Monday, August 3, 2020

Gerakan yang buruk laku.



Sejumlah tokoh yang mengatasnamakan perwakilan masyarakat peduli masa depan negara dan bangsa mendeklarasikan berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), di Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (2/8/2020) siang. Para tokoh dan aktivis yang hadir dalam acara itu antara lain Din Syamsudin, Abdullah Hehamahua, Rocky Gerung, MS Ka'ban, M Said Didu, Refly Harun, Syahganda Nainggolan, Prof Anthony Kurniawan, Rohmat Wahab, Ahmad Yani, Adhie M Massardi, Moh Jumhur Hidayat, Ichsanudin Noorsy, Hatta Taliwang, Marwan Batubara, Edwin Sukowati, Joko Abdurrahman, Habib Muhsin Al Atas, Tamsil Linrung, Eko Suryo Santjojo, Chusnul Mariyah, dan Sri Bintang Pamungkas.

Saya tidak begitu paranoid dengan sikap mereka. Tetapi karena alasan KAMI dibentuk seperti alasan Din Syamsudin, yaitu kapal besar Indonesia telah goyang dan hampir karam. Untuk itu perlu gerakan menyelamatkan Indonesia, yang berarti menyelamatkan jutaan keluarga karena kepala keluarganya kini tidak bisa lagi bekerja karena kena PHK. Maka saya perlu menanggapi sebagai sumbang saran.

Pertama, semua negara di dunia ini sekarang sedang suffering dan goyang fondasi Ekonominya. Apa pasal ? karena COVID-19 yang memaksa dunia usaha shutdown demi kemanusiaan dan alasan kesehatan. Sebagaimana retorika Anies Baswedan, “ Ekonomi tidak penting, yang penting kesehatan rakyat. Kalau rakyat sehat, ekonomi akan lebih mudah bangkit lagi”  Artinya, tidak perlu jadi profesor untuk tahu bahwa keadaan PHK dan ekonomi oleng, bukanlah karena negara engga becus urus ekonomi. Tetapi karena pandemi. Yang sampai sekarang tidak ada satupun negara yang sukses recovery economynya atas adanya pandemi. Semua struggle.

Kedua, kalau kalian ingin menyelamatkan negara, yang paling tepat adalah gunakan energy besar itu untuk mendidik rakyat agar disiplin mengikuti protokol pelonggaran PSBB, sehingga proses recovery economy bisa dilanjutkan di tengah pandemi. Itu pikiran bijak dan terhormat. Karena problem Indonesia tidak separah negara lain. Setidaknya data dari World bank dan IMF menunjukan bahwa Indonesia termasuk China dan India, tiga negara di dunia ini yang bisa tumbuh positif ekonominya. Sementara negara lain tumbuh negatif masuk ke jurang  resesi.

Ketiga, belajarlah kepada negara kecil seperti Singapore. Walau mereka masuk resesi dengan pertumbuhan ekonomi negatif, namun negara kecil itu tetap kokoh dengan semangat spiritual tinggi saling bergandengan tangan menghadapi Pandemi COVID-19 dan sekaligus struggle melakukan pemulihan ekonomi. Atau tirulah yayasan Buddha Tzu Chi yang secara nyata memberikan bantuan tenaga dan dana guna menyelamatkan negara ini dari resiko adanya Pandemi. Atau tirulah Hizbullah yang mengerahkan banyak petugas medis dan relawan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan di Lebanon. Belajarlah kepada hal yang baik. Bukankah begitu agama mendidik kita semua. Jangan dikeraskan hati hanya karena tidak suka kepada Jokowi. Malulah sama generasi muda.

Kekuatan extra parlementer memang sah saja digunakan dalam sistem demokrasi, tetapi kalau alasan bangkitnya kekuatan itu di tengah pandemi dan krisis ekonomi dunia, maka jelas kalian sedang menusuk kawan seiring. Menggunting dalam lipatan terhadap bangsa ini. Siapapun, asalkan masih ada nurani, akan menyimpulkan kalian memang buruk laku. Bukan kelompok yang membawa kepada kebaikan, tetapi kelompok yang membawa kepada kemudharatan. 

No comments:

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...