Pandemi COVID19 membuka tabir tentang dua hal. Pertama, betapa rendahnya sistem pertahanan bangsa terhadap serangan pandemi. Itu ditandai hanya segelintir negara atau 7 yang mampu menyediakan vaksin, tapi tidak ada satupun negara bisa mengalahkan China dari segi kapasitas produksi vaksin. Kedua, betapa rentannya negara di dunia terutama negara industri maju terhadap rantai pasokan. China mengurangi produksinya sebagai akibat pembatasan sosial, dunia mengalami goncangan rantai pasokan.
Sampai kini hal yang mengkawatirkan Dunia adalah begitu besarnya ketergantungan dunia terhadap rantai pasokan dari China. Pabrik Kendaraan di Eropa , AS dan Jepang, terpaksa menurunkan kapasitas produksinya karena kelangkaan pasokan semikonduktor. Bahkan industri elektronik mengurangi produksi akibat kelangkaan pasokan rare earth dari China. Banyak negara ketiga yang menghentikan produksi tekstilnya karena kelangkaan rantai pasokan benang dan kapas dari China. Belum lagi industri pharmasi dunia juga terseok seok akibat kelangkaan pasokan API dari China. China menyumbang hampir seperenam dari ekspor global—sebuah rekor tertinggi yang mengalahkan negara-negara pemasok terbesar, AS dan Jerman.
Yang lebih mengkawatirkan adalah industri pertahanan juga bergantung kepada rantai pasokan dari China. China leading dalam rantai pasokan sistem kendali roket dan rudal. Bahkan sektor luar angkasa komersial China mampu memproduksi roket angkut satelite ke angkasa berbiaya lebih rendah dibandingkan roket dari AS dan Eropa. Tahun 2030 China mungkin akan menjadi kelas dunia disemua bidang tekhnologi. Itu sangat mungkin. Karena China telah membangun ekosistem produksi yang kuat untuk hampir setiap industri, semua dalam skala besar dan mencakup berbagai produk berteknologi rendah, berteknologi menengah, dan bahkan berteknologi tinggi.
Krisis struktural dunia bidang produksi sekarang dipicu oleh akibat kebijakan China dalam rantai pasokan. Dampaknya sangat luas, merubah paradigma politik global, geopolitik dan geostrategis. Komunitas intelijen AS melihat Beijing menggunakan kekuatan ekonomi ini secara paralel dengan kekuatan militer untuk mengamankan pengaruh regional dan global. “Pemerintah China mampu memanfaatkan posisi dominannya dalam rantai pasokan globa utama dalam upaya mencapai tujuannya. “ Demikian kata pengamat intelijen.
Menurut saya dominasi China dalam rantai pasokan tidak bertujuan untuk mengendalikan dunia, tetapi lebih karena kepentingan domestik. China kini lebih focus kepada kebijakan inward market. Mereka ingin mengurangi ketergantungan kepada pasar ekspor agar ekonominya bisa sustains dalam jangka panjang. Pada waktu bersamaan China berusaha mendorong perdagangan dunia tanpa restriksi tarif.
“ Masalahnya banyak negara mampu menyediakan rantai pasokan sendiri untuk industrinya, tetapi memproduksi nya dengan harga murah, itu yang sulit. China telah mengakar dalam rantai pasokan global pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi China lakukan itu tidak mudah. Mereka membangun jaringan logistik pelabuhan, kereta api, dan jaringan telekomunikasi terbaik di dunia untuk melengkapi kehebatan manufakturnya.“ kata teman peneliti geostregis. Ya artinya lebih kepada mindset dalam hal berproduksi. Saya terhenyak. Karena membayangkan banyak industri Tekstil dan Produksi tekstil I ndonesia yang bankrut dengan korban PHK massive.
No comments:
Post a Comment