Monday, January 17, 2022

China dan kemajuan IT

 




Tahun 2017 di Guangzhou saya jalan bersama Wenny. Depan gerbang gedung Pemda ada satu keluarga duduk berlutut. Saat itu sedang musim dingin. “ Kami korban rentenir. Rumah dan tanah kami disita. Tuan yang terhormat, kepada siapa kami harus mengadu” itu tertulis di karto yang diletakan depan mereka yang berlutut. Mereka tidak bersuara. Hanya diam, Duduk berlutut.


“ Ada apa ? tanya saya kepada Wenny.


“ Mereka korban fintech. Di China kalau orang sampai berlutut depan kamu, dan kamu tidak peduli, kamu lebih hina daripada hewan. Begitu cara mereka protes kepada penguasa.”


Di media massa saya baca. Seorang pria membuka baju depan umum dan petugas. Dia bugil. Dalam berita itu, dia merasa kerja kerasnya sebulan sebagai driver ojol, tidak mencukupi hidupnya. 


“ Di china, cara bugil adalah bentuk protes sangat keras. Itu yang disinggung adalah nurani siapa saja.”


“ Mengapa? 


“ Ketika orang protes dengan membuka bajunya. Itu artinya dia tidak punya apa apa lagi untuk melawan, kecuali Tuhan. Sama saja kalau Pendekar melepas pedangnya dan berlutut depan lawannya. Itu sama membunuh jiwa lawannya. Jadi kalau ada orang protes dengan melepas bajunya, depan anda. Itu artinya anda orang lemah. Anda lebih hina dari apapun. Dia dalam posisi sangat kuat. Karena dia sedang bersama Tuhan” Kata Wenny.


Sejak adanya ecommerce di China memang ekonomi bergerak cepat. Banyak OKB bermunculan. Anak muda banyak yang jadi billioner. Tetapi diatas kesuksesan itu, melahirkan banyak kesengsaraan. Mereka umumnya rakyat bawah. Protes terjadi meluas lewat lewat cara budaya. Mengetuk hati nurani penguasa partai komunis.  “ Saya dengar udah ada team yang ditunjuk oleh Ketua  disiplin partai. Mereka sedang melakukan investigasi dan sekaligus membuat regulasi” kata Wenny.


Benarlah tahun 2019. Pemerintah memanggil semua provider e-commerce. Mereka diminta mengubah prilaku mereka. Jangan lagi  lebih mementingkan diri sendiri. Mereka harus bertanggung jawab menjadikan tekhnologi IT lebih ramah kepada orang miskin. 


Setelah itu beberapa provider platform IT segera mengubah platform mereka sesuai arahan pemerintah. Tetapi bagi mereka yang juga elite partai seperti Jack Ma dan Pony, dan lain lain, menganggap anging lalu. “ Para orang tua di Beijing tidak paham bisnis orang muda” kata Jack Ma. 


Tahun 2020. Regulasi soal standar kepatuhan bisnis e-commerce diterapkan. Untuk shockterapy  kepada yang merasa kuat. Jack Ma di rumahkan. 6 Eksekutifnya ditangkap, harus melewati investigasi team disiplin partai. Maklum, Jack Ma adalah sekretaris partai wilayah Wuhan. Yang lain proses IPO dan Right issue di bursa dihentikan. Di tuduh melanggar UU keterbukaan informasi. Kena investigasi semua. Tahun 2021, semua konglomerat bisnis IT, value asset mereka jatuh di bursa mencapai 40%. Itu setelah mereka mengikuti aturan baru China tentang e-commerce. Driver harus dapat jaminan income diatas UMR dan dapat asuransi.


Apa yang terjadi di China sekarang? “ Uang kripto dilarang. Ilegal. Bisnis konten sosial media yang membuat orang kaya lewat like and subscribe dilarang. Pooling fund donasi lewat sosmed dilarang. Semua platform e-commerce harus block bisnis semacam itu. Bank digital ditutup. Sebagai gantinya, semua bank umum harus mentranformasi diri mereka jadi bank yang beroperasi secara IT. Kini yang berkembang adalah IT untuk ekosistem bisnis, meningkatkan value produksi dan jasa saja. Sektor real yang harus diangkat dan didorong berkembang, bukan provider IT nya. Kalau mau kaya ya kerja, bukan rebahan. Kata Wenny. Saya termenung kepada negeri yang saya cintai.


No comments:

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...