Wednesday, October 2, 2013

Amerika Bangkrut?

Di Amerika, 30% penduduk masih buta hurup. Dari 10 orang amerika, 6 tidak pernah melihat uang dollar pecahan 100. Jadi memang gap pintar bodoh dan kaya miskin sangat lebar. Semakin lama semakin besar peran korporat mengendalikan kebutuhan Negara  dan semakin membuat rakyat tergantung dengan korporat. Bayangin aja, Rumah Tahanan Negara di outsourcing kan kepada swasta , dan bahkan untuk melancarkan kebijakan keras ( hard policy ) kepada lawannya, Amerika kadang menggunakan tentara outsourcing seperti XE Service LL. Untuk jadi pemenang dalam pemilihan Gubernur atau Presiden, Senat, ditentukan oleh siapa  consultant communication dan consultant  PR nya.  Semakin hebat consultant kampanyenya semakin besar peluang untuk menang.  Untuk mengatur lalulintas transaksi keuangan, mengendalikan moneter serta mencetak uang, Amerika menggunakan the FED sebagai outsourcing dari US treasury. The FED adalah perusahaan swasta yang sahamnya dikuasai oleh keluarga Yahudi. Setiap krisis terjadi selalu membuat Negara menjadi pesakitan dan akhirnya sebagai solusi maka peran Negara harus dikurangi khususnya dibidang social. Oleh karenanya krisis yang terjadi tidak lain karena ulah dari segelintir orang untuk membuat peran Negara semakin lemah dan semakin tergantung dengan korporat. Jadi  AS adalah super  MNC  yang sebetulnya dikelola oleh segelintir orang dengan menjadikan Negara sebagai cover.***

Kemarin saya bertemu dengan teman di Sheraton Bandara. Dia fund manager dari JP morgan. Kami terlibat diskusi mengenai issue bahwa pemerintah AS terpaksa Shutdown. Berbagai instansi pemerintah menutup layanannya, menyusul tidak adanya kesepakatan dari DPR AS mengenai kebijakan anggaran yang bisa diterima Senat. Memang terjadi difisit anggaran sebesar USD 670 miliar akibat penerimaan pajak yang turun karena program pemulihan ekonomi tidak berjalan sesuai yang diharapkan.  Masalah deficit ini memang harus disikapi melalui perubahan UU tentang pagu hutang dan karenanya peran DPR sangat menentukan untuk meloloskan anggaran. Sebetulnya ini bukan hal yang menakutkan seperti yang kita bayangkan bila Negara bangkrut. Amerika tidak akan bangkrut. Kata teman saya. Mengapa ? karena bila Amerika butuh uang untuk pembangunan mereka tinggal cetak uang melalui skema QE atau apalah yang diatur oleh UU.  Untuk melaksanakan skema itu tentu butuh pihak yang mampu memberikan commitment. Dan itu ada pada commitment holder. Siapa mereka itu? Tanya saya. Mereka adalah invisible group yang men drive setiap kebijakan moneter yang kadang berimplikasi kepada kebijakan international Amerika. Mereka bisa berada ada dimanapun dan dikubu manapun. Saat sekarang mereka mengontrol Partai Republik dan sebagian di Demokrat.

Apa yang mereka inginkan adalah Obama harus memotong semua pos anggaran yang berkaitan program social untuk rakyat miskin seperti Patient Protection Affordable Care Act alias Obamacare dan mengalihkan dana itu untuk progam stimulus bagi dunia usaha, serta memperluas insentif bagi berkembangnya sektor riil. Dan pada waktu bersamaan Amerika harus menghapus kebijakan kenaikan pajak untuk orang kaya. Inilah dasar perseteruan antara Obama dan DPR. Obama tidak mungkin setuju membatalkan UU Obamacare itu karena ini janjinya ketika kampanye dulu namun DPR tidak peduli akan janji itu. Menurut teman saya , DPR Amerika ada benarnya bahwa adalah tidak bertanggung jawab untuk memberikan bantu social bagi kaum miskin sementara dana didapat dari hutang. Itu akan lebih baik bila dana didapat dari kelebihan penerimaan dari pajak. Tapi saat sekarang diakui bahwa menaikan pajak adalah tidak tepat karena dunia usaha sedang limbung didera krisis.  Jadi ? tanya saya. Teman itu tersenyum. Menurutnya orang miskin akan selalu miskin. Dibantu atau tidak dibantu, ya tetap miskin. Ini soal penyakit mental yang akan contra productive bila dibantu secara langsung. Bantuan kepada orang miskin adalah dengan memberikan lapangan pekerjaan dan untuk itu dunia usaha harus bangkit dulu. Soal kini mereka miskin, biarkan saja. Mereka tidak akan mati karena kemiskinan. Akan selalu ada kekuatan social ditengah masyarakat yang bertindak sebagai jaring pengaman. Kenapa harus pusing. Katanya.Saya hanya geleng geleng kepala.

Bagaimanapun Shutdown pemerintahan akan segera berakhir dan tentu ada solusi untuk itu. Apa soiusi itu? Yang jadi permasalahan adalah apabila solusi itu memenangkan program Obamacare dan menyetujui tidak ada kenaikan pajak bagi orang kaya maka itu artinya ada tambahan hutang dalam anggaran, dan ini semakin membuat fundamental ekonomi AS semakin tergantung dengan pasar uang.  Dollar akan melemah dan dampaknya tentu akan menimbulkan kerugian besar bagi Negara yang memegang Dollar sebagai cadangan devisa. Disamping itu akan mendorong suku bunga terkerek keatas. Yang menyedihkan kata teman itu bahwa program social Obama dibiayai oleh Negara lain melalui hutang sementara orang kaya Amerika tidak boleh dibebani dengan pajak tinggil. Apa yang diterapkan oleh Amerika tak ubahnya yang ditiru oleh Indonesia. Sampai kapan ini akan terus berlangsung. Tanya saya. Teman itu hanya mengangkat bahu. Menurut saya, hanya masalah waktu, bila Amerika tidak bisa bijak maka rezim dollar AS akan tumbang karena semua Negara yang menjadi satelit juga bangkrut. Apakah ini yang diinginkan oleh segelintir orang di Amerika ? untuk akhirnya menjadi penguasa dunia. Teman saya hanya tersenyum. Saya berpisah dengan teman itu dan ingat betapa bodohnya negeri saya tergantung dengan Amerika yang  notabene juga tergantung dengan segelintir orang..

1 comment:

toony1928 said...

Kebangkrutan USA memang sudah mulai terdengar sejak beberapa tahun lalu. Kebijakan dalam dan luar negeri yg tdk baik membuat keadaan smakin parah.
Tetapi yg paling parah adalah ketidak adaan jalan keluar yg baik bagi rakyat kecil (miskin) yg sesunggunya merupakan target dari pemerintahan sebuah bangsa.
...and indonesia akan menuju jurang yg sama jika tidak belajar (dan mengambil kebijakan yg lebih baik) dari kejatuhan ekonomi US.

Putin memenangkan Pilpres Rusia.

  Pemilu Rusia, memilih empat calon presiden, yaitu Putin, Leonid Slutsky, Nikolai Kharitonov, dan Vladislav Davankov. Hasilnya ?  Komisi Pe...