Perkenalan Hashim Djoyohadikusumo
dengan Nathaniel Rothschild ( Nat) diawali karena masalah lahan tambang Bumi
resource di Kalimantan yang bersinggungan dengan lahan tambang Prabowo. Memang
posisi tambang Bumi sangat tergantung jalur logistic nya dengan lokasi tambang
milik Prabowo. Disamping itu Nat sedang bermasalah dengan group Bakrie soal
kepemilikan saham pada Bumi Resource PLC. Nampaknya Nat tahu précis bagaimana
menjadi pemenang dalam pertarungan hegemony pada Bumi Resource PLC dengan
menjadikan Bakrie sebagai minoritas. Apabila Hashim mendukung maka Nat akan
punya bargain position mendapatkan dukungan lebih dari mitra strategisnya untuk
menggalang dana pengambil alihan saham milik Bakrie di Bumi Resource PLC. Sudah
dipastikan apabila Hashim bergabung maka group strategis yang berada dalam
jaringan kekuatan global Yahudi yang selama ini diuntungkan lewat penguasaan
SDA di Indonesia, akan ikut bergabung dengan kekuatan penuh. Mereka semua
adalah penguasa financial resource yang bersumber dari business Mining, Gas and
Oil. Disaat dunia dilanda krisis, perusahaan perusahaan ini terus belanja investasi
dimana mana. Seakan krisis dunia adaah timing yang tepat bagi mereka untuk
menguasai business strategis diseluruh dunia.
Dalam pertemuan yang diadakan di pinggiran
kota London, Hashim tidak menegaskan bahwa dia dalam posisi setuju atas tawaran
dari Nat untuk bergabung dalam Bumi Resouce Plc namun dia akan membicarakan
dengan Prabowo. Teman saya di Dubai mengirim email kesaya dengan nada satire menyikapi
news dari Bloomberg atas rencana Nat menarik Hashim dalam jajaran direksi Bumi
Resource Plc. Menurutnya bahwa tidak ada musuh abadi yang ada hanyalah
kepentingan. Mengapa ? karena Nat bersama groupnya dulu berada dibelakang Ical yang mendukung kampanye Pilpres 2004 menjadikan SBY sebagai Presiden. 2009 Group Nat berhasil meloby elite politik AS untuk menghadang laju Prabowo sebagai Wapres berpasangan dengan Megawati. Ketika itu mereka melakukan lack campaign yang berkaitan dengan issue pelanggaran HAM oleh Prabowo dimasa lalu sebagai DanJen Kopassus. Ditambah lagi latar belakang
Soemitro ( ayah Prabowo ) yang sosialis diyakinkan membawa pengaruh terhadap Prabowo yang tentu akan
menjadi ganjalan terhadap kepetingan bisnis yahudi di
Indonesia. Dukungan Lobi Nat bersama group nya sangat efektif membuat elite politik AS restriction terhadap Prabowo dan menguntungkan posisi SBY. Hashim paham betul akan itu Itu sebabnya usulan dari Nat itu tidak langsung ditanggapi positive oleh
Hashim. Namun proses berjalan terus untuk menaklukan Hashim ( prabowo). They
will do anything demi hegemony.
Nat memang tidak main main untuk
menguasai Bumi Resource PLc dan sekaligus mendepak keluarga Bakrie. Ini
pertarungan serius, all out. Mengapa? Teman
yang berkerja sebagai analis perdagangan emas di Hong Kong mengatakan bahwa nampaknya
ada invisible war antara keluarga Bakrie dengan keluarga Rotchild berkaitan
dengan penguasaan saham Bumi Resouce pada Pt. Freeport Indonesia. Jadi bukan
hanya soal tambang batu bara tapi lebih daripada itu adalah emas dan tembaga. Walau
saham Bumi Resource tidak significant pada PT Freeport Indonesia namun bila
Ical jadi president maka saham Bumi di Freeport akan sangat mudah menjadi
mayoritas. Lantas apa jadinya bila Rotchild tetap sebagai minoritas di Bumi Plc
atau kalah dalam pertarungan dengan keluarga Bakrie ? Itulah sebabnya Nat rela mundur
sebagai CEO dari Barrick Gold yang merupakan perusahaan tambang terbesar
didunia hanya untuk focus di Bumi Resorce Plc. Benarlah, setelah itu group raksasa
seperti Abu Dhabi Investment Council, Schroders Investment Management Limited,
Standard Life Investments, Taube Hodson Stonex LLP, Artemis Investment
Management LLP, dan Robert Friedland sudah standby dibelakang Nat dengan
financial resource tak terbatas dan network loby politik di White house yang
kuat.
Yang membingungkan adalah mengapa
Nat bersama groupnya lebih merasa nyaman beraliansi dengan Hashim dibandingkan dengan Bakrie
yang notabene adalah teman lama di Freeport Indonesia. Maklum Bakrie memiliki
saham di Freeport melalui Pt. Bumi Resource sejak era Soeharto berkuasa. Hal
ini dijawab oleh teman saya bahwa resiko lebih besar bila seorang teman yang
akhirnya jadi presiden dinegara yang akan dianeksasi secara bisnis. Bukankah
akan lebih baik bila teman jadi President. Tentu akan lebih mudah mengembangkan
bisnis. Kata saya. Menurutnya selalu pada akhirnya pengusaha yang kelak menjadi
president akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya daripada kepentingan
temannya. Bagaimana dengan keberadaan Hashim ? Nat tahu bahwa Hashim hanya
peduli pada uang dan tidak peduli pada kekuasaan. Karena itu diyakinkan akan
lebih mudah mengelola Hashim untuk menjadikan Prabowo sebagai pendukung setia
kepentingan business mereka di Indonesia
, khususnya atas penguasaan resource Mining , gas and Oil. Apalagi mereka tahu
bahwa sebagian besar dana operasional Garindra berasal dari donasi Hashim.
Bagi Prabowo keberadaan Group
Rotchild sangat strategis menghapus ban politik Senat AS terkait masa lalunya
terhadap pelanggaran HAM, menghapus data cases yang outstanding di ICC (International
Criminal Court). Kedua hal tersebut batu
krikil menuju RI1. Dan saat kini ia butuh dana lebih untuk biaya menuju RI1. Tentu Rotchild melalui Hashim menawarkan uang tidak sedikit untuk mendapatkan kekuasaan itu. Akhirnya teman saya menyimpukan bahwa seharusnya Ical
mendukung Prabowo menjadi presiden daripada mencalonkan diri sendiri sebagai Presiden.
Ya setidaknya tetaplah berlaku sebagai settlor untuk kepentingan mereka , seperti
dulu Ical menjadi settlor mendukung SBY sebagai Presiden RI. Itu lebih baik bagi kepentingan bisnis Bakrie karena tidak ada kekuatan ( Private maupun government ) yang bisa mengalahkan group Rotchild. Benarkah kini
Hashim sudah berada didalam genggaman Yahudi? Saya tidak tahu namun News
Bloomberg dua hari lalu menyebutkan bahwa Prabowo membela keberadaan Freeport di Papua dan
akan terus mendukung konsesi itu untuk kepentingan Indonesia…Apakah ini ada kaitannya ??? Entahlah.
No comments:
Post a Comment