Monday, November 26, 2012

China dan Timur Tengah


Ketika perjalanan dari Beijing ke Guangxie, sekedar killing time saya berbicara dengan teman yang juga Boss holding company di China.  Saya bertanya tentang sikap China terhadap konplik di TImur Tengah. Teman ini dengan tegas mengatakan kemuakannya dengan sikap Israel dan AS. Sudah saatnya AS meninggalkan politik gaya lamanya. Politik imperialis. Ini sudah usang. Tidak akan efektif lagi. Apapun dalihnya ,entah atas nama demokrasi atau apalah, tidak akan laku. Di era yang serba terbuka sekarang ini, rakyat banyak tidak bisa dibohongi lagi. Mereka smart untuk membaca situasi dan menolak segala bentuk neocolonialism. Kini saatnya membangun kemitraan yang adil dan terbuka untuk kemakmuran umat manusia.  Bukankah smart power yang dicanangkan oleh Hillary Clinton untuk Timur Tengah adalah sinyal baik untuk perdamaian? Tanya saya. Ya itu berakibat kepada terjadinya gelobang revolusi Tunisia, Mesir, Libya, Yordania, Iraq, Bahrain, Libanon, Maladewa, dan Yaman tapi tetap saja dibalik itu ditunggangi oleh kepentingan AS dan Barat untuk menentukan rezim  yang bisa dijadikannya boneka. Lantas bagaimana sikap China terhadap Timur Tengah saat ini?

Yang harus diketahui bahwa China adalah konsumen minyak terbesar didunia setelah AS. Bagi China, minyak adalah energy untuk menghidupkan mesin Industri dan infrastruktur ekonominya. Kemajuan ekonomi akan terancam bila supply minyak dan Gas terganggu. Iran adalah sahabat terbaik bagi China, bahkan bagi Iran, China adalah second home nya. Maklum saja karena 20% kebutuhan minyak China di supply oleh Iran. Walau sampai kini Importir terbesar minyak Iran adalah Jepang namun investasi Migas  terbesar di Iran adalah China. Hal ini semakin memperkuat posisi Iran dalam berhadapan dengan AS dan Barat. Karena bila Iran di serang dengan dalih program nuklir maka China akan ikut campur demi mengamankan investasinya di Iran. Bukankah China termasuk Negara yang menandatangani resolusi DK PBB yang memberikan sangsi terhadap Iran atas program Nuklirnya? Tanya saya. Menurut teman itu bahwa China benar mendukung resolusi DK PBB tapi tidak mendukung serangan militer kepada Iran. Selagi program nuklir itu tidak terbukti untuk militer maka tentu china ada dibelakang Iran.

Bukankah supplier minyak China bukan hanya Iran, tapi supplier terbesar adalah Arab Saudi. Mengapa China cenderung berpihak kepada Iran? Tanya saya. Memang  supplier terbesar adalah Saudi karena alas an kualitas minyak Saudi memang lebih baik dari Iran namun china membelinya melalui perantara yang harganya mahal. Harap dimaklum bahwa trader minyak umumnya terkoneksi dengan Yahudi/ AS/Barat yang punya hubungan istimewa dengan penguasa Negara Arab. Ini jelas tidak efisien dan dalam jangka panjang tidak mengamankan kepentingan China akan pasokan Minyak dan Gas. Disamping itu hubungan antara China dan Iran bukan hanya terbatas MIGAS tapi juga meliputi perdagangan yang seimbang. Iran menerima pasokan barang modal dan tekhnologi dari China. Nilai perdagangan ini dari tahun ketahun terus meningkat. Bahkan China memberikan jalan agar Iran tidak terisolasi dalam system perbankan akibat embargo PBB dengan membentuk Bank of Kunlun yang menjadikan bank di Iraq sebagai gateway untuk transaksi dengan Iran. Ketika AS mengetahui ini langsung meblocknya melalui clearing house New York. Akibatnya ketegangan terjadi antara AS dan China , yang justru semakin memperkokoh hubungan china dengan Iran dalam upaya merebut hegemony economy di Timur Tengah.

Bagaimana sikap China terhadap Israel ? Tanya saya. Bagi China, Israel tetap mitra strategis disegrala bidang. Sudah ada kesepakatan awal antara China dan Israel untuk mempelajari kemungkinan membangun jalur kereta api di Israel untuk menghubungkan Laut Merah dengan Laut Mediterania. Jalur Kereta api akan memberikan alternatif dari Terusan Suez untuk transportasi kargo antara Eropa dan Asia. Saya sempat terdiam dan bingung dengan informasi dari teman ini. DIsatu sisi China menjalin hubungan erat dengan Iran namun di sisi lain China juga menjalin kerjasama strategis dengan Israel. Keliatannya teman itu memperhatikan kebingungan saya. TIdak usah bingung. Yang membuat runyam Politik Timur Tengah karena mental imperialis dari AS dan Barat yang ingin tetap dengan gaya lamanya, neocolonialism. Semua Negara tidak ingin lagi di jajah dalam bentuk apapun, termasuk Iran. Kalaupun Iran masuk dalam wilayah konplik di Suriah , Iraq, Libanon, dan China mendukungnya, itupun tidak ada hubungannya dengan China yang pro syiah ( idiologi). China butuh Suriah dan Iraq untuk jalur suppli minyaknya dan Iran butuh benteng kokoh dalam perjuangan idiology. Aliansi ini terbentuk dengan satu sama lain saling memanfaatkan walau tujuan berbeda.

Bagaimana sikap China terhadap Palestina ? Kebijakan Politik Luar Negeri China tahun 1965 yang anti imperialis sampai kini belum dirubah. China tetap konsisten. Itu sebabnya China mendukung kemerdekaan Palestina. Dan sempat menolak existensi Negara Israel walau Israel adalah Negara pertama di Timur Tengah yang mengakui kemerdekaan China. Hanya saja ketegangan politik mulai terjadi ketika Israel tidak mengakui Revolusi China tahun 1949 yang memunculkan Rezim Komunis dan tetap mengakui Taiwan sebagai pemerintah yang syah untuk china. Secara politik hubungan antara China dan Israel ( AS/Barat ) tetap sulit karena sikap China yang mendukung Palestina dan sikap Israel ( Barat/AS) yang mengakui Taiwan. Sikap china mendukung Palestina atas dasar anti imperialis sementara sikap Israel ( AS/Barat ) mendukung Taiwan karena idiologi. Walau sebegitu prinsipnya perseteruan antara China dan AS namun secara ekonomi hubungan tetap terjalin atas dasar saling menguntungkan dan satu sama lain tetap waspada…Sebetulnya China ingin Timur Tengah itu menjadi wilayah yang stabil , aman agar semua negara bisa ikut berpartisipasi membangun atas dasar kebaikan, kebenaran, dan keadilan.Jangan ada lagi pertikaian karena agama, idiologi. Hiduplah berdampingan dengan damai, itu lebih baik untuk masa depan umat manusia.

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...