Sunday, February 24, 2019

Intervensi politik AS.

Waktu saya masih SD, Ibu saya cerita bahwa kejatuhan Soekarno karena ulah Amerika. Setelah remaja saya membaca buku putih tentang operasi CIA selama Soekarno berkuasa termasuk ada dibalik pemberontakan PRRI. Juga terlibat secara langsung dalam operasi inteligent menjatuhkan Soekarno. Saya mulai percaya. Namun yang namanya teori konspirasi sama dengan kentut. Baunya ada tetapi buktinya sulit didapat. Karena orang kentut didepan orang ramai jarang mau ngaku. Benarkah AS punya agenda ingin menguasai negara lain ? tidak. AS itu penggagas konvensi PBB tentang HAM. Jadi secara hukum, AS tidak dibolehkan melakukan intevensi politik ke negara lain kecuali dalam kuridor PBB. Tetapi mengapa AS terus melakukan itu ? Bisa saja anda menolak itu. Alasan tetap apa yang dilakukan AS adalah sebagai polisi dunia dibawah PBB.

Tetapi dari mulut Wesley Clark yang pernah jadi Panglima Nato dan pejabat tinggi di Pentagon. Pernah jadi Direktur perencanaan strategis dan kebijakan Kepala Staf Gabungan AS, dengan tanggung jawab untuk perencanaan strategis militer AS di seluruh dunia. Kita bisa mendengar fakta. Bukan rumor. Bahwa AS adalah otak dan pelaku dibalik konflik Suriah, Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman. Apakah Clark hanya sedekar tahusoal itu ?  Bisa saja dia juga terlibat dalam operasi inteligent. Mengingat koneksinya luas di kalangan elite politik AS dan juga bisnisnya sebagai konsultant setelah pensiun. Proses itu tidak terjadi begitu saja. AS butuh legalitas atas campur tangannya di negara tersebut. Caranya AS menggunakan proxy nya yang ada dinegara target untuk menciptakan deligitimasi dan distrust terhadap rezim yang berkuasa. Contoh di Syuriah, setiap tahun USD 1 miliar uang ditebar kepada para proxy  untuk aksi perlawanan atas nama demokrasi. Begitu juga di negara lain. 

Para proxy sengaja memprovokasi rezim agar timbul kepanikan dan amarah. Biasanya lewat aksi demontrasi besar besaran. Saat itulah biasanya rezim terpancing untuk melakukan kekerasan. Nah saat kekerasan terjadi oleh rezim, saat itulah AS dan sekutunya menggunakan jargon HAM untuk ikut campur. Kemudian para proxy dengan atas nama rakyat mengajukan surat resmi ke PBB untuk mendapatkan perlindungan. Sehingga AS dan sekutunya punya ticket untuk mengirim pasukannya ke negara tersebut. Alasanya demi kemanusiaan. Apa yang terjadi ? Lihatlah faktanya Libia setelah Khadapi di jatuhkan. Jadi negara gagal. Lihatlah faktanya Irak yang terseok dan lebih miskin dibandingkan era Sadam. Lihatlah Bosnia yang semakin rusak karena KKN.

Lantas apa tujuan AS meng-intervensi negara lain ? Sudah saya katakan bahwa ini bukan politik secara formal. Ini hanya bisnis. Umumnya pengusaha mendekati para mantan Pati militer yang bekerja sebagai konsultan militer dan punya koneksi dengan elite politik. Seperti halnya Wesley K Clark. Mengapa ? dia punya informasi luas. Bahkan informasi rahasia dia punya. Dia punya jaringan inteligent dengan proxy yang tersebar di seluruh dunia. Tentu dia bisa deal dengan CIA secara rahasia untuk mendesign kejatuhan rezim. CIA itu bekerja penuh rahasia dalam melakukan operasinya. Tentu pembiayaan tidak dari negara tetapi dari pengusaha juga.

Tugas orang yang punya bisnis semacam Wesley K Clark & Associates itu hanya menyediakan pemicu agar pemerintah AS punya legitimasi melakukan intervensi. Setelah AS intevensi, tujuan tercapai. AS akan pergi. Selanjutnya para proxy dan pengusaha yang mengongkosi operasi inteligent itu menjarah SDA. Engga ada urusan dengan program kemakmuran rakyat. Kehadiran Clark ke Jakarta untuk bertemu dengan Prabowo, bukanlah karena hanya di undang dalam acara di Rumah Prabowo tetapi itu sudah terjalin hubungan panjang sebelumnya. Maklum Prabowo punya hubungan dekat dengan keluarga Rothschild yang sebelumnya adalah pengendali dari Freeport Mcmorant melalui Rio Tinto. Rothchild juga masuk 10 pengendali the Fed. Itu sebabnya para proxy AS selalu menentang divestasi saham Freeport Indonesia dengan alasan omong kosong. Mereka bagian dari perang proxy untuk menjatuhkan Jokowi agar KK kembali di terapkan terhadap Freeport.

Kedatangan Clark ke Indonesia semakin mengukuhkan bahwa kalau Jokowi jatuh maka konpirasi itu memang ada. Proxy atas nama agama dan keadilan SDA itu memang ada. Dan mereka hanya berpikir untuk kepentingan pribadinya. Untuk harta dan kekuasaan. Saya capek mengingatkan soal ini. Padahal saya tidak ada kepentingan bisnis dan poltik. Saya hanya ingin indonesia lebih baik. Jokowi adalah pilihan moral. Kita ingin memberikan yang terbaik untuk cucu kita, untuk indonesia.

No comments:

Cara China mengelola BUMN.

  Tahun 80an China melakukan reformasi ekonomi. Tantangan yang dihadapi China adalah terbatasnya sumber daya manusia yang terpelajar. Anggar...