Thursday, April 10, 2025

Indonesia menampung penduduk Gaza ?

 




Di banyak wilayah Mediterania, corniche adalah jalan pesisir yang memeluk tebing atau lereng bukit. "Corniche el-Nil" Kairo adalah jalan yang membentang di sepanjang Sungai Nil—dan di Lebanon, Corniche Beirut berfungsi sebagai kawasan pejalan kaki tepi laut. Corniche umumnya dikaitkan dengan French Riviera, tempat tiga rute terkenal— La Grande Corniche, La Moyenne Corniche, dan La Basse Corniche —menghubungkan Nice dengan Monaco dan Menton.  Jalan di sepanjang pantai atau sisi gunung, yang menawarkan pemandangan yang menakjubkan.


Dalam novel “ Tender Is the Night karya Fitzgerald  bercerita tentang kemegahan Hôtel des Étrangers, tempat para ekspatriat Eropa berpesta. Riviera berfungsi sebagai fantasi pelarian, tempat di mana pesona Dunia Lama bertemu dengan hedonisme modern. Riviera digambarkan sebagai dunia yang penuh dengan kemegahan. Wilayah Gaza yang berlokasi di pesisir laut medieranian memenuhi semua fantasi akan  Riviera. Mungkin akan mengalahkan Dubai atau kota baru Ras Al Hekma yang akan dibangun UEA di Mesir. 


Sebagai pebisnis real estate dan property yang sukses, Donald Trump lebih melihat wilayah Gaza dari kacamata bisnis daripada politik. Pada bulan februari 2025, Trump menyampaikan rencana konkritnya, yaitu mengubah kota Gaza yang hancur dan miskin menjadi  kota baru yang modern bernama “Riviera Middle East”. Tentu gagasan Trump ini disambut baik oleh Israel, yang memang sudah punya rencana membangun pusat industry gas di Gaza dengan memanfaatkan potensi deposit gas yang besar di Cekungan Levant laut mediteranian. 


Rencana ambisius kedengarannya. Menjadikan Gaza sebagai kota yang punya daya tarik untuk wisata maupun bisnis jasa bidang Industri migas dinilai cukup feasible. Kota itu akan jadi pusat kasino dan kehidupan cosmopolitan yang hiperkapitalisme. Namun yang jadi masalah adalah kota Riviera Middle East itu bukan untuk penduduk Gaza. Sama seperti dulu kala saat pebisnis AS mau menjadikan Las Vegas sebagai kota judi dengan mengusir penduduk asli keluar.


Lantas bagaimana dengan penduduk Gaza ? rencana Trump mengusiri semua penduduk Gaza.  Tentu saja rencana Trump ini ditolak oleh Inggris, Jerman, Prancis, dan banyak negara Eropa lainnya. Alasan mereka itu dianggap sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan menurut hukum internasional. Namun Trump tidak peduli. Dia tetap dengan proyek ambisinya. Israel tentu dengan semangat maju tak gentar mendukung rencana Trump itu.


Yang jadi pertanyaan adalah lantas mau direlokasi kemana penduduk yang berjumlah 1 juta lebih itu? Arab tidak bersedia menjadi tempat relokasi penduduk Palestina. Nah utusan khusus Trump, Steve Witkoff, untuk Timur Tengah, mengusulkan Indonesia sebagai tempat tujuan relokasi penduduk Gaza. Saya pikir ini hanya joke. Apalagi Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan “menolak keras segala upaya pengusiran paksa warga Palestina”. Karena apapun alasannya tidak ada orang mau meninggalkan tanah kelahirannya dengan ikhlas kecuali keadaan terpaksa. Dan lagi itu bertentangan dengan upaya perjuangan kemerdekaan Palestina.


Namun dari media Ibrani saya baca. Ternyata walau Indonesia tidak punya hubungan diplomatik, secara diam diam komunikasi khusus terjalin antara Yerusalem dan Jakarta untuk mengembangkan program relokasi tersebut. Dua bulan setelah penolakan dari Kemenlu Indonesia. Prabowo setuju untuk menerima 1000 penduduk Gaza.  Alasanya ? “Komitmen Indonesia dalam mendukung keselamatan rakyat Palestina dan kemerdekaannya telah mendorong pemerintah kita untuk bertindak lebih aktif,” kata Prabowo saat hendak memulai lawatan ke luar negeri yang meliputi Turki, Mesir, dan Qatar. 


Namun Prabowo punya syarat asalkan dapat persetujuan dari 5 negara TimTeng. Menurut teman, ini cara Prabowo menolak keinginan Trump. Karena kemungkinan besar lima negara middle east tidak setuju dengan alasan relokasi. Bagaimana dengan penampungan sementara? Tentu harus ada jaminan cost dari UNHCR. Kan engga mungkin dalam APBN tercantum pos biaya pengungsi Gaza. Lah rakyat kita aja banyak kelaparan dalam kemiskinan.


Nah kini Prabowo sedang berusaha melobi negara Timur Tengah untuk mengerti alasan Indonesia bersedia menampung penduduk Gaza demi alasan kemanusiaan. Namun kemarin bulan ini , Trump  mengatakan bahwa tidak ada warga Gaza yang akan diusir. Kan bingung jadinya.  Padahal pada bulan Februari. Dia mengusulkan AS "mengambil alih" Gaza dan mengubahnya menjadi "Riviera middle east" sambil memaksa penduduk Palestina untuk pindah ke Mesir, Yordania, atau negara lain termasuk Indonesia.  Kalau Trump tidak jadi mengusir pendudk Gaza, lantas siapa ? apa kehendak Israel saja ?

Thursday, April 3, 2025

Soros itu monster. Benarkah ?

 





George Soros lahir di Budapest  pada 12 agustus 1930 namun perang dunia kedua, keluarganya hijrah ke AS. Dia lahir dari keluarga Yahudi. Banyak pihak mengutuk George Soros sebagai penyebab krisis moneter di Asia.  Banyak juga yang anggap dia sebagai genius pasar uang dan dikenal pemain hedge fund legendaris. Menurut saya apa yang dilakukan oleh Soros bukanlah hal yang terlalu fenomenal. Dia hanya berbeda sudut pandang dengan orang lain, terutama terhadap harga yang dibentuk oleh pasar. Misal, orang anggap pasar selalu benar. Bagi Soros, pasar selalu salah. Dalam hal ini dia ada benarnya walau tidak selalu benar.


Tahun 1990an ekonomi Thailand tumbuh diatas 10%. Menjadi keajaiban Asia.  Sama seperti Indonesia yang dikenal dengan istilah macan asia. Pasar uang bergairah dan banjirnya modal masuk. Mata uang menguat. Namun dibalik pujian pasar itu, Soros bersikap lain. Menurutnya pasar telah tertipu. Setiap pertumbuhan diatas wajar, pasti ada masalah. Setidaknya moral hazard. Di balik confident market, data ekonomi Thailand berkata lain. Pertumbuhan itu dibiayai dari utang luar negeri. Pabrik berdiri dengan ketergantung supply chain impor. Itu growth diatas istana pasir.


Makanya saat Soros masuk ke pasar dengan niat mempecundangi Baht, itu dianggap oleh sebagian besar orang dia berjudi. Padahal itu hanya perbedaan sudut pandang aja. Dengan kendaraan Quantum Fund, dia fundraising. Menjual product hedge fund kepada investor dan lembaga keuangan. Dari uang yang terkumpul itu dia leverage lewat kontrak berjangka ( future trading) dan opsi.  Operasi keuangan itu memang dibenarkan dalam system keuangan dunia. 


Contoh, dia pasang posisi baht dalam future trading. Katakanlah pada kurs USD 1 sama dengan 25 baht Thailand di bulan juni 1997. Kemudian dia banjiri pasokan baht di market. Itu memungkinkan. Karena dia masuk lewat leverage. Misal untuk transaksi USD 100 juta, dia hanya bayar premium opsi 0,08%. Bayangin aja kalau dana hedge fund nya ada USD 10 miliar. Itu raksasa sekali volume transaksinya. 


Ya wajar kalau karena itu mendorong supply baht meningkat significant terhadap permintaan mata uang USD.  Ya hukum demand and supply. Bisa ditebak endingnya. Kalau pasokan tinggi, harga jatuh. Nah disaat kurs baht jatuh ke 50/USD pada januari 1998, product hedge fund nya untung  dua kali lipat. Apalagi karena itu Bank central lakukan devaluasi mata uang.


Apa yang terjadi pada Thailand tahun 1998, juga sama dengan yang terjadi pada Malaysia ringgit, Korea Won, Indonesia IDR.  Kalau sudah terjadi, keliatannya sederhana. Tetapi sebelum itu terjadi, semua mengatakan tindakan Soros spekulatif. Apalagi IMF dan World bank memuji ekonomi Thailand dan Indonesia yang lentur dan resilience terhadap goncangan eksternal. 


Dan kalau akhirnya Soros untung miliaran USD, itu karena lawan tradingnya banyak, yang semuanya berlawanan arah dengan Soros. Sebenarnya langkah Soros itu sebelumnya sudah dia lakukan pada inggris tahun 1992. Apa yang dikenal dengan Black Wednesday. Crash money market pond. Dia memanfaatkan kerentanan Poundsterling secara fundamental. Tapi orang banyak tidak pernah belajar dari sejarah. Memang pasar itu seperti sihir. Mudah mengecoh orang yang irrasional. Tetapi tidak bagi pemain hedge fund.


Tetapi berbeda dengan Hong Kong, yang juga diserang oleh Soros tahun 1997. Awalnya Hong kong sempat kewalahan. Karena cadev nya hampir habis menghadapi serangan Soros. Sementara Soros sudah untung banyak. Tetapi akhirnya Beijing masuk lewat pasar Hangseng melindungi Hong Kong. Dengan kekuatan candangan devisa China, justru Soros harus perintahkan team nya untuk retreat dari Hong Kong. Sementara setelah itu Hong Kong semakin tinggi trust nya di pasar uang dunia. 


Nah, daripada terus mengutuki Soros dan menjadikan dia sebagai icon monster pasar uang, dan kambing hitam, lebih baik pemerintah focus kepada penguatan fundamental ekonomi dengan kebijakan yang rasional seperti China. Ingat,  kalau mata uang Rupiah terpuruk, kita bisa saja menyalahkan pasar atau orang semacam Soros. Namun kita tidak berdaya. Karena sebenarnya pasar sedang mengkoreksi kita dengan membuka aib kita. Artinya kalau selama ini kita keliatan hebat, bukan karena fundamental kita kuat. Tetapi karena pasar menyembunyikannya. Pahami itu.

Indonesia menampung penduduk Gaza ?

  Di banyak wilayah Mediterania,  corniche  adalah jalan pesisir yang memeluk tebing atau lereng bukit. "Corniche el-Nil" Kairo ad...