Tuesday, November 29, 2022

Polarisasi politik

 





Dalam video yang beredar, Benny meminta Jokowi bertindak tegas, menempuh jalur hukum terhadap pihak-pihak yang kontra pada pemerintah. Jika langkah itu tak ditempuh, Benny mengancam relawan Jokowi bakal turun ke lapangan untuk menandingi pihak-pihak yang kontra pada pemerintah. Sikap Benny, Ketua Umum salah satu relawan Jokowi, yakni Barikade 98 adalah cermin betapa demokrasi bukan hanya membelah golongan tetapi juga membelah perasaan. Survey SPIN, 65% responden mengatakan bahwa kita sebagai bangsa sudah terberai sejak tahun 2014.


Survei Litbang Kompas tentang situasi politik nasional menyatakan sebanyak 36,3 persen publik menilai buzzer, influencer, atau provokator menjadi hal utama yang membuat polarisasi atau keterbelahan di masyarakat makin meruncing. Dalam buku the psychology of political polarization. Adanya uang haram yang masuk ke ruang publik untuk membiayai influencer lewat media sosial dan media massa. Itu bisa jadi karena untuk menjaga kepentingan oligarki politik dan bisnis dalam sistem demokrasi, memang polarisasi cara mudah mendapatkan kantong suara.


Lantas mengapa begitu mudah terprovokasi? Bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga sama. Setiap negara menyimpan potensi konplik antar golongan.  Umumnya terbagi dua, golongan konservatif dan Liberal. Konservatif, cenderung melihat dunia ladang maksiat. Ukuran  kesuksesan pribadi diwujudkan melalui kepatuhan kepada standar agama. Sebaliknya, kaum liberal cenderung memandang dunia sebagai struggle. Ukuran sukses, adalah kemampuan beradaptasi dan berkompetisi.


Gagasan tentang hidup yang berbeda ini membentuk mindset sosial dan politik. Konservatif, membingkai topik politik dalam bahasa agama dan budaya, sementara kaum liberal membingkai topik semacam itu dalam bahasa nilai, seperti kasih sayang dan kesetaraan. Perbedaan minset inilah yang dapat membuat orang salah memahami motif orang lain, membuat keretakan politik tampak lebih dalam dari yang sebenarnya. Distorsi ini membuat dialog yang bijaksana menjadi sulit pada saat yang paling diperlukan. 


Tidak ada pemerintahan yang sempurna.  Tidak ada idiologi yang ideal.  Kalau berangkat dari kesempurnaan, maka itu semua jadi omong kosong. Kita hidup atas ketidak sempurnaan itu dan menjadi agent untuk melakukan perubahan. Perubahan itu hanya bisa dilakukan apabila kita bersatu. Nah pemahaman  seperti ini lahir dari kepemimpinan nasional yang kuat dan tidak memihak. Ia mempersatukan dan menyejukan bagi semua pihak.


No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...