Thursday, October 10, 2024

Tata niaga pertanian.

 



Pengantar.

Saya tidak bisa membayangkan kalau bangsa Indonesia seperti Jepang atau Singapore yang miskin SDA. Mungkin kita sudah mati kelaparan. Mengapa ? sejak era Soekarno sampai Jokowi, ekonomi kita tidak pernah beranjak dari sektor tradisional ke industri. Dari hidup mengandalkan otot ke otak. Kita keruk mineral tambang dari bumi kita yang berdampak kepada kerusakan lingkungan, sementara pada waktu bersamaan kita juga buang devisa untuk perut kita.


Engga percaya? data menunjukan dalam 11 tahun terakhir, belanja impor pangan mencapai US$84,8 miliar atau setara Rp1,272 triliun untuk hanya berbelanja enam dari sembilan barang kebutuhan pokok/sembako-beras, susu, bawang, garam, daging dan gula. Apa artinya? kita korbankan SDA yang Tuhan berikan, tetapi kita lupa bersukur untuk menjaganya. Lingkungan rusak dan hancur, keadilan sosial dalam angka GINI rasio melebar, bahkan untuk isi perut pun kita tidak mandiri.


Saya tidak akan menyalahkan pemerintah kalau saya tidak tahu bagaimana mudahnya membuat kita hebat sebagai negara agraris. Setidaknya kita tidak perlu hancurkan SDA untuk dapat devisa impor pangan. Apa itu? Masalahnya ada pada tataniaga yang tidak berpihak kepada kemandirian dan ketahanan pangan. Sehingga menimbulkan rente dengan rekaya menyumbat produki agar bisa impor. Sumbat market agar harga naik. Sumbat otak agar orang males produksi. 


Tata niaga yang baik akan menghapus rente dalam tataniaga pertanian. Mengapa ? karena setiap produsen dan konsumen berada dalam ekosistem marke place, yang mudah mengakses barang dan financial. Yakinlah, dengan sistem ini semua sumber daya pertanian akan menjadi peluang bisnis bagi sebagian besar rakyat. Karena imbal hasil besar dan proses produksi murah.


Apa itu tataniaga pertanian.

Di negara modern perdagangan memerlukan pengaturan atau dalam Bahasa mesranya disebut tata niaga atau commerce. Tujuannya agar distribusi barang atau jasa bisa berjalan efisien dan efektif. Memang  tata niaga tidak terkait dengan produksi namun ia menjadi bagian dari business process. Artinya walau distribusi pertanian terjadi dengan efektif dan efisien namun kalau proses produksi tidak efisien pada akhirnya akan merugikan secara bisnis. Dan pasti tidak akan sustain.


Sebelum kita masuk ke tata niaga. Kita bahas dulu secara sederhana bagaimana ekosistem produksi pertanian. Pertama. Petani perlu informasi lengkap terkait rencana tanam sesuai dengan trend pasar. Maklum produk pertanian itu volatile baik pasar domestic maupun international. Pemerintah harus menyediakan akses informasi itu dengan mudah dan cepat. Kedua. Pemerintah harus memastikan ketersediaan lahan yang minimal secara bisnis layak. Minimal satu rumah tangga petani punya lahan 2,5 hektar.


Ketiga. Pemerintah harus mengatur kepastian ketersediaan akan pupuk, bibit, pestisida dan irigasi. Tata niaga supply chain pertanian diatur dengan efisien sehingga tidak ada distorsi timbulnya rente yang merugikan petani. Keempat, adanya ekosistem financial dalam bentuk Supply chain financial (SCF) untuk kebutuhan petani berproduksi. Tentu harus didukung data stake holder yang valid dan mudah diakses. Demikian empat itu saja. 


Sekarang mari kita bahas apa itu tataniaga. Tata niaga itu lahir dari kebijakan public yang bertujuan terbentuknya partisipasi pasar. Partisipasi pasar berdampak besar pada kesejahteraan petani dengan meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui volume penjualan yang lebih tinggi dan harga yang lebih baik serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan gizi. Partisipasi ini juga menyediakan akses ke informasi dan sumber daya pasar yang berharga, seperti input produksi, yang membantu meningkatkan produktivitas pertanian.


Nah sekarang mari kita bahas tata niaga pertanian. Saya akan bahas secara sederhana saja, Sederhana karena sudah diterapkan di China, India dan Thailand. Tata niaga yang penting ada tiga hal.


Pertama. Pusat warehouse  yang dilengkapi layanan untuk penyimpanan atau penitipan barang dalam sistem warehouse receipt. Dikelola secara IT system. Pembeli  bisa mengetahui stok barang tersedia lewat camera CCTV yang bisa diakses secara online. Pembeli dan penjual tidak usah repot mengatur delivery, karena sistem warehousing dilengkapi dengan layanan logistik darat, udara maupun laut. Petani tidak perlu pusing memasarkan produknya dan pasti terhindar dari jatuhnya harga ketika panen akbar. Karena Gudang dilengkapi dengan fasilitas ecommerce market place yang terhubung dengan market domestic maupun international. 


Kedua. Khusus untuk produk pertanian yang mudah rusak seperti cabe, tomat, buah buahan, pusat logistic juga dilengkapi dengan pemrosesan semi-finished goods. Sehingga qualified secara kualitas menjadi bagian dari supply chain industry pengolahan makanan dan minuman. Sistem ini juga memungkinkan berkembangnya industry dalam negeri. Karena pasokan terjamin secara terorganir. Sebaiknya setiap provisi dilengkapi warehouse yang ada fasilitas treatment semacam ini.


Ketiga. Warehouse juga dilengkapi dengan ekosistem financial berupa warehouse receipt. Artinya sambil menunggu produknya laku terjual, petani bisa jadikan receipt atau resi itu sebagai instrument marketable atau non negotiable. Receipt itu bisa mereka jual di pasar dengan harga forward. Penyerahan barang dilakukan forward (kemudian). Atau petani bisa gadaikan receipt ( non negotiable) itu selama menanti harga terbaik mereka bisa jual. Sistem ini di China dan India, mendapat dukungan dari fund provider dan clearing house. 


Dengan tiga hal itu, pertanian sudah dikelola dengan mindset industry. Secara signifikan akan meningkatkan keaneka-ragaman produk pertanian yang berorientasi kepada pasar dan laba. Rakyat mayoritas petani akan makmur.  Jadi engga sulit memakmurkan mayoritas penduduk. Apalagi pemerintah punya sumber daya besar untuk menciptakan tataniaga itu.


No comments:

Tata niaga pertanian.

  Pengantar. Saya tidak bisa membayangkan kalau bangsa Indonesia seperti Jepang atau Singapore yang miskin SDA. Mungkin kita sudah mati kela...