Monday, August 19, 2013

Morsi dan Mesir ?

Ketika  President  Mohamed Morsi Isa al-Ayyat  ( Morsi )  di kudeta oleh Militer, saya terhenyak. Saya tak mau berkomentar lagi dalam tulisan blog.  Karena saya yakin kejatuhan Morsi adalah bagian dari design AS dan Israel usai perang  Hamas ( gaza ) – israel tahun lalu.  Maklum karena perang itu pula membuat posisi Palestina semakin kuat dimeja perundingan international sehingga diakuinya Palestina sebagai Negara walau statusnya sebagai anggota tidak tetap atau  negara  pemantau oleh PBB.  Andaikan proposal AS ketika itu disetujui oleh Mesir  maka dapat dipastikan Morsi akan tetap berkuasa sampai kini. Apa sebetulnya proposal yang diajukan oleh AS dan Israel ? Israel akan memprovokasi serangan  ke Gaza  dan itu  harus diikuti oleh langkah provokatif  Mesir untuk ambil bagian dalam front Israel,Mesir dan Yordan.  Konpensasi  atas keterlibatan Mesir dalam front bersama ini adalah kembalinya wilayah  Gaza kepangkuan  Mesir. Bila skenario ini berjalan mulus maka akan dilakukan hal yang sama untuk mengembalikan Tepi Barat ke Yordan.Maka usailah agenda meng eliminate Perjuangan Palestina untuk merdeka.  Proposal itu tidak disikapi tegas oleh Morsi namun diyakini  oleh AS dan Israel bahwa Morsi akan mendukung. Itu sebabnya serangan Israel ke Gaza dilaksanakan namun nyatanya  Morsi menolak proposal itu yang membuat AS kecewa. He left us after we have done to support him. Kata Hillary kepada CNN dengan nada kecewa.

Padahal Mesir sangat butuh dukungan AS untuk perbaikan ekonominya. Sejak 1970-an miliaran dolar bantuan ekonomi telah digelontorkan  ke Mesir dari Amerika Serikat, tetangga Arab, dan negara-negara Eropa. Namun, karena tidak efisiennya  BUMN  yang mengelola sektor publik, dan besarnya investasi militer mengakibatkan inflasi, pengangguran, defisit perdagangan parah, dan hutang publik yang berat. Tahun 1990an AS meminta kepada IMF untuk melakukan recovery Ekonomi Mesir. Saat itu serangkaian reformasi ekonomi dan fiskal dilakukan dibawah pengawasan AS dan tampaknya memiliki efek positif pada perekonomian Mesir secara keseluruhan. Sejak itu sampai dengan tahun 2008, Pertumbuhan ekonomi Mesir rata rata 7%. Pertumbuhan melambat ketika krisis global. Semakin melambat ketika terjadinya revolusi menjatuhkan Hosni Mubarak yang akhirnya digantikan oleh Morsi dalam Pemilu Demokratis. Pada Era Morsi ada segudang masalah mengenai fundamental ekonomi Mesir : Pertumbuhan PDB riil melambat menjadi hanya 2,2 persen tahun ke tahun. Investasi menurun diatas 10 persen dari PDB. Perlambatan ekonomi berkontribusi pada meningkatnya pengangguran, yang mencapai dua digit  dengan 3,5 juta orang kehilangan pekerjaan. Cadangan devisa terus menurun sampai batas terendah. Keadaan ini butuh tindakan cepat untuk bisa membuat mesin ekonomi Mesir kembali melaju. 

Disamping itu pemerintah juga menghadapi beban subsidi yang begitu besar dan membuat defisit anggaran sampai diatas 10% dari PDB ( bandingkan Indonesia hanya 2%, sudah demo menolak pengurangan subsidi BBM ). Seharusnya dengan dukungan rakyat yang begitu besar, Morsi punya kekuatan untuk melakukan recovery ekonomi. Caranya mengurangi subsidi secara significant.  Mengurangi belanja rutin pegawai yang menghabiskan anggaran sampai 90%. Mengurangi anggaran Militer. Memanfaatkan keanggotaan dengan IMF untuk mendapatkan dana stimulus seperti yang diterima oleh Italia dan Spanyol. Untuk itu Morsi butuh kecerdasan mengelola keunggulan strategisnya dihadapan mitra regional maupun international dengan tujuan memudahkan mendapatkan financial resource bagi perbaikan ekonomi secara keseluruhan. Mesir punya potensi ekonomi besar untuk menjadi negara besar karena dukungan SDA dan letak strategis  ( Terusan Suez ) namun ini akan menjadi potensi real bila dikelola dengan smart. Namun Morsi lebih sibuk memperbaiki UU dan kelembagaan yang sesuai dengan agenda IM. Keadaan ini justru membuat keadaan Politik mesir dalam ketidak pastian ,yang semakin membuat rating Mesir semakin terpuruk dimata financial community.

Kemarin waktu dinner saya  berdiskusi dengan teman dari New York. Ada yang menarik apa yang dikatakannnya bahwa untuk menjatuhkan suatu rezim yang berkuasa sekarang tidak perlu menggunakan senjata hebat. Cukup dengan menyumbat financial resource maka hanya soal waktu rizim itu akan jatuh walau rezim itu terpilih melalui sytem demokrasi yang bersih.  Mengapa ? walau  orang memilih karena idiologi namun pada akhirnya orang loyal dengan perutnya. Bila rezim tidak mampu menyumplai kebutuhan “perut” rakyatnya maka hanya soal waktu rezim itu jatuh , baik karena rekayasa politik (ala demokrasi) maupun karena tuntutan rakyat sendiri yang tidak sabar. Itu sebabnya Turki ketika Partai Keadilan dibawah Recep Tayyip Erdogan berkuasa, tahu betul bahwa loyalitas rakyat kepada partai hanyalah sebatas perut. Kalau mereka tidak bisa menjaga perut ini maka idiologi akan ditinggalkan oleh rakyat. Ketika awal berkuasa , Erdogan tidak  menyentuh masalah politik sekular yang harus diganti dengan syariah islam. Tapi  Erdogan focus kepada perbaikan ekonomi terutama  mengatasi masalah inflasi. Untuk ini Erdogan berusaha bersikap jinak dengan World Bank,IMF, dan Eropa, AS.Berusaha meyakinkan bahwa dia tidak beda dengan rezim sebelumnya hanya kelebihannya dia lebih adaptip dengan program IMF dan World bank.

Kemajuan Turki yang begitu luar bisa, banyak disikapi negative oleh pejuang syariah islam karena Erdogan tidak punya nyali merubah UU sekular menjadi Syariah. Erdogan tidak peduli dan tetap melaju dengan caranya.  Ketika ekonomi Turki mulai bangkit dan diperhitungkan dunia international , apa yang terjadi ? Erdogan membiarkan kegiatan islam berkembang bebas walau bertentangan dengan Undang Undang Sekular Turki.  Kegiatan syiar  dan ibadah islam berkembang pesat yang hampir tidak mungkin terjadi di era sebelum Erdogan berkuasa. Kelompok sekular yang tadi menentang kini mulai ikut membiarkan ( masa bodoh ) dengan perkembangan islam di Turki. Mereka happy karena kepentingan perut mereka terjamin.  Pada saat itulah Erdogan mulai melakukan agenda  Partainya, yaitu menjadikan syariah islam sebagai pengganti UU sekular di Turki.  Sebetulnya rakyat Turki tidak ada yang memperdulikan rencana perubahan UU sekular ini namun  para elite di Barat dan AS tidak inginkan Turki besar karena idiologi. Ini berbahaya karena sejarah membuktikan bahwa Turki pernah menjadi penguasa dunia dengan islam sebagai idiologi.  Hegemoni islam akan bangkit bila Turki bangkit. Ini harus dihentikan apapun taruhannya.

System demokrasi memang selalu punya jalan untuk merekayasa politik sehingga rezim dapat dijatuhkan. Cara yang dipakai pihak Barat dan AS adalah menciptakan barisan oposisi yang dikoordinir dan dibiayai secara terselubung untuk menjadi pressure group. Ini akan terus diberi bensin untuk menjadi amukan api yang besar.  Ketika kekacauan terjadi maka tentu selanjutnya diharapkan akan menjatuhkan rating financial market Turki dan akhirnya mata uang juga jatuh. Namun mengapa Turki yang bergolak tidak mengakibatkan Erdogan jatuh? Tidak seperti Mesir yang sangat mudah dijatuhkan. Karena ekonomi Turki kuat.  Yang menentang itu semakin tersibak dari barisan mayoritas rakyat, dan akhirnya kehilangan  energi untuk terus menekan. Sementara rating Financial market Turki tidak jatuh karena para fund manager tahu betul bahwa kekuatan oposisi tidak significant. Tidak ada dasar yang kuat membuat kekuatan kelompok  ( baik islam maupun kristen) atau elite politik Turki akan berkiblat kepada oposisi.  Mengapa ?karena semua kelompok (islam ,kristen )merasa  nyaman dengan kemajuan ekonomi Turki.  Inilah yang harus dijadikan platform oleh pejuang syariah islam. Bahwa rebutlah kekuasaan dan kemudian rebutlah hati rakyat dengan kerja nyata untuk membuat yang miskin tertolong, yang kaya berkembang. Itu hanya mungkin bila ekonomi tumbuh.

Teman dari New York itu berkata kepada saya bahwa satu hal yang dilupakan oleh Morsi bahwa walau Tuhan pencipta segala galanya namun Tuhan tidak pernah mengirim uang ke APBN mesir untuk menutupi defisit anggaran.  Hanya Paman Sam yang bisa mengirim uang ke APBN mesir untuk belanja militer dan pangan. Menentang paman Sam lebih bersiko daripada menentang Tuhan. Katanya sambil tersenyum. Saya tidak bisa berkata banyak.  Namun ini secara nyata merupakan sindiran bahwa selagi kita lemah tidak mandiri maka selama itupula hidup (idiologi) kita tergadaikan. Menentang itu berarti konyol.! Lihatlah contoh negara Arab lainnya seperti Saudi, Qatar, Emirat yang tetap setia dengan agenda AS termasuk ikut mendukung pemerintahan kudeta di Mesir  karena mereka tidak pernah mandiri dalam segala hal. Mereka telah menggadaikan hidupunya untuk  dunia, untuk Amerika dan tentu untuk ISRAEL.

Morsi seharusnya belajar dari kenyataan , seharusnya juga kita. 

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...