Sunday, February 7, 2021

Parpol tak sepi dari badai konflik dan kudeta.

 


Pada Munas Golkar sebelum Pemilu 1999, barisan TNI berusaha merebut Golkar paska kejatuhan Soeharto. Tetapi Jk bersama kekuatan HMI yang dikomandani Akbar Tanjung menyusup ke dalam munas Golkar. Dengan wajah tak berdosa Akbar Tanjung tersenyum mendengar setiap suara memilih dia sebagai ketua umum Golkar. Saat itu Eddy Sudrajad sang Jenderal tersentak dari tempat duduknya melihat Akbar berdiri dari tempat duduknya dengan kedua tangan melambai kepada para hadirin yang telah memilihnya. Eddy Sudrajad sadar, Golkar sudah dikudeta oleh HMI, sang anak manja yang dibina puluhan tahun TNI membesarkan Golkar.


Politik tidak mengenal istilah balas budi atau dendam. Yang balas budi bisa berubah jadi  racun. Yang didendami bisa berubah jadi madu. Karena itu Akbar bisa dengan mudah menyingkirkan Habibie lewat penolakan pertanggungan jawabnya di depan DPR. Habibie sadar bahwa dia sudah dikudeta oleh Akbar Tanjung, anak asuhnya sendiri.  Gus Dur jadi presiden. Namun kekuatan TNI berhasil mengkudeta PKB dengan mengusung ponakanya sebagai Ketua Umum. Padahal PKB itu didirikan oleh Gus Dur dan besar karena Gus Dur. Tapi apa mau dikata, ponakan kesayangannya sendiri yang mendepaknya.


Lutfi Hasaan ketua umum PKS, tidak pernah menyangka. Intrik teman temannya menjebak dia dalam kasus memalukan. Dia masuk bui. Tersingkir dari PKS. Setelah itu barisan barisan Anis Matta bersama Fahri Hamzah menggusur semua aktifisi IM dalam PKS. Kekuatan Darul islam dikomandani ustad Hilmi tampil memimpin PKS. Dan itu sukse berkat keteribatan SBY dibalik layar. Belakangan Anis Matta juga digusur oleh kekuatan muda PKS yang nasionalis religius. Itu berkat dukungan TNI. Menempatkan Tifikul Sembiring di dewan Syuro.  PPP juga dikudeta barisan muda yang bosan dengan jaringan patron gaek. Itupun sukses karena keterlibatan TNI dibelakangnya.


***

Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendadak menggelar konferensi pers di Taman Politik Wisma Proklamasi, Jakarta, Senin (1/2/2021) siang. AHY membawa kabar mengejutkan: ada sekelompok orang sedang berupaya mengudetanya sebagai pimpinan partai, termasuk orang luar yang berstatus orang dalam Istana. Mereka mencoba membeli dukungan para pimpinan dan kader PD dengan harga tinggi sebagai syarat melancarkan upaya lanjutan, yaitu Kongres Luar Biasa (KLB).


Saya membaca berita tersebut sangat merasakan suasana hati Agus Harimurti. Betapa tidak? dia sangat paham bahwa kekuasaan bisa melakukan rekayasa mengambil alih kemimpinan partai. Peristiwa 27 Juli 1996, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) diambil alih paksa lewat pertumpahan darah.  Ketua Umum PDI hasil kongres Medan Soerjadi dan beberapa prajurit Tentara Nasional Indonesia menyerbu dan menguasai Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta. Tujuannya menendang Megawati hasil kongres Surabaya.


Dalam sebuah laporan akhir yang diperoleh Tempo. Laporan itu menyebut pertemuan tanggal 24 Juli 1996 di Kodam Jaya dipimpin oleh Kepala Staf Komando Daerah Militer Jaya Brigadir Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono. Rapat dihadiri juga Brigjen Zacky Anwar Makarim, Kolonel Haryanto, Kolonel Joko Santoso, dan Alex Widya Siregar. Dalam rapat itu, disebutkan bahwa SBY memutuskan penyerbuan atau pengambilalihan kantor DPP PDI oleh Kodam Jaya.


Sebegitu besarnya penguasa dan militer ingin mengkudeta PDIP, apakah Megawati tersingkir? Tidak. Mengapa ? Walau pemerintah melegitimasi Partai namun secara de fakto keberadaan partai itu berkat loyalitas kader dan anggota. Mereka terikat karena idiologi dan nilai kepemimpinan Partai. AHY tidak perlu kawatir dengan prasangka buruk bahwa pemerintah akan kudeta Partai lewat KLB. Ingat dan belajarlah dari kepemimpinan Megawati. PDIP berkali menghadapi serangan penguasa agar Megawati tersingkir. Namun Megawati tetap eksis dan tak pernah mengeluh seperti ABG yang baper. Megawati tetap focus konsolidasi kedalam dan karena itu dia semakin matang, PDIP semakin solid.


Semua tahu. Partai itu renta dikudeta oleh kader dan anggota. Terutama bila mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh elite partai. Dalam sistem demokrasi itu sah saja. Karenanya AHY harus bijak. Hadapi persoalan partai itu dengan focus kepada proses konsolidasi internal. Perkuat rasa persaudaran diantara kader. Tegakkan keadilan, demokrasi,  dalam sistem kepemimpinan Partai. Saya yakin, apapun persoalan yang melanda PD, akan membuat anda semakin matang sebagai politisi dan PD semakin solid.


***

Pemerintah tidak mungkin kudeta. UU melarang pemerintah intervensi masalah internal partai. Tapi secara politik bisa saja terjadi, yaitu JKW bermain halus menggunakan Muldoko. Masalah issue kudeta itu, harusnya disikapi tenang dan kalau bisa dirahasiakan oleh PD. Itu penting untuk menjaga soliditas partai. Harusya lagi, kalau ada informasi kader atau fungsionaris atau pendiri partai mau kudeta lewat KLB, jadikan itu sebagai cara untuk konsolidasi internal.  AHY langsung bersikap sebagai pemimpin. Turun langsug ke daerah. Amankan DPD/DPC. Beri mereka keyakinan. Bahwa dia punya strategi hebat membesarkan kembali PD.


Tetapi dengan terbukanya issue ini di depan umum lewat jumpa pers, itu benar benar fatal mistake. Apalagi dikaitkan dengan sosok nama seperti Muldoko Jenderal bintang 4. Itu sama saja memberi  panggung kepada Muldoko untuk jadi aktor. Muldoko tinggal cari penabuh gendang. Rame dah orang joget bareng. Artinya issue kudeta itu, membuka mata kader PD diseluruh Indonesia, bahwa mereka punya calon pimpinan alternatif yang lebih keren, yaitu Muldoko. Tanpa Muldoko kerja capek, PD akan dilahap oleh konflik internal. 2/3 DPD memaksa adakan Kongres Luar Biasa, itu membuka peluang pemerintah ikut campur.


Apakah mungkin bisa terjadi ? Bisa saja. Apalagi saat sekarang PD krisis kepemimpinan. Dengan posisi sebagai oposisi, pastilah para kader kehilangan sumber daya keuangan.  Belum lagi rumor di burunya aliran dana FPI oleh PPATK, itu juga masalah serius bagi kader partai. Membuat kader lesu dan kehilangan harapan untuk berjaya pada pemilu 2024. 


Nah tampilnya Muldoko adalah angin segar bagi kader yang berharap 2024 PD bangkit lagi. Kan capek kalau mereka harus oposisi terus. Bukan tidak mungkin bila Muldoko juga ingin ikut kontestan pada Pemilu 2024 dan dia butuh kendaraan ( partai).  PD punya suara lumayan di DPR. Koalisi dengan dua partai, bisa maju Pilpres. Peluang Muldoko besar. Apalagi Muldoko ring1 presiden dan bintang 4 TNI. Manuver politiknya lebih aman dan menjanjikan.


Kepada AHY agar lebih focus kepada konsolidasi partai daripada ribut. Karena namanya partai itu pasti mudah di kudeta kalau kepemimpinan lemah. Nah ilmu yang paling berharga itu kan pengalaman.  AHY belajarlah dari sosok Megawati. Ada putri Soekarno lain yang mendirikan partai, toh gagal. Artinya nama besar orang tua tidak 100% menjamin kader loyal. Pada akhirnya yang menentukan adalah kepemimpinan. AHY harus lepas dari bayang bayang SBY. Jadilah diri sendiri yang kuat dan dicintai kader. Mengapa ?


Partai kalau sudah melibatkan sumber daya besar, uang besar maka pastilah tidak sepi dari intrik. Intrik antar stakeholder. Intrik dengan pesaing. Setiap hari sebagai pimpinan, adalah hari hari seperti berada dalam roll coaster.  Jebakan demi jebakan harus anda lalui. Jadi jangan dibilang ukuran kebahagiaan dengan harta dan kekuasaan. Pastilah tidak ada. Kebahagiaan barang sejenak ketika anda bisa lolos dari jebakan. Hanya orang yang bermental petarung sebagai pemimpin yang bisa survival. Ia kuat dan pasti tidak terdengar mengeluh. 


No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...