Sunday, April 2, 2017

Freeport ngeyel



Berita kemarin menyebutkan bahwa PT Freeport Indonesia setuju akan melakukan penawaran saham (divestasi) 51 persen kepada pemerintah. Hal itu sejalan dengan Peraturan Pemerintah no.1 tahun 2017 terkait perubahan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Ini berita gembira. Karena freeport memilih patuh kepada pemerintah daripada perang di arbitrase international. Tapi teman saya pemain tambang mengatakan bahwa walau sudah setuju namun tetap aja FI ngeyel. Masalah apa ? Freeport tentukan valuasi saham engga masuk akal yaitu US$ 16,2 miliar atau sekitar Rp 225,18 triliun dengan hitungan kurs Rp 13.900 per dollar AS.

Jadi berapa sebenarnya value Freeport ? kalau mengacu harga saham Freeport-McMoRan Inc di Wallstreet harganya USD 13,59, itupun volume yang diperdagangkan rendah. Kini saham Freeport cenderung turun. Daripada beli saham Freeport Indonesia sebesar itu lebih baik beli Holding nya sekalian. Dengan USD 10 miliar kita sudah mayoritas di Holding. Dan kita bukan hanya kendalikan Freeport di Indonesia tapi juga di negara lain dimana freeport beroperasi. Untuk melaksanakan strategi ini , pemerintah bisa menugaskan BUMN tambang melakukan aksi corporate.

Disamping itu Freeport Indonesia juga minta kebijakan pajak kepada pemerintah. Padahal IUPK itu tarif pajaknya lebih rendah daripada Kontrak Karya. Tapi keliatannya FI ingin terhindar dari ketentuan retribusi pajak air yang akan dintentukan PEMDA PAPUA. Ini jelas konyol. Karena itu hak PEMDA dan kebijakan pemerintah memaksa FI untuk mengubah menjadi IUPK agar keadilan daerah tercipta. Saya yakin Jokowi akan menolak ini. Dan FI tetap aja ngotot untuk dapatkan fasiltas pajak tunggal atau tidak tidak ingin pajak berganda karena retribusi Pemda segala.

Bagaimana pertarungan dengan FI masih panjang. Walau batas waktu Divestasi itu 90 hari sejak persetujuan divest di keluarkan. Saya berharap program divestasi ini tidak terjadi seperti era Soeharto dan SBY. Dimana divestasi FI akhirnya jatuh kepada kroni penguasa. Dulu era Soeharto , divestasi FI jatuh ketangan Aburizal Bakrie sebesar 9,36 % melalui PT. Indocopper senilai US$213 juta. Namun, Ical hanya membayar US$40 juta. Sisanya sebesar US$ 173 juta share loan dari Freeport. Kemudian Bakrie melepas 51% saham indocopper kepada PT. Nusamba milik keluarga Pak Harto dan Bob Hasan seharga USD 315 juta. Tapi transaksi ini duitnya dari Freeport USD 254 juta, sedangkan Nusamba hanya menyetor US$61 juta. Enak kan. Kemudian sisanya 49% di jual lagi oleh Ical kepada Freeport senilai US$211,9 juta di pasar modal. Dahsyat engga.

Sesuai PP no 1 penawaran saham Freeport dimulai kepada pemerintah pusat. Jika tidak mampu diserahkan kepada pemerintah daerah atau ke swasta nasional, dan opsi terakhir dijual di Bursa Efek Indonesia. Kita berdoa dan berharap agar Jokowi mengawal proses divestasi ini agar tidak terjadi lagi seperti era Soeharto dimana divestasi hanya cara cerdas para elite dan pengejar rente dapat uang mudah dan akhirnya negara tidak dapat apa apa karena secara tidak langsung memang tidak ada perubahan kepemilikan karena saham di kuasai oleh proxy Freeport sendiri.

1 comment:

Anonymous said...

Nggak herah kalau musuhnya Jokowi akan banyak. Hampir semua pejabat, tokoh politik, para jendral dan pengusaha. Mereka akan bersatu untuk menjatuhkan Jokowi dari Jabatannya. Caranya ya menggunakan tangan rakyat yg bodoh dhn isu-isu sesat seperti PKI dan proxy agama. Yah mirip Ahok di polkada Jakarta lah

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...