Saturday, January 11, 2020

AS di balik jatuhnya Pesawat Ukraina.?

Saat pesawat Boeing 737 Ukraina International Airlines PS752  mengangkut 176 penumpang jatuh, berseliweran spekulasi di dunia maya. Saya memilih diam. Karena keadaan masih sangat prematur untuk bersikap. Apalagi situasi jatunya pesawat itu setelah beberapa jam serangan Rudal Iran ke Irak menuju markas Militer AS. Kemudian secara resmi Teheran mengumunkan bahwa pesawat jatuh karena serangan rudal antipesawat dari militer Iran. Secara pribadi atas dasar kemanusiaan tentu siapapun mengutuk serangan rudal kepada pesawat komersial. Tetapi kita juga harus memaklumi situasi ketika itu. Penerbangan Ukraina International Airlines, PS752 lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran pada pukul 6:12 pagi waktu setempat, hanya beberapa jam setelah militer Iran meluncurkan beberapa rudal balistik mengarah pangkalan udara AS di Irak. Sebelumnya, Presiden Trump telah mengancam bahwa Amerika akan menyerang 52 target di Iran jika Iran membalas pembunuhan AS atas Qasem Soleimani. Anda bisa bayangkan situasi saat itu. Memang mencekam.

Jadi wajar saja bila setelah serangan itu, pasukan pertahanan udara Iran harus berada pada kondisi siaga tertinggi. Terlebih lagi, pesawat PS752 menghilang dari layar kontrol lalu lintas udara secara tiba-tiba, dan sebelum menghilang, pilot tidak meneriakan  mayday. Dalam hitungan detik pesawat PS752 itu berada pada target serangan rudal antipesawat. Ketika pesawat muncul direspon secara otomatis oleh militer Iran. Dalam perang itu biasa saja. Selama 24 jam pertama, AS dan sekutunya tidak mengatakan apa-apa tentang penembakan. Reuters melaporkan bahwa "penilaian awal badan-badan intelijen Barat adalah bahwa pesawat itu mengalami kerusakan teknis." Kemudian, pada hari Kamis, Newsweek mengutip keterangan dari satu pejabat Pentagon dan satu lagi pejabat intelijen senior AS, yang mengatakan bahwa pesawat itu telah ditembak jatuh. Beberapa jam kemudian, perdana menteri Kanada Justin Trudeau mengkonfirmasi pernyataan itu di sebuah konferensi pers.
Peristiwa yang sama pernah terjadi pada 3 juli 1988. Ketika itu sedang berkecamuk perang Iran-Irak. Penerbangan Iran Air 655, Airbus A300 berpenumpang 290 orang ditembak jatuh oleh rudal USS Vincennes di selat Hormuz. Saat itu walau AS mengakui kelalaiannya dan minta maaf, namun tidak ada yang menyalahkan AS menyerang pesawat komersial sipil Iran. Apalagi pesawat Iran Air 655 mengarah ke kapal perang AS, yang tentu membuat semua crew kapal perang siaga penuh. Walau pilot Iran Air 655 sudah mengirim sinyal identifikasi pesawat sipil namun USS Vincennes tidak mau ambil resiko. Rudalpun diluncurkan.

Pada Juli 2014, Malaysia Airlines 777 sedang dalam perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur jatuh di Ukraina Timur oleh Rudal Rusia. 298 penumpang tewas. Pada saat itu sedang terjadi pertempuran antara Proxy Rusia  yang ingin memisahkan diri dan pemerinta Ukraina yang didukung AS. Selama berbulan-bulan media Barat berasumsi bahwa rudal itu pasti ditembakkan secara tidak sengaja oleh milisi yang tidak mengerti. Ternyata Rudal itu memang direncanakan oleh militer dan Intelijen Rusia, dengan menggunakan tangan milisi. Entah apa tujuannya. Yang jelas itu sedang perang.

Pada tahun 1983, Korean Air Lines Flight 007, ditembak jatuh oleh rudal Rusia. Saat itu perang dingin antara Unisoviet dan AS sedang puncaknya. AS dan Rusia dalam selalu siaga penuh. Saat pesawat Korean Air Lines melintasi udara Soviet di dekat Kamchatka, Soviet mengirim Sukhoi Su-15 untuk mencegat. Terjadi miskomunikasi. Sehingga memaksa Pilot Sukhoi Su-15 melepaskan rudal udara ke udara. Namun, pesawat besar itu tidak segera hancur. Selama beberapa menit, pilot berjuang untuk mengendalkan pesawat yang rusak, sampai akhirnya terjun ke Laut Jepang. Semua 269 penumpang dan anggota kru tewas.
Menurut informasi dari fund manager yang saya terima, dalam hal serangan Rudal antipesawat yang menjatuhkan pesawat komersial Ukraina, itu ulah AS. Artinya AS bisa kendalikan sistem Eletronik Boeing dengan menghilangkan pesawat PS752 dari radar traffic air control dan akhirnya masuk dalam target serangan rudal Iran. Ini tentu sangat renta bagi keselamatan penumpang. Dampaknya bisa perhatikan reaksi pasar atas saham Boeing. Sebelumnya saham Boeing sempat jatuh di Bursa akibat kecelakaan fatal Boeing seri 737 Max. 23 desember 2019 CEO Boeing dipaksa mundur karena krisis kepercayaan terhadap Boeing. 

Namun menyusul laporan bahwa Iran mungkin secara keliru menembak jatuh jet 737 Ukraina, Rabu. Ditambah lagi, pernyatan Amerika Serikat bahwa Iran menjatuhkan pesawat segera setelah lepas landas dari Teheran, CNN dan berita lainnya melaporkan seperti itu. Pasar bereaksi positip. Saham Boeing sempat naik pada hari kamis. Tapi itu hanya berselang sehari setelah Iran mengakui bahwa Pesawat jatuh karena serangan Rudal antipesawat. Pasar langsung bereaksi negatif. Saham Boeing jatuh lagi. Mengapa ? Iran justru mengundang Boeing dan negara lain untuk bersama sama melakukan investigasi. Pemain pasar melihat indikasi lain dari sikap pemerintah Iran ini. Tentu mereka punya the first hand information terhadap kasus ini. Maklum pemain pasar umumnya punya akses kekuasaan. Pada penutupan pasar jumat kemarin harga Saham Boeing jatuh lebih rendah dari hari rabu.

AS berhasil mempermalukan Iran di dalam negeri dan sekaligus menarik simpati publik international. Namun hebatnya permainan ini dapat ditebak. Iran cepat menyadari bahwa pesawat jatuh itu satu hal, dan Iran harus mengakui sebagai sebuah kesalahan, tetapi sikap AS yang menginginkan konsesi politik dari kejatuhan pesawat PS752 itu lain hal. Ini akan semakin jauh upaya perdamaian yang dicanangkan oleh Trump. Iran memastikan perang tidak akan berakhir. Mungkin tidak langsung tetapi dengan cara lain akan terus berlangsung. 

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...