Friday, March 11, 2022

Perang dan bisnis.

 





Pada tahun 2020 teman saya di New York memberikan data riset energi. Dari data itu saya tahu bahwa tahun 2020 perusahaan gas dan minyak kehilangan pendapatan USD 1 trilion. Penyebanya karena kampanye upaya pengurangan energy fusil dan kemudian datang Pandemi. Semester pertama tahun 2020, harga minyak dari rata-rata bulanan $64 per barel pada Januari menjadi hanya $18 per barel pada April. Kebayang kan. Akan masa depan industri MIGAS ini. Mengangkat harga setelah Pandemi tidak mudah. Apalagi ada program green energy.


Sementara itu, ada 10 besar perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia. Dari 10 besar ini, 3 dari AS yaitu Phillips 66, Chevron, ExxonMobil. 2 dari Rusia, Lukoil dan Rosneft. China ada dua, China National Petroleum Corp (CNPC) dan China Petroleum & Chemical Corporation (Sinopec). Satu dari Belanda, Royal Dutch Shell. Satu lagi dari Perancis, Total. Mereka semua adalah elite yang mempengaruhi geopolitik global antara AS- China, Rusia-AS/EROPA.


Saya dapat laporan geostrategis analis dari kantor Henry Kinssinger tentang kebijakan Presiden Biden. Dari sekian tebal laporan analisis itu saya garis merahi tentang kebijakan Biden. Yaitu dia menjanjikan kebijakan luar negeri "kelas menengah" yang akan membayar ongkos politik AS akibat perang mahal di Irak dan Afghanistan. Mengelola hubungan dengan Moskow akan membantu pemerintah berkonsentrasi pada persaingan militer, ekonomi dan teknologi dengan Beijing. Tahun 2020 Portfolio saham Oil& gas saya naikan significant. Dan akan terus saya pantau.


Pada bulan Maret-April 2021, media massa Kremlin memberitakan bahwa Rusia sudah memobilisasi sampai 80 ribu pasukan di perbatasan timur Ukraina dan Krimea. Ini terbesar sejak tahun 2014. 2 bulan kemudian atau bulan Juni, ada Pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Joe Biden dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa. Berita ini menjadi salah satu teater geopolitik yang paling menarik tahun itu. Betapa tidak. Pertemuan itu dlakukan setelah Biden bertemu dengan semua pemimpin negara NATO.


Dalam petemuan itu tidak ada agenda soal pengerahan pasukan Rusia di Krimea. Agenda yang dibahas soal pengurangan senjata nuklir dan kejahatan siber. Ada apa ini. " Biden main mata dengan Putin. Akan ada kejutan kedepan." Kata teman di Jenewa. Naluri trader saya terpancing. Ah, kebijakan “ kelas menengah” Biden itu yang harus jadi perhatian saya. Itu bukan kebijakan stimulus untuk low class. AS akan tinggalkan kebijakan Obama. Tetapi lebih keras dari Trumps. Saatnya saya beli kontrak future oil and gas. Dalam waktu dekat pasti akan terjadi kejutan kenaikan harga minyak dan saham raksasa oil and gas.


Pada 24 fenbruari 2022 .Rusia mengumumkan serangan militer terbatas kepada Ukrania. Harga minyak melambung. AS dan NATO tidak bisa membantu Ukrania. Saya senyum melihat setiap hari nilai saham Top oil compnay naik dan kontrak trading minyak dapatkan gain lumayan. Berkat Putin dan Biden main mata. Yang euforia adalah para TOP 10 oil company dan gas yang value mereka naik dan tidak harus top up collateral untuk debt mereka. Setiap USD 10 kenaikan harga minyak akan mendorong inflasi 0,3 point. Yang korban low class, Kelas menengah happy.

No comments:

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...