa kelompok ini harus waspada menghadapi "kekuatan dominan asing". Sedangkan Presiden Uzbekistan Islam Karamov mengajak kelompok ini melawan "campur tangan pihak luar terhadap sistem politik" negara mereka. Meski tak ada satu pun dari pemimpin itu yang menyebut kata "AS", tetapi sulit dibantah bahwa mereka merujuk kepada negara adidaya tersebut. President Rusia Putin pun dalam pidatonya menyamakan kehadiran militer AS di Asia Tengah seperti "banteng di toko keramik China". Tak heran, katanya, bila Uzbekistan tahun lalu memutuskan menutup pangkalan udara AS di negaranya.

Bagi pengamat politik di China mengatakan, pengaruh kelompok ini akan terus berkembang karena Negara Negara ini merupakan kerjasama Negara Negara yang memiliki sumber daya minyak dan gas berlimpah. Perusahaan Gazprom Rusia menyatakan siap berpartisipasi dalam pembangunan jaringan pipa gas alam dari Iran ke India dan Pakistan sepanjang 2.600 kilometer. Juga, China terlibat kontrak jangka panjang pembelian gas alam dan minyak bumi dengan Iran.. Untuk Gas saja , china menanda tangani kontrak 25 tahun dengan Iran. Hampir sebagian besar insfrastructure ekonomi dan sosial dibangun oleh kontraktor dari china. Hal ini, membuat Amerika harus berhitung untuk melakukan penyerangan terhadap Iran. Karena China dan Rusia , tidak akan tinggal diam. Secara politik sikap China dan Rusia atas resolusi DK PBB itu ditandai dengan pertemuan pemimpin Rusia Vladimir Putin dengan pemimpin China Hu Jintao di Moskwa, kedua pemimpin itu dalam pernyataan bersamanya menyampaikan, "Rusia dan China menekankan bahwa masalah program nuklir Iran harus diselesaikan hanya dengan cara damai, melalui perundingan." Ditambahkan, Rusia dan China akan melakukan segala upaya untuk memastikan dimulainya kembali perundingan dengan cepat dan menemukan sebuah penyelesaian jangka panjang yang bisa diterima semua pihak.

No comments:

Cara China mengelola BUMN.

  Tahun 80an China melakukan reformasi ekonomi. Tantangan yang dihadapi China adalah terbatasnya sumber daya manusia yang terpelajar. Anggar...