Perdana Menteri Li Qiang pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, tahun lalu. Pada saat itu, Li menyoroti bahwa Tiongkok tidak mencapai pembangunan ekonominya melalui “stimulus besar-besaran” dan “tidak mencari pertumbuhan jangka pendek sambil mengumpulkan risiko jangka panjang.” “Sebaliknya, kami fokus pada penguatan faktor internal,” kata Li. Ungkapan Li itu bagi pasar sebagai sinyal bahwa China akan focus kepada kebijakan inward looking yang berdampak kepada terjadinya deflasi. Targa barang dan jasa jatuh ke titik teredah. Tentu memperlambat pertumbuhan.
Kemarin senin, Bank Rakyat Tiongkok mempertahankan suku bunga utama pinjaman satu tahun dan lima tahun masing-masing sebesar 3,45% dan 4,2%, sesuai dengan perkiraan. Pada umumnya orang beranggapan suku bunga ini akan mendorong tumbuhnya produksi swasta dan laju konsumsi rumah tangga. Nyatanya sejak tahun lalu kebijakan suku bunga itu tidak berdampak apapun terhadap dunia usaha, bahkan banyak pabrik berorientasi ekspor tumbang. Sebegitu kerasnya keluhan dunia usaha dan pengamat, namun Beijing tidak berkomentar apapun. Diam saja.
Kalau anda terbiasa hidup dalam sistem demokrasi bebas, anda pasti akan anggap China tolol. Karena punya mesin produksi tetapi justru kebijakan ekonomi membuat deflasi. Tiongkok dan negara-negara lain di dunia tampaknya hidup di dua alam semesta yang berbeda. Tiongkok memangkas suku bunga untuk menghindari deflasi sementara negara-negara lain berjuang melawan inflasi. Negara lain kebanjiran uang kurang produksi. China kebanjiran barang tapi kurang uang.
Lantas apa sih sebenarnya dasar kebijakan China mengerem laju ekonominya? Sebenarnya ini bukan karena situasi global tetapi bagian dari program jangka panjang China mennuju 2050. Sejak tahun 2013 China sudah beralih ke sektor pedesaan atau ekonomi inklusif akar rumput. Yaitu memperkuat fundamental ekonomi pada akar rumput. Itu wajar saja. Karena sekian dekade kebijakan ekonomi China outward looking. Pemerintah memberikan banyak dukungan kepada BUMN, swasta besar dan menengah untuk tumbuh.
Akibat kebijakan inward looking itu, sejak tahun 2008 revitalisasi pedesaan dimulai dan tahun 2013 selesai dilaksanakan. Sejak 2013 China secara berlahan beralih ke inward looking policy. Akibatnya inward looking itu menempeleng keras perusahaan swasta , seperti New Oriental, DiDi Chuxing, Alibaba dan platform TI lainnya, yang dianggap memeras usaha kecil.Terjadi migrasi penduduk kota ke desa. Alasan biaya hidup lebih murah dan peluang dapatkan uang lebih besar. Sementara Industri high tech berat maupun ringan memang terpukul. Jasa keuangan dan property juga terpukul. Tapi industri agro terbang dan menikmati pertumbuhan sangat besar. Kini uang di kota kota besar berkurang perputarannya, dan telah bergeser ke pedesaan.
Itu terjadi by design lewat tiga kebijakan saja. Pertama, Mengurangi kredit ekspor. Kedua, peningkatan upah 10 kali lipat di zona ekonomi khusus dan ketiga, perbaikan tatan niaga agro dan industri pedesaan secara luas. Diharapkan tahun 2050, desa desa itu sudah berubah jadi kota. Sehingga China akan menjadi satu satunya negara yang sukses mengubah lanskap desa menjadi kota dan saat itu kemakmuran terjadi bagi semua.
***
Beberapa dekade lalu, penduduk desa bergantung pada menanam gandum dan jagung untuk mencari nafkah dan pendapatan bersih per kapita tahunan mereka saat itu kurang dari 3.000 yuan. Hal ini mendorong banyak pemuda desa untuk pergi ke kota sebagai pekerja migran, meninggalkan mereka yang sebagian besar lahir pada tahun 1950an dan 1960an untuk mengurus lahan pertanian.
Dalam beberapa tahun terakhir, ketika Tiongkok memajukan revitalisasi pedesaan, hampir 120 anak muda yang lahir pada tahun 1980an dan 1990an di Desa Gengdian telah kembali dari kota dan bergabung dengan generasi petani baru. Mereka sering kali menolak subsidi dana desa. Mereka hanya focus menerapkan konsep pertanian modern, yang difasilitas pemerintah dengan adanya warehousng ecommerce market place. Pasar terjamin dan supply chain aman dari mafia broker. Tekhnologi tersedia.
Cao Youzhong 34, bekerja di kota-kota besar setelah lulus kuliah pada tahun 2010, sebelum kembali ke kampung halamannya di Provinsi Shandong, Tiongkok timur, lebih dari empat tahun lalu. Dia mengelola 3,3 hektar buah pir, enam rumah kaca sayuran, dan 11 rumah kaca anggur di sana. Dia memanen buah pir secara melimpah tahun ini, dengan pendapatan bersih 75.000 yuan (sekitar 10.550 dolar AS) per hektar. Total pendapatan bersihnya, termasuk yang dihasilkan dari sayuran dan anggur, diperkirakan mencapai 420.000 yuan tahun ini.
“Dulu saya mendapat penghasilan paling banyak 8.000 yuan sebulan saat bekerja di kota, tapi sekarang saya mendapat penghasilan lebih banyak lagi,” kata Cao. Desa kecil dengan populasi lebih dari 800 jiwa ini telah mendirikan pabrik pembibitan cerdas, koperasi buah dan sayuran, dan pabrik pengemasan dan pengolahan, serta warehouse ecommerce market place untuk meningkatkan penjualan. Industri rumah kaca yang berkembang pesat ini menghasilkan pendapatan yang besar dan kualitas hidup yang tinggi, menjadikan desa ini lebih menarik bagi kaum muda yang ingin memulai bisnis mereka sendiri.
Geng Fujian berhenti dari pekerjaannya di sebuah pabrik elektronik di pusat manufaktur Shenzhen bagian selatan dan kembali ke desa tersebut pada tahun 2010. Lewat program revitalisasi desa, membantunya mendapatkan pinjaman tanah dan bank untuk membangun rumah kaca.
Gerakan kembali ke desa ini memang bagian tak terpisahkan dari revitalisasi desa. Ini gerakan revolusioner. Mengubah statusquo pertanian dengan paradigma baru, yaitu mindset industri. Kader partai komunis di seluruh China dilibatkan sebagai mentor bidang pertanian. Mereka secara langsung mengajari teknik bertani. Secara rutin melatih para petani muda di lahan percontohan pertanian, di mana praktik pertanian modern seperti budidaya tanpa tanah, fertigasi, dan pengatur suhu otomatis diterapkan.
“Dengan tersedianya praktik pertanian modern, bahan dan mesin pertanian, serta lingkungan kewirausahaan pertanian yang lebih baik, para petani muda tidak perlu lagi bekerja keras seperti generasi sebelumnya,” kata Kader partai komunis.
Geng, 34 tahun, menghasilkan lebih dari 400.000 yuan dari menanam cabai tahun lalu. "Saya mendapat penghasilan lebih banyak dari menanam sayuran rumah kaca dibandingkan bekerja di pabrik. Tidak ada banyak perbedaan antara kehidupan pedesaan dan perkotaan. Terlebih lagi, saya bisa lebih dekat dengan orang tua dan anak-anak saya dan merawat mereka dengan baik," dia dikatakan. "Saya sekarang merasakan kepuasan dan kebahagiaan.”
Desa Gengdian adalah lambang upaya revitalisasi pedesaan di negara ini. Dipicu dan didorong oleh dorongan ini, sejumlah besar klaster industri khusus dan kawasan pertanian modern bermunculan di seluruh negeri, dengan banyak generasi muda yang kembali ke kampung halaman mereka – seringkali dengan modal, teknologi, dan ide-ide baru. Kegiatan inovasi dan kewirausahaan berkembang pesat di pedesaan. Selama dekade terakhir, puluhan juta orang telah kembali ke desa untuk mendirikan usaha, dan setiap entitas rata-rata menciptakan enam hingga tujuh pekerja. Sedikitnya 800 juta orang desa mendapatkan pekerjaan yang stabili berkat kehadiran mereka.
No comments:
Post a Comment