Sunday, February 15, 2015

Stop TKI keluar negeri...

Dua tahun lalu, di Hong Kong saya mengajak tamu saya dari Eropa makan siang di kawasan causeway bay. Kami berjalan kaki dari Hotelnya ke restoran.Tidak begitu jauh. Hanya satu blok . Ditengah perjalanan itu , dia nampak bingung ketika melihat  begitu banyak wanita yang duduk di trotoar jalan , dibawah jembatan dan dipinggir taman,  sedang  menikmati  makan siang sambil bersenda gurau. Dia melihat kearah saya seakan ingin meminta penjelasan . Saya katakan bahwa itu adalah para wanita pekerja dari Indonesia. Mereka adalah pembantu rumah tangga.  Dalam seminggu , para majikannya memberi mereka libur sehari. Umunya hari minggu mereka  libur.  Memang  aturan Hong Kong dimana PRT mendapatkan hak sama dengan pekerja formal lainnya.Mereka mendapatkan asuransi, dan hak libur serta  Upah Minimum  Tidak sama dengan di Indonesia , PRT bekerja 24 jam dan tidak ada libur, tak ada standard upah minimum. Dia nampak berkerut kening ketika mendengar penjelasan saya. Bukankah Indonesia dikenal  sebagai negara kaya SDA?. Bukankah Indonesia telah merdeka?  Bukankah Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk dan pemimpinnya adalah muslim?. Bukankah Indonesia anggota G20?. Maklum teman saya ini wanita. Jadi emosi-nya tidak bisa disembunyikan ketika melihat sesuatu yagn tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya.

Dia nampak menggeleng gelengkan kepala.Seakan tidak bisa memahami keadaan yang ada didepan matanya.  Dia memang tidak pernah datang ke Indonesia dan tidak mengenal dekat tentang Indonesia. Dia hanya mengenal Indonesia dari media cetak. Mengapa pemerintah Indonesia meng-organisir  wanita bekerja di-level terendah seperti ini  di luar negeri? China saja yang jelas komunis melarang pengiriman tenaga kerja wanita keluar negeri. Bahkan Vietnam dengan tingkat GNP dibawah Indonesia, melarang para wanitanya bekerja di luar negeri.  Dia yakin bahwa para wanita wanita itu adalah korban dari akibat kemiskinan.  Tak mungkin ada wanita yang mau jauh dari keluarganya dan bersedia diperlakukan sebagai manusia second class kalaulah bukan karena kemiskinan yang kronis. Sangat kronis. Sehingga mereka tak lagi melihat kehormatan dirinya kecuali berbuat apa saja untuk bisa bertahan hidup. Mereka bersyukur bekerja di negara seperti Hong Kong yang menempatkan HAM diatas segala galanya. Bagaimana dengan mereka yang bekerja di Malaysia dan Arab. Para wanita itu diperlakukan seperti budak, walau mereka seiman dan seAgama dengan majikannya. Dimana nilai Negarawan para pemimpin anda? Apakah mereka paham apa yang disebut dengan membangun bangsa juga membangun kehormatan? Lebih setengah abad negeri  anda merdeka tapi tidak beranjak dari system colonial dengan memperdagangkan manusia. Jahat sekali. Rendah sekali. !

Menurutnya, dia baru kini dapat mengerti bahwa sebetulnya tidak ada kemerdekaan di Indonesia. Dia dapat pahami  itu ketika di belajar ekonomi di Universitas. Apa yang dia ketahui bahwa Indonesia adalah salah satu contoh negara yang salah mengurus sumber dayanya sehingga membuat Indonesia terjebak dengan kelangkaan resource. Saya berkerut kening. Apa yang disebut dengan kelangkaan resource? Menurutnya adalah sumber daya yang ada useless karena sebagai berikut 1) tenaga kerja terdidik tidak tersedia secara massive. 2) sebagian besar tenaga terdidik bekerja di perkotaan yang tidak ada kaitannya dengan peningkatan value sumberdaya alam. 3). Tanggung jawab sosial negara yang begitu besar tanpa diiringi kemampuan kemandirian negara memenuhi anggarannya sehingga terjebak dengan hutang. 4). Tidak ada kepastian hukum sehingga memungkinkan celah korupsi terjadi dimana saja. 5). Proses politik yang panjang dan mahal sehingga membuat kebijakan nasional menjadi lambat dan tidak efisien. Hal ini mematikan kreatifitas birokrasi dan mengaburkan visi. Tentu semua itu berhubungan dengan attitude Pemimpin. Demikian dia mencoba membentangkan teori yang dia pahami tentang Indonesia.  Apakah itu benar adanya ? tanyanya. Saya hanya mengangkat bahu.  Apapun teori tentang Indonesia, aka selalu ada pembenaran nya bila melihat kenyataan yang ada. Dia berdoa agar suatu saat Indonesia mendapatkan pemimpin yang punya hati nurani dan paham apa arti sebuah negeri merdeka.

Kemarin saya membaca berita bahwa Pemerintah Jokowi berniat untuk menghentikan pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri khususnya yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga. Sikap itu disampaikan Jokowi ketika dia melakukan kunjungan bilateral beberapa waktu lalu ke Malaysia, Brunei, dan Filipina, Jokowi mendapati fakta bahwa sebanyak 2,3 juta penduduk Indonesia menjadi tenaga kerja, dan sebanyak 1,2 juta di antaranya ilegal. Dari jumlah itu, kata dia, banyak sekali yang tersangkut masalah. Melalui skype saya sampaikan berita itu ke teman saya di Swiss, yang dua tahun lalu bertemu dengan saya di Hong Kong. Dia senang sekali. Menurutnya agenda pembangunan yang diusung oleh Jokowi memang terkesan menerapkan sistem soslalis liberal seperti layaknya China. Dan ini memang memungkinkan negara melakukan ekspansi modal langsung ke rakyat miskin lewat program produksi. Ini akan cepat menyejahterakan rakyat yang ada di bawah garis kemiskinan. Jokowi mengambil garis keras perbedaan dengan presiden sebelumnya yang terkesan memberikan ruang bagi berlakunya sistem neoliberal. Sebetulnya ini bukanlah hal yang luar biasa. Karena perbedaan sistem itu hanya soal perbedaan metode membangun. Yang luar biasa itu adalah Jokowi memimpin dengan cinta. Pendekatannya adalah cinta. Demikia kata teman saya. 

Ya, dengan kekuatan cinta itulah membuat Jokowi berbeda dari presiden sebelumnya, termasuk tanpa beban mengambil sikap " Saya memberikan target kepada Menteri Tenaga Kerja untuk membuatkan roadmap yang jelas, dan kapan kita stop yang namanya pengiriman PRT. Kita harus punya harga diri dan martabat". kata Jokowi dalam Munas II Partai Hanura, Jumat (13/2/2015) malam.Jokowi, He is one who knows the way, goes the way, and shows the right way…

No comments:

Jebakan hutang membuat kita bego

Politik Global dulu jelas. Seperti adanya block barat dan timur dalam perang dingin. Arab-israel dalam konflik regional di timur tengah. Dim...