Ketika President Mohamed Morsi Isa al-Ayyat ( Morsi ) di kudeta oleh Militer, saya terhenyak. Saya
tak mau berkomentar lagi dalam tulisan blog. Karena saya yakin kejatuhan Morsi adalah bagian
dari design AS dan Israel usai perang Hamas
( gaza ) – israel tahun lalu. Maklum karena
perang itu pula membuat posisi Palestina semakin kuat dimeja perundingan
international sehingga diakuinya Palestina sebagai Negara walau statusnya
sebagai anggota tidak tetap atau
negara pemantau oleh PBB. Andaikan proposal AS ketika itu disetujui
oleh Mesir maka dapat dipastikan Morsi
akan tetap berkuasa sampai kini. Apa sebetulnya proposal yang diajukan oleh AS
dan Israel ? Israel akan memprovokasi serangan
ke Gaza dan itu harus diikuti oleh langkah provokatif Mesir untuk ambil bagian dalam front
Israel,Mesir dan Yordan. Konpensasi atas keterlibatan Mesir dalam front bersama
ini adalah kembalinya wilayah Gaza
kepangkuan Mesir. Bila skenario ini
berjalan mulus maka akan dilakukan hal yang sama untuk mengembalikan Tepi Barat
ke Yordan.Maka usailah agenda meng eliminate Perjuangan Palestina untuk
merdeka. Proposal itu tidak disikapi
tegas oleh Morsi namun diyakini oleh AS
dan Israel bahwa Morsi akan mendukung. Itu sebabnya serangan Israel ke Gaza
dilaksanakan namun nyatanya Morsi
menolak proposal itu yang membuat AS kecewa. He left us after we have done to support him. Kata Hillary kepada CNN dengan nada kecewa.
Padahal Mesir sangat butuh
dukungan AS untuk perbaikan ekonominya.
Sejak 1970-an miliaran dolar bantuan ekonomi telah digelontorkan ke Mesir dari Amerika Serikat, tetangga Arab,
dan negara-negara Eropa. Namun, karena tidak efisiennya BUMN
yang mengelola sektor publik, dan besarnya investasi militer mengakibatkan
inflasi, pengangguran, defisit perdagangan parah, dan hutang publik yang berat. Tahun 1990an AS meminta kepada IMF untuk melakukan recovery Ekonomi Mesir. Saat itu serangkaian reformasi ekonomi dan fiskal dilakukan dibawah pengawasan AS dan tampaknya memiliki efek positif pada
perekonomian Mesir secara keseluruhan. Sejak itu sampai dengan tahun 2008, Pertumbuhan
ekonomi Mesir rata rata 7%. Pertumbuhan melambat ketika krisis global. Semakin melambat
ketika terjadinya revolusi menjatuhkan Hosni Mubarak yang akhirnya digantikan oleh Morsi dalam Pemilu Demokratis.
Pada Era Morsi ada segudang masalah mengenai fundamental ekonomi Mesir : Pertumbuhan PDB riil melambat menjadi hanya
2,2 persen tahun ke tahun. Investasi menurun diatas 10 persen dari PDB.
Perlambatan ekonomi berkontribusi pada meningkatnya pengangguran, yang mencapai
dua digit dengan 3,5 juta orang
kehilangan pekerjaan. Cadangan devisa terus menurun sampai batas terendah. Keadaan ini butuh tindakan cepat untuk bisa membuat mesin ekonomi Mesir kembali melaju.
Disamping itu pemerintah juga menghadapi
beban subsidi yang begitu besar dan membuat defisit anggaran sampai diatas 10%
dari PDB ( bandingkan Indonesia hanya 2%, sudah demo menolak pengurangan subsidi BBM ). Seharusnya
dengan dukungan rakyat yang begitu besar, Morsi punya kekuatan untuk melakukan
recovery ekonomi. Caranya mengurangi subsidi secara significant. Mengurangi belanja rutin pegawai yang
menghabiskan anggaran sampai 90%. Mengurangi anggaran Militer. Memanfaatkan
keanggotaan dengan IMF untuk mendapatkan dana stimulus seperti yang diterima
oleh Italia dan Spanyol. Untuk itu Morsi butuh kecerdasan mengelola keunggulan
strategisnya dihadapan mitra regional maupun international dengan tujuan memudahkan
mendapatkan financial resource bagi perbaikan ekonomi secara keseluruhan. Mesir
punya potensi ekonomi besar untuk menjadi negara besar karena dukungan SDA dan
letak strategis ( Terusan Suez ) namun
ini akan menjadi potensi real bila dikelola dengan smart. Namun Morsi lebih
sibuk memperbaiki UU dan kelembagaan yang sesuai dengan agenda IM. Keadaan ini
justru membuat keadaan Politik mesir dalam ketidak pastian ,yang semakin membuat rating
Mesir semakin terpuruk dimata financial community.
Kemarin waktu dinner saya berdiskusi dengan teman dari New York. Ada
yang menarik apa yang dikatakannnya bahwa untuk menjatuhkan suatu rezim yang
berkuasa sekarang tidak perlu menggunakan senjata hebat. Cukup dengan menyumbat
financial resource maka hanya soal waktu rizim itu akan jatuh walau rezim itu
terpilih melalui sytem demokrasi yang bersih. Mengapa ? walau orang memilih karena idiologi namun pada
akhirnya orang loyal dengan perutnya. Bila rezim tidak mampu menyumplai
kebutuhan “perut” rakyatnya maka hanya soal waktu rezim itu jatuh , baik karena
rekayasa politik (ala demokrasi) maupun karena tuntutan rakyat sendiri yang
tidak sabar. Itu sebabnya Turki ketika Partai Keadilan dibawah Recep Tayyip
Erdogan berkuasa, tahu betul bahwa loyalitas rakyat kepada partai hanyalah
sebatas perut. Kalau mereka tidak bisa menjaga perut ini maka idiologi akan
ditinggalkan oleh rakyat. Ketika awal berkuasa , Erdogan tidak menyentuh masalah politik sekular yang harus
diganti dengan syariah islam. Tapi
Erdogan focus kepada perbaikan ekonomi terutama mengatasi masalah inflasi. Untuk ini Erdogan
berusaha bersikap jinak dengan World Bank,IMF, dan Eropa, AS.Berusaha
meyakinkan bahwa dia tidak beda dengan rezim sebelumnya hanya kelebihannya dia
lebih adaptip dengan program IMF dan World bank.
Kemajuan Turki yang begitu luar
bisa, banyak disikapi negative oleh pejuang syariah islam karena Erdogan tidak
punya nyali merubah UU sekular menjadi Syariah. Erdogan tidak peduli dan tetap
melaju dengan caranya. Ketika ekonomi
Turki mulai bangkit dan diperhitungkan dunia international , apa yang terjadi ?
Erdogan membiarkan kegiatan islam berkembang bebas walau bertentangan dengan
Undang Undang Sekular Turki. Kegiatan
syiar dan ibadah islam berkembang pesat
yang hampir tidak mungkin terjadi di era sebelum Erdogan berkuasa. Kelompok sekular yang tadi menentang kini
mulai ikut membiarkan ( masa bodoh ) dengan perkembangan islam di Turki. Mereka
happy karena kepentingan perut mereka terjamin.
Pada saat itulah Erdogan mulai melakukan agenda Partainya, yaitu menjadikan syariah islam
sebagai pengganti UU sekular di Turki. Sebetulnya
rakyat Turki tidak ada yang memperdulikan rencana perubahan UU sekular ini
namun para elite di Barat dan AS tidak
inginkan Turki besar karena idiologi. Ini berbahaya karena sejarah membuktikan
bahwa Turki pernah menjadi penguasa dunia dengan islam sebagai idiologi. Hegemoni islam akan bangkit bila Turki
bangkit. Ini harus dihentikan apapun taruhannya.
System demokrasi memang selalu
punya jalan untuk merekayasa politik sehingga rezim dapat dijatuhkan. Cara yang
dipakai pihak Barat dan AS adalah menciptakan barisan oposisi yang dikoordinir
dan dibiayai secara terselubung untuk menjadi pressure group. Ini akan terus
diberi bensin untuk menjadi amukan api yang besar. Ketika kekacauan terjadi maka tentu selanjutnya
diharapkan akan menjatuhkan rating financial market Turki dan akhirnya mata
uang juga jatuh. Namun mengapa Turki yang bergolak tidak mengakibatkan Erdogan
jatuh? Tidak seperti Mesir yang sangat mudah dijatuhkan. Karena ekonomi Turki
kuat. Yang menentang itu semakin
tersibak dari barisan mayoritas rakyat, dan akhirnya kehilangan energi untuk terus menekan. Sementara rating
Financial market Turki tidak jatuh karena para fund manager tahu betul bahwa
kekuatan oposisi tidak significant. Tidak ada dasar yang kuat membuat kekuatan kelompok ( baik islam maupun kristen) atau elite
politik Turki akan berkiblat kepada oposisi.
Mengapa ?karena semua kelompok (islam ,kristen )merasa nyaman dengan kemajuan ekonomi Turki. Inilah yang harus dijadikan platform oleh pejuang
syariah islam. Bahwa rebutlah kekuasaan dan kemudian rebutlah hati rakyat
dengan kerja nyata untuk membuat yang miskin tertolong, yang kaya berkembang.
Itu hanya mungkin bila ekonomi tumbuh.
Teman dari New York itu berkata
kepada saya bahwa satu hal yang dilupakan oleh Morsi bahwa walau Tuhan pencipta
segala galanya namun Tuhan tidak pernah mengirim uang ke APBN mesir untuk
menutupi defisit anggaran. Hanya Paman
Sam yang bisa mengirim uang ke APBN mesir untuk belanja militer dan pangan.
Menentang paman Sam lebih bersiko daripada menentang Tuhan. Katanya sambil
tersenyum. Saya tidak bisa berkata banyak.
Namun ini secara nyata merupakan sindiran bahwa selagi kita lemah tidak
mandiri maka selama itupula hidup (idiologi) kita tergadaikan. Menentang itu
berarti konyol.! Lihatlah contoh negara Arab lainnya seperti Saudi, Qatar,
Emirat yang tetap setia dengan agenda AS termasuk ikut mendukung pemerintahan
kudeta di Mesir karena mereka tidak
pernah mandiri dalam segala hal. Mereka telah menggadaikan hidupunya untuk dunia, untuk Amerika dan tentu untuk ISRAEL.
Morsi seharusnya belajar dari
kenyataan , seharusnya juga kita.
No comments:
Post a Comment