Teman saya consultant global strategy berkata kepada saya “ Serangan Turki ke Timur Laut Suriah yang merupakan basis pasukan Kurdi sebagai tanda bahwa Turki tidak lagi mempercayai aliansi dengan AS dan Eropa. Kebijakan geopolitik Turki sudah bergeser ke Rusia dan China. Ini suatu fakta bahwa semua karena masalah sumber daya keuangan. Money talked. Di samping itu Turki sadar bahwa lambat laun masalah suku Kurdi itu akan menjadi ancaman serius bagi keutuhan negara Turki. Apalagi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan negara-negara Arab lainnya memberikan dukungan terhadap eksisten Kurdi.”
Kamu tahu, kata teman saya. Ketika pemberontakan rakyat meledak di Suriah pada Maret 2011, orang Kurdi melihat peluang untuk merebut kekuasaan. Pada Juli 2012, pasukan yang dipimpin Kurdi mengusir Kepala Daerah dari wilayah mereka. Sejak itu, Kurdi Suriah telah membentuk dewan lokal untuk menggantikan lembaga pemerintah, dan telah mempromosikan kepemilikan publik atas tanah, air, dan sumber daya lainnya. Selama ini AS menggunakan pasukan Kurdi untuk menghadapi ISIS dan Bashar. Pasukan Kurdi yang tergabung dalam Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, atau YPG, bergabung dengan kelompok-kelompok Arab dan menciptakan Pasukan Demokrasi Suriah, atau SDF. Pembiayaan pasukan SDF ini berasal dari aliansi AS, yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan negara Arab lainnya. Sejak itu, para pejuang Kurdi telah memimpin aliansi, yang sangat penting dalam menjatuhkan ISIS di Irak dan Suriah dan menekan Bashar.
Tentu Turki menjadi kawatir bahwa pasukan Kurdi mendapatkan pengaruh di wilayah yang dekat dengan perbatasan Turki. Kurdi bisa saja membangun Pemerintahan otonom di wilayah tersebut dan mendapatkan dukungan dari Amerika. Padahal sebelumnya, Turki telah bertahun-tahun mencoba untuk melawan ancaman Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, sebuah kelompok militan yang telah secara teratur melancarkan serangan di seluruh negeri atas nama nasionalisme Kurdi. Puluhan ribu orang telah terbunuh dalam konflik itu selama beberapa dekade terakhir.
Bagi Erdogan, masalah Kurdi sebagai masalah keamanan nasional, melawan PKK lebih diutamakan daripada memerangi ISIS. Bagi Erdogan, ISIS bukan ancaman serius. Yang bahaya itu adalah Kurdi yang mendapat dukungan dari AS. Makanya Erdogan melihat para pejuang Kurdi di timur laut Suriah sebagai teroris yang terkait dengan PKK. Akibat perang saudara di Suriah, Turki kecipratan masalah. Turki tidak bisa mengelah banjir pengungsi masuk ke wilayahnya. Turki telah menampung jutaan pengungsi dari perang saudara Suriah.
Nah, sekarang, saat Turki menghadapi krisis ekonomi yang parah, Erdogan menghadapi tekanan untuk menyelesaikan krisis pengungsi dan pengangguran sekaligus. Wajarlah Erdogan sampai marah. Ini sama saja mencari kambing hitam. Padahal masalah pengungsi bukan masalah yang harus di hadapi Turki. Tapi masyarakat international sepertinya tidak peduli. Keadaan ini mendorong Erdogan harus bersikap tegas. Erdogan bertekad untuk membersihkan wilayah Suriah yang dikuasai para pejuang Kurdi dan kemudian mendirikan "zona aman" di mana Turki akan mengembalikan setidaknya satu juta pengungsi Suriah.
Rencana itu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pegiat kemanusiaan, di mana para pendukung kawatir bahwa para pengungsi akan dikembalikan secara paksa ke zona konflik yang melanggar hukum internasional. Pasukan Kurdi menjaga jaringan penjara ISIS di wilayah itu. Apa jadinya bila Pasukan Kurdi melarikan diri bila dapat serangan dari Turki. Penjara bisa ditinggal. Pasukan ISIS yang ditahan bisa kabur. Padahal pasukan ISIS adalah penjahat perang yang harus diadili menurut hukum.
Keliatannya, kata teman saya. Turki melaksanakan grand design Rusia dan China, yang ingin menghabisi gerombolan ISIS. Dengan tersudutnya SDF , akan memberi peluang bagi Rusia dan Bashar untuk mengambil alih penjara yang dikuasai oleh SDF, dan mengirim gerombolan ISIS yang di dalam penjara itu ke Tuhan. Juga focus menghabisi ISIS yang masih bercokol di Suriah. Dan pada waktu bersamaan SDF yang merupakan musuh buyutan Bashar juga bisa disingkirkan. Bukan hanya oleh Bashar dan Rusia, tetapi juga ISIS akan mendapat peluang menghabisi SDF. Klop kan. Setelah itu ISIS akan semakin melemah untuk dengan mudah dihabisi oleh Bashar dan Rusia.
Bagaimana sikap AS? Ketika serangan Turki ke wilayah Kurdi di Suriah, pasukan AS mundur. Presiden Trump berkata lewat tweet “ Banyak saran agar kita mengirim puluhan ribu tentara ke daerah itu dan memulai perang baru lagi, tapi yang lain mengatakan keluar saja dan biarkan orang Kurdi berperang sendiri. Tapi saya katakan, saya akan memukul Turki sangat keras secara finansial dengan sanksi jika mereka tidak bermain sesuai aturan aliasi” Erdogan sadar akan ancaman itu, tetapi dia suah dapat jaminan financial dari Rusia dan China.
Nah, krisis ekonomi yang sedang melanda Turki, dapat diatasi dari konplik ini. Rusia dan China akan siap menggelontorkan dana ke Turki agar tidak terjadi krisis, Erdogan tetap berkuasa sebagai sekutu Rusia dan China. Itulah politik, pada akhirnya money talked.
1 comment:
👍
(ucok ube simanjuntak)
Post a Comment