Dulu ketika Mursi (
Mesir) menolak proposal dari Amerika tentang aliansi tiga negara Israel, Mesir dan
Yordan untuk penyelesaian krisis Palestina, sudah dapat ditebak hanya masalah
waktu Mursi akan digulingkan dengan rekayasa politik. Benarlah kaum oposisi
yang punya link dengan CIA langsung menyatakan keluar dari koalisi dengan Mursi
dan ini terus berlanjut dengan tekanan dari pressure group diluar parlemen yang
meminta Mursi mundur, dan akhirnya dimundurkan lewat kudeta militer. Semua tahu
bahwa dibalik kejatuhan Mursi ada Amerika dan Israel. Begitupula ketika Presiden
Ukraina Viktor Yanukovych menolak proposal association of agreement yang
diajukan oleh Uni Eropa sebagai kelanjutan dari program reformasi Ekonomi Ukraina untuk bergabung dengan UniEropa. Yanukovych justru menyetujui kerjasama ekonomi dengan
Rusia dan menerima paket bantuan sebesar USD 15 miliar. Tak lama setelah itu
terjadi gelombang demontrasi besar besaran di Rusia yang menuntut Yanukovych
mengundurkan diri sebagai Presiden. Berbagai issue tentang kebobrokan
pemerintahan Yanukovych dikumandangkan luas oleh pressure group agar people
power bangkit menjatuhkan pemerintahan. Benarlah, dari waktu waktu gelombang
unjuk rasa semakin meluas walau aparat kepolisian dan militer dikerahkan untuk
meredam demontrasi tersebut. Bahkan sampai menimbulkan korban tidak sedikit
dikubu demonstran. Kecaman international khususnya dari Uni Eropa semakin keras
kepada Yanukovych karena melakukan tindakan kekerasan kepada demontran. Sudah bisa ditebak akhir dari krisis ini, pada
21 Februari, demonstran berhasil menyerbu kediaman presiden yang telah
ditinggal pergi oleh penghuninya. Yanukovych
harus hengkang dari negerinya dan memilih Rusia sebagai terminalnya. Rakyat berpesta
pora menikmati kemenangan ini.Apakah masalahnya selesai?
Setelah oposisi berhasil
menguasai Kiev, Presiden Rusia Vladimir Putin memprovokasi serangan ke
Ukraina melalui latihan militer yang melibatkan lebih dari 100.000 tentara, di kremia , Ukraina,. Presiden Putin menunjukkan
sinyal tentang kekuatan dan mengirim
pesan bahwa Rusia siap untuk berperang dengan Ukraina. Kini Provinsi Crimea di
Ukraina sudah praktis dikuasai oleh militer Rusia. Disamping itu Rusia juga
memberikan dukungan oposisi pro Rusia untuk memancing terjadinya tindakan
separatisme di wilayah Donetsk dan Luhansk.
Presiden sementara Ukraina, Olexander Turchynov, yang dipilih oleh
kelompok oposisi tidak berdaya
menghadapi krisis dalam negeri. Disamping memang dukungan penuh dari Eropa dan
Amerika yang diharapkan datang, ternyata tidak kunjung ada. Secara diplomasi Amerika dan Uni Eropa telah
berkali kali mengecam tindakan Rusia yang meng Invasi Ukraina. Bahkan Amerika dan UniEropa
berencana untuk melakukan embargo ekonomi terhadap Rusia. Hanya itu. Yang pasti Ukraina bukanlah
Mesir. Uni Eropa dan Amerika bermain api dengan merekayasa kerusuhan didalam negeri
Ukraina hanya untuk mendepak Presiden
yang tida pro mereka. Seharusnya juga
dimaklumi bahwa perluasan kerjasama antara UnieEropa dan Ukraina sesuai
association agreement jelas mengganggu kepentingan nasional Rusia di kawasan
tersebut. Itu sebabnya Rusia bereaksi keras.
Sederhananya, Rusia tidak akan membiarkan dirinya kehilangan
negara-satelit begitu mudah. Mengapa
Rusia sangat peduli pada Ukraina dengan proposal
ekonominya. Penyebanya adalah pertama, Rusia kawatir apabila Ukraina menandatangani perjanjian asosiasi
dengan Uni Eropa akan berdampak buruk bagi ekonomi Rusia. Contoh akan terjadi arus besar produksi Eropa ke
Ukraina dan ini pasti akan berakhir ke Rusia karena antara Rusia dan Ukraina
ada perjanjian bebas pajak. Selain itu, kedua, Perang Dingin mungkin telah berakhir, tetapi sentimen Rusia mengenai
supremasi regional tetap hidup. Dengan
Olimpiade Sochi baru-baru ini, dan tahun ini G8 Summit juga dijadwalkan
berlangsung di Sochi, Rusia siap menjadikan ini sebagai sarana publisitas positif di panggung global. Sebuah
kesepakatan ekonomi antara Uni Eropa dan Ukraina akan melemahkan citra Rusia sebagai kekuatan
dunia yang tangguh (setidaknya dalam pandangan Putin). Jadi ini soal kehormatan
Rusia sebagai negara besar. Mungkinkah
Amerika dan Eropa mampu menekan Rusia untuk menarik keluar pasukannya dari
Crimea ( Ukraina)? Pastinya tidak akan berhasil.Walaupun Amerika dan uni Eropa
berniat memberikan sangsi ekonomi dengan
mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G8. Itu akan dianggap angin lalu oleh
Rusia. Mungkin untuk Iran berhasil tapi tidak untuk Rusia. Karena ketika
ancaman embagro dikeluarkan oleh Washington, yang pertama kali bereaksi adalah
German dan Italia karena kedua negara
ini 100% suplai minyaknya berasal dari Rusia. Dan hampir sebagian besar kebutuhan
minyak Uni Eropa berasal dari Rusia, dan ini melintasi Ukraina supplai nya, dan karena itu Rusia mempertahankan pangkalan militernya di Ukraina.
Sebelumnya Amerika Serikat tak pernah merasa tenang dengan kehadiran
pangkalan militer Rusia di Ukraina. Tetapi Washington juga tidak punya alasan
kuat untuk mengusir. Karena Ukraina merupakan sebuah negara berdaulat. Itu
sebabnya Amerika dan Uni Eropa berada dibalik kejatuhan President Yanukovych dan menempatkan Olexander Turchynov sebagai presiden. Dengan system
demorkasi Amerika berharap bisa melegitimasi kekuasaan yang Anti Rusia di
Ukraina. Munculnya krisis Ukraina dimana
Rusia melakukan invasi ke negara tetangga itu diluar perhitungan Amerika. Namun
ini bisa dijadikan alasan Amerika Serikat untuk terlibat dalam konplik. Sama
dengan yang dilakukan Amerika Serikat di Kuwait, ketika pasukan Saddan Husein,
Irak menginvasi negeri liliput tersebut.
Oleh sebab itu kekhawatiran munculnya perang baru antara Rusia dan
Amerika Serikat, masuk akal. Lokasinya, yah di Ukraina. Kalau itu terjadi,
kawasan yang paling cepat terimbas, seluruh wilayah Eropa. Sekali sebuah perang
meletus di Eropa. imbasnya akan ke seluruh dunia. Umat manusia kembali berada
dalam ancaman peperangan, perang dunia baru, sebuah perang dahsyat yang
sejatinya - pada awal mula hanya dipicu oleh pertentangan elit politik. Mungkinkah ini terjadi ? atau bisakah Amerika dan Rusia duduk bersama membicarakan perdamaian untuk kepentingan Ukraina? sepertinya jauh panggang dari api, seperti Syiria...
1 comment:
I read similar analysis on The Economist but yours has history flashback ... interesting!
From my past education discussion on geopolitics, we were aware that EU has the similar agenda with Iran.
Post a Comment