Tahun 80an China melakukan reformasi ekonomi. Tantangan yang dihadapi China adalah terbatasnya sumber daya manusia yang terpelajar. Anggaran nasional yang terbatas. Ketergantungan tekhnologi dari luar. Sementara China berburu dengan waktu. Maklum jumlah penduduknya banyak. Telat sedikit aja bergerak maju ke depan, tantangan dan habatan akan semakin besar di masa depan. China tidak bisa hanya sekedar jalan cepat. Tetapi perlu lompatan jauh.
Kalau negara lain mengundang FDI untuk speed up pembangunan. Atau menyerahkan SDA kepada asing agar jadi financial resource membangun ketertinggalan. Namun China menjadikan BUMN nya sebagai strategi melakukan lompatan jauh ke depan. Alasannya? Memanfaatkan secara optimal sumber daya manusia terpelajar yang terbatas . Menjadikan BUMN lead dalam hal misi kode 60/70/80/90/70/90. Menyumbang 60% dari PDB Tiongkok, dan bertanggung jawab atas 70% inovasi, 80% lapangan kerja perkotaan, dan menyediakan 90% lapangan kerja baru. 70% investasi dan 90% ekspor. Jadi BUMN bertufas melakukan trickle down effect kepada rakyat banyak melalui industrialisasi.
Kalau diibaratkan China itu adalah BigCorp yang dikelola secara oligarki. Pemerintah, Partai, Corp dalam satu sinergitas. Untuk membangun BUMN sesuai angka kode itu dan atas dasar disiplin tinggi terhadap visi dan misi dari amanah konstitusi maka struktur BUMN dibentuk dengan otoritas dibawah SASAC- The State-owned Assets Supervision and Administration Commission of the State Council ( Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara). SASAC terhubung dengan universitas, pusat riset nasional, PEMDA dan kota, kementrian keuangan dan Bank Central.
Walau keberadaan BUMN ini menerapkan pasar bebas, namun dikomandani oleh negara. BUMN memang tidak 100% berorientasi laba sebagaimana prinsip kapitalis. Namun kehadriannya di desgin sebagai lokomotif dunia usaha dan cahaya terang bagi rakyat banyak menuju masa depan. Yang tentu juga pengawal hebat negara dalam menghadapi sinergi, kolaborasi dengan asing lewat FDI. Ini cara jenial China me-leverage sumber daya moneter dan fiskal yang terbatas. Jadi bagaimana teknis implementasi dari design BUMN tersebut ?
Ya, BUMN focus kepada Industri hulu dibidang Petrokimia, Oil and Gas, Sumber daya mineral ( Baja, tembaga, nickel, almunium, timah, silica, logam tanah jarang dll), Teknologi tinggi, Jasa kontruksi, Infrastruktur ekonomi, Agro, estate food. Seluruh Industri hulu itu disubsidi oleh Negara. Subsidi meliputi bunga murah, bebas bea, kemudahan pembiayaan, biaya R&D. Namun mereka tidak boleh ekspor kecuali pasar domestic sudah tercukupi. Karena tugas BUMN memang mendukung tumbuh berkembangnya Industri downstream secara luas, yang memang menjadi agenda nasional agar rakyat terlibat berpartisipasi langsung dalam pembangunan.
Perjuangan itu tidak mudah. China sempat dilanda chaos politk. Tragedi Tiananmen Square pada tahun 1989. Mahasiswa curiga, pemerintah menghalangi demokrasi demi membesarkan oligarki. Tapi berkat kepemimpinan yang kuat, proses pembangunan terus berlanjut dengan sikap disiplin keras. Elite yang korup di-hukum mati. Apa hasilnya? Tahun 2000-an, downstream Industri berkembang pesat. China berubah dari negara pengimpor utama barang-barang seperti kaca, kertas, produk baja, dan suku cadang mobil, menjadi produsen utama dan eksportir global yang dominan untuk produk-produk ini. Dan kini China sudah lead di semua produk industri dan menjadi kekuatan dalam supply chain global.
Bagaimana pergeseran seismik ini dapat terjadi dalam industri-industri di mana China tidak memiliki keunggulan khusus dalam hal tenaga kerja, teknologi, atau sumber daya alam? Jawabannya, ya karena kebijakan subsidi produksi dan aliran modal yang diarahkan negara kepada BUMN. Yang dimotori oleh Central Huijin Investment Ltd, yang merupakan Sovereign Wealth Fund dan bersama sama dengan Bank BUMN seperti Bank of china, khusus investment, China Construction Bank, khusus infrastruktur dan development, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), khusus industry dan perdagangan, Agriculture bank China khusus pertanian, serta People Bank of China (PBOC).
Untuk menjamin pertumbuhan berkelanjutan. Pendapatan ekspor berupa devisa tidak dibelanjakan, tetapi melalui Investment Holding (CIC, CIITC dan lain lain ) di-investasikan ke luar negeri lewat surat berharga agar kurs China semakin stabil dan saham korporat negara lain yang menguasai SDA agar pasokan material Industri hulu domestic terjamin. Dan ini menambah deretan proxy BUMN China dalam bentuk Holding Company yang beroperasi secara international. Mereka jadi agent China, bukan hanya upaya mendapatkan teknologi, juga menarik modal dari pusat keuangan dunia.
Tidak ada yang tahu pasti berapa banyak BUMN beserta unit bisnisnya di China. Mungkin kalau digabung BUMN/BUMD ada 391.000 unit, tetapi analisis baru menemukan data bahwa 363.000 merupakan 100% milik negara, 629.000 adalah 30% milik negara, dan hampir 867.000 negara hanya sebagai penyerta tanpa kendali. Itu belum termasuk perusahaan swasta dengan ekuitas negara secara tersamar. Ada 109 perusahaan China yang terdaftar di Fortune Global 500. Swasta hanya 16. Sisanya adalah BUMN.
Jadi sebenarnya BUMN itu memang melaksanakan 60% peran negara dalam melaksanakan agenda nasional. Kalau rasio GINI China 0,42 terliat timpang, namun segelintir itu bukan private tetapi BUMN.. Kalau utang domestic Publik China sangat besar atau diatas 300% PDB, itu bukan utang pemerintah tetapi utang BUMN kepada rakyat lewat thematic bond seperti LGVF dan lain lain yang project dedicated. Bunga sangat kecil dan kebanyakan skema SUKUK atau revenue bond. Mungkinkah Indonesia belajar dari China ?