Friday, February 29, 2008

Paradox : AS

Tanyalah kepada siapapun yang pernah mengenyam pendidikan di AS maka mereka tentu punya segudang kekaguman dengan segala budaya tentang Amerika. Mereka mengenal Amerika sebagai bangsa yang inovasi nya tinggi sekali. Bangsa unggul dalam kompetisi technology. Bangsa yang creative. Hebatnya semua itu mereka sebut sebagai akibat dari sebuah budaya demokrasi yang mengakar dalam masyarakat. Jadi kunci kemakmuran suatu bangsa apabila hak berkreativitas dijamin oleh negara dan itu hanya mungkin apabila ada kebebasan dan anti kelas. Sehingga semua buku yang ada diperpustakaan di unversitas Amerika dilahap begitu saja. Nanti kalau menulis tesis tentang sosial , politik, budaya , ekonomi maka teori ini akan memenuhi footnote. Mereka bangga dan puas bahwa mereka dibesarkan dalam keilmuan oleh bangsa yang tinggi budayanya.

Sekarang , mari kita lihat cerita paradox tentang Amerika. ..

AS paling vocal bicara tentang perlunya pelestarian alam dan lingkungan hidup. AS punya segudang aktivis yang menumpang hidup dalam banyak yayasan untuk mengkampanyekan lingkungan yang bersahabat. Tapi lihatlah, konsumen terbesar bahan bakar minyak adalah bangsa Amerika dan berperan penyumbang terbesar pencemaran udara. Hampir 80 persen pemain kunci dibidang industri pengolahan minyak bumi dikuasai oleh perusahaan AS. Perusahaan multinasional AS menjarah hutan Brazil , Argentina , Mexico. Lembaga keuangannya mendukung pembiayaan terbesar untuk industri plywood di Indonesia dan berperan besar menjadikan hutan Indonesia gundul. Juga dbidang mining di Afrika, Asia dan Amerikan latin , dikuasai oleh para kapitalis AS dan semuanya berperan besar merusak ekosistem. Hebatnya, yang mereka rusak bukan hanya lingkungan hidup tapi juga manusia yang hidup dari lingkungan itu, terpinggirkan karena seluruh laba mengalir ke AS dan menyumbang pajak untuk kejayaan AS.

Dulu ketika minyak di embargo oleh negara Arab, harga minyak melambung sampai USD 60 perbarel dan bangsa AS tetap bisa membeli walau dihadang kriris energi. Namun dengan dibentuknya OPEC harga mulai turun sampai USD 15 dollar dan bahkan pernah mencapai USD 8 per barel. Amerika merasa nyaman dengan harga itu dan masih terus berusaha untuk menekan harga minyak. Kini karena mesin pertumbuhan ekonomi china dan India yang begitu rakus melahap bahan bakar minyak, membuat harga minyak terus melambung hingga hampir sampai mencapai harga USD 100. Anehnya pasar AS terus saja mengkosumsi minyak. Artinya harga itu tetap diterima. Maka selama lebih 25 tahun ekonomi bangsa AS telah menikmati subsidi harga luar biasa besar dari negara produsen minyak,yang notabene sebagian adalah negara miskin yang hidup dari hutang dengan group Amerika. Kalau dihitung jumlah subsidi harga itu maka tidak sebanding dengan jumlah pinjaman luar negeri yang diterima oleh negara miskin , terutama dari Indonesia. Tapi tetap saja Amerika menuntut agar negara penghutang membayar hutangnya tanpa peduli. Mereka penggagas soal HAM tapi sebetulnya merekalah teroris diplanet bumi ini yang melakukan teror secara systematis, hingga negara miskin terjerat hutang yang mengakibatkan krisis anggaran dan kehilangan daya mendukung program sosialnya.

Dulu dan sekarang Amerika digaris depan mendukung pasar bebas. Tapi kenyataannya merekalah negara yang digaris depan melindungi industrinya dari kebangkrutan akibat serangan barang barang import dari china yang semuanya serba murah. Mereka tidak peduli dengan jargon pasar bebas free entry / free out. Rakyat amerika dan lainnya baru menyadari bahwa selama lebih dari 30 tahun mereka mensubsidi para produsen AS dengan membayar produk sepuluh kali lipat dari harga pokok. Data riset dari FED menyebutkan bahwa rakyat amerika setiap tahunnya membayar kelebihan harga sebesar USD 1 triliun. Bagaima dengan bangasa lain yang juga mengkonsumsi produk AS.? , tentu sama saja. Artinya pengusaha amerika yang dikenal sebagai sponsor dana kemanusiaan untuk demokratisasi , ternyata adalah perampok dan penipu terbesar dalam sejarah peradabadan umat manusia.

AS dikenal sebagai Negara yang berada digaris depan memerangi terorisme,. Tapi kenyataannya , pendudukan pasukan Amerika di Irak telah mengakibat krisis berkepanjangan bagi Irak., Mengakibatkan lebih dari 5 juta penduduk keluar dari Irak dan lebih dari 500,000 orang hidup dikamp pengungsian.. Ribuan rakyat Irak disiksa, dilecehkan dipenjara Abu Ghuraib di Irak, Bandingkan dengan korban ledakan bomb WTC ? bandingkan! AS telah menggiring ribuan aktivis kemanusiaan yang anti kebijakan politik luar negerinya ke Tanjung Guantanamo dan Bagram untuk ditahan dan disiksa tanpa diadili... Sejak kejatuhan pemerintahan Taliban di Afganistan, pasukan pimpinan AS telah menangkap dan menahan ribuan orang dan warga negara asing lain di fasiitas pertahanan AS di pangkalan udara Bagram. CIA juga menahan tahanan yang tak jelas jumlahnya, di pangkalan udara Bagram dan lokasi lain di Afghanistan, termasuk di Kabul . Ada banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia oleh personel militer dan intelijen AS di Afghanistan. Semua itu dilakukan tidak lebih menjaga kesinambungan mereka mengontrol business trliunan dibidang energi. Inikah demokrasi yang berbicara indah tentang pluralisme, kebebasan, perdamaian dan kesetaraan

Kita semua tahu bahwa AS creator dan inovator system demokrasi modern yang paling hebat. Tapi lihatlah kenyataanya justru AS pendukung utama pemerintahan dictator, dan memelihara monarkhi seperti Arab Saudi , Kwait, Emirat Arab dan lainnya. Karena Negara Negara ini para pemimpinnya mau diatur oleh mereka dan memberikan laba kepada corporate trannasionalnya. AS juga sebagai investor terbesar di Cihna yang bukan Negara demokrasi karena mereka butuh mengembangkan akumulasi modalnya dinegara dengan populasi terbesar didunia. Amerika pendukung reformasi di Thailand dan penegakan hokum sipil tapi nyatanya AS juga yang melindungi koruptor ex PM Thailand yang lari dari kajaran pengadilan Thailand dan memaksa PM itu dipilih kembali melalui cara demokrasi yang culas untuk menggantikan penguasa militer. Hanya karena pemerintah militer tidak lagi menurut dengan AS.

Pro demokrasi yang dbiayai oleh AS, membenci militer kembali berkuasa karena dikawatirkan mengancam HAM tapi tidak ada satupun yang berani menentang kejahatan HAM yang dilakukan oleh Amerika dengan berbagai pusat tahanan yang rahasia dan kejam itu. Tidak ada yang berani mengecam kebijakan ekonomi AS dan politik luar negerinya yang mengakibatkan banyak negara miskin seperti Indonesia terjebak dalam hutang luar negeri hingga tak berdaya menopang anggaran kebutuhan sosial rakyat. Tidak ada yang berani melawan AS ketika dia melakukan kebijakan anti pasar bebas dengan melindungi petaninya dari produk import, melindungi industri dalam negerinya dari serangan produk murah china. Tidak ada yang berani memprotes AS yang menerapkan system perdagangan pasar uang yang serba rahasia ( non diclose, non transafarance alias anti system demokrasi ) seperti 114 A SEC Act…Mengapa ??? Kok masih saja percaya dengan selaga jargon yang dibawa oleh AS

1 comment:

Edy Djuwito said...

ass. apa kata Qur'an tentang oarang-orang munafik, hal itu akan terjadi pada orang2 Amerika, tunggu tanggal mainnya, wass

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...