Tuesday, July 16, 2013

Kemandirian bangsa..

Dalam suatu perjalanan bisnis ke Kunming ( Yunnan,China ) saya didampingi oleh tiga teman pengusaha dibidang IT di China. Mereka pengusaha manufacure Cisco product, Cellphone dan peralatan aplikasi GPS. Yang membuat saya kagum adalah mereka semua masih tergolong  muda. Usia mereka rata rata empat puluh tahun dan umumnya mereka mengawali bisnis ketika tamat universitas. Kini perusahaan mereka sudah mencatat omzet ratusan juta dollar dengan jangkauan pasar keseluruh dunia.  Bagaimana mereka bisa menjadi pengusaha besar berkelas dunia dalam usia muda? Menurut mereka bahwa semua berkat dukungan pemerintah. Tanpa kebijakan pemerintah, mereka tidak mungkin bisa tumbuh cepat. Bagaimana caranya pemerintah mendukung? Belanja APBN adalah alat ampuh negara untuk menciptakan pertumbuhan dan sekaligus pemerataan. Ketika pemerintah butuh alat terkhnologi, katakanlah bidang IT maka pemerintah memberikan kesempatan pengusaha nasional yang mampu menggandeng vendor world class yang mau membuat produk itu di China. Andaikan tidak ada vendor yang bersedia maka Pemerintah  china memberikan kesempatan kepada universitas bersama Pusat riset Nasional untuk menciptakan produk tersebut. Semakin besar belanja APBN maka semakin besar peluang baru terbuka bagi new commer enterprenuer dari kalangan kampus.Bagaimana dengan modal ? tanya saya .

Modal akan datang sepanjang pasar terjamin,apalagi sumber dana ventura. Berkat jaminan pasar dari Pemerintah sebagai mean buyer maka hampir dapat dipastikan semua bank di china bersedia memberikan kredit untuk membangun pabrik.  Begitu sederhananya cara pemerintah china melontarkan orang kedalam medan real world sebagai enterprenuer.  Ya, namun selanjutnya mereka harus berusaha mencari pasar alternative.Kalau tidak mereka tidak bisa tumbuh. Mengapa ? Karena pemerintah tidak akan memberikan order selama lamanya kepada pengusaha itu. Kesempatan akan diberikan kepada pengusaha pemula lainnya. Jadi peran negara hanya sebagai trigger untuk tampilnya new commer enterprenuer dari kelas terdidik.  Itulah sebabnya setelah mereka tumbuh walau tidak lagi mendapatkan fasilitas pasar dari negara namun rasa terimakasihnya sangat besar kepada negara. Caranya berterimakasih adalah dengan bekerja keras untuk mampu bersaing melewati putaran waktu. Mereka tak ingin peluang yang sudah dalam genggaman hancur dan akhirnya  tetap menjadikan mereka sebagai beban pemerintah karena kredit macet atau produk kalah bersaing, sehingga para buruh harus kehilangan pekerjaan. Jadi ketika pemerintah membantu mereka , secara tidak langsung jiwa mereka sudah terpasung untuk menjaga kehormatan almamaternya, keluarganya dan lingkungannya. Hanya satu cara untuk selamat yaitu kerja keras dan kerja keras. 

Ada kesamaan visi antara Pemerintah dan Pengusaha bahwa kepentingan nasional adalah segala galanya. Kalaulah keterlibatan asing tidak bisa dihindarkan karena alasan resiko investasi yang besar, karena tekhnologi yang ruwet dan belum dikuasai oleh china atau karena branded dlll maka pemerintah memberikan konsesi kepada pengusaha nasional sebagai pendamping asing. Tugas pengusaha nasional itu adalah dalam jangka panjang harus menjadi mitra sejajar dengan asing dan akhirnya kalau bisa menjadi penguasa tunggal . Segala hal yang diperlukan oleh pengusaha nasional maka pemerintah akan selalu siap membantu, seperti kisah Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC) yang mengakuisi saham VW di China dan terakhir membeli brand VOLVO. Tentu pada moment dimana pengusaha nasional sudah mampu menguasai tekhnologi dan pasar. Keadaan seperti ini tentu dibutuhkan sumber daya  Wiraswasta dari kalangan terdidik. Mereka pasti mampu kalau diberi kesempatan. Hampir semua CEO perusahaan high tech di China adalah alumni China Academic of Science.  Namun bagaimanapun china masih butuh banyak pengusaha dari kalangan terdidik. Upaya propaganda untuk memotivasi kalangan kampus masuk dalam dunia wiraswasta dilakukan secara systematis oleh pemerintah. Berbagai insentif dan motivasi diberikan lewat tutor berjenjang dari para kader partai.

Infrastruktur pendukung lahirnya  new commer enterprenuer ini disiapkan by design.  Venture capital dari kelas teri sampai kelas kakap disediakan. Perbankan yang berbasis kepada bidang investasi ( Bank   Of china ), pertanian ( Agriculture bank of china ), perdagangan dan industry ( industry and commercial  bak of china ) dll diperkuat dan diperluas jangkauannya.  Berbagai sumber pembiayaan yang mudah diakses disediakan luas oleh pemeritah. Juga berbagai lembaga riset dibidang tekhnologi tersedia secara meluas untuk memberikan solusi dibidang rekaya tekhnologi. BUMN china tampil sebagai penyedia industri hulu yang sarat modal dan tekhnologi untuk memberikan dukungan supply akan bahan baku yang murah dan melimpah. Dukungan insfrastruktur ekonomi yang selalu ditingkatkan membuat kondisi logistic system di China semakin efektif dan efisien.Ini pula yang mempermudah pengusaha china untuk mendapatkan kesetaraan dengan mitra global.  Artinya keseriusan negara mendesign pembangunan yang berorientasi kepada produksi memang menempatkan pengusaha China punya bargain position yang kuat dihadapan mitra  asing. Konsistensi pemerintah dalam menerapkan hukum membuat legitamasi kontrak kemtiraan menjadi bernilai.   

Bagaimana dengan Indonesia ? pengadaan ( procurement ) barang di lingkungan pemerintah selalu didominasi dengan rekanan pengusaha yang sudah lama eksis dan dekat dengan pejabat. Semua pengadaan barang tekhnologi tidak ada ketentuan yang mengharuskan barang tersebut dibuat didalam negeri.  Pengusaha boleh impor build up. BUMN yang memegang industri hulu seperti IPTN sudah dikerdilkan.  PT Krakatau Steel telah diprivatisasi kepada pihak asing.  Tak ada lagi industri strategis BUMN yang berkibar  benderanya sebagai pendukung supply chain  industri dan manufacure nasional, bahkan BUMN penghasil garam ( paling sederhana teknologinya namun pital kebutuhannya) harus ditutup.  Satu demi satu produk nasional yang unggul dipasar dalam negeri seperti Kecap KS, Aqua, Ades, Sampoerna, dll telah diambil alih oleh asing. Semakin banyak sarjana dihasilkan semakin banyak daftar pengangguran terdidik dan hampir tidak ada  upaya sistematis melahirkan new commer enteprenuer dari kalangan kampus. Pusat riset yang beranggaran rendah dengan gaji peneliti ala kadarnya merupakan bukti bahwa negara ini tidak dikelola secara modern, apalagi hukum bisa dibeli dan serba tidak pasti.

Ya, sebagai penutup saya akan sadur penggalan puisi Taufik ismail “Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi-kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luarbiasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.” Demikian kesimpulan saya, dan benarlah bahwa selagi kita tidak mandiri selama itupula kita tidak bisa mempertahan idiologi kita, agama kita, budaya kita, juga wanita kita dan anak anak kita.

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...