Saturday, August 25, 2012

KPK VS POLISI


Hong Kong adalah sebuah kawasan yang bisa disebut Negara dalam Negara di China.  Ketika China menerima Hong Kong dari Inggeris  tahun 1997 , yang China dapati adalah wilayah yang penuh kerakusan dalam Susana berkompetisi. Mungkin , ketika itu , para elite China yang terbiasa hidup dalam suasana serba teratur dan kapatuhan rakyat, melihat Hong Kong seperti melihat sebuah Srigala yang belum jinak namun pantas dipelihara. Ketika itu, Hong Kong, antara penguasa dan criminal telah terjalin mutual simbiosis, untuk memeras rakyat melalui metode korupsi systemtis dan kasat mata. Cerita teman saya, dulu para pejabat kota dengan terang terangnya melakukan Pungli dimana saja. Dari Pasar tradisional, rumah sakit, di jalanan, di tempat hiburan , selalu ada Polisi dan pejabat kota serta preman ( TRIAD) yang memeras rakyat. Kesalahan dibiarkan selagi ada bagi bagi uang. Pelanggaran hukum menjadi komoditi untuk membuat para pengacara kaya raya, Polisi hidup mewah, dan pejabat kota bergelimang harta. Itu belum lagi korupsi mark up project public yang tak pernah habis habisnya.

Sebetulnya Inggeris yang ketika itu menguasai Hong Kong telah berupaya dengan serius memerangi wabah korupsi itu. Salah satu upaya pemerintah Hong Kong adalah membentuk badan anti Korupsi (KPK) atau disebut dengan ICAP (Independent Commission Against Corruption (ICAC) yang didirikan pada tahun 1974. Tapi upaya ini tidak berjalan dengan mulus. Tantangan terbesar bukanlah dari rakyat tapi dari Pihak Kepolisian berserta jajaran elite politik yang tidak senang akan keberadaan ICAC. Sepak terjang ICAC memang membuat bulu kuduk aparat merinding , apalagi ketika  Peter Fitzroy Godber ,seorang Perwira Tinggi Polisi berhasil di tangkap hanya karena tidak bisa menjelaskan asal usul keberadaan uangnya dibank sebesar USD 600,000. Itulah sebabnya pada 28 oktober 1977, HKPF ( Polisi Hong kong ) menyerbu kantor ICAP. Ketegangan terjadi. Hal ini memaksa penguasa Hong Kong ( Gubernur) mengambil tindakan drastic dengan memberikan amnesty kepada seluruh aparat Polisi yang terjaring oleh ICAC.  Wibawa ICAC hancur dihadapan public. Rakyat menyebut ICAC adalah I can accept cash”, atau ”I corrupt all cops.

Setelah Hong Kong dibawah kendali Pemerintah Beijing dengan status Special Region ( Daerah Khusus), yang pertama kali dilakukan oleh China adalah memperkuat fungsi ICAC. Parlemen Hong Kong mengukuhkan keberadaan ICAC bukan hanya berdasarkan keputusan Pemerintah tapi menjadi produk UU yang harus dipatuh oleh seluruh institusi. Sejak itu, ICAC beroperasi semakin efektif. Kejahatan terorganisir dibawah bayang bayang aparat , lambat namun pasti semakin terkikis. Dan karenanya TRIAD( Crime group )  tidak punya tempat lagi untuk bisa berkembang di Hong Kong. Tahun 2008 ICAC berhasil melakukan operasi pembersihan kepada seluruh aparat kepolisian. Operasi ini sangat menyengat dan dilakukan secara besar besaran tanpa ada sedikitpun perlawanan dari HKPF ( Polisi Hong Kong ). ICAC semakin berwibawa dan tentu pemerintah semakin mendapat tempat dihati Rakyat..  Namun tetap tidak menjadikan ICAC sebagai lembaga super Body. Dalam prakteknya ICAC pernah dikalahkan oleh Pengadilan karena melakukan penyadapan terhadap tersangka tanpa izin pengadilan. Inilah nilai demokrasi. Yang karenanya demokrasi dihormati karena rezim tunduk pada hukum dengan ditandai semakin efektifnya upaya pemberantasan korupsi.

Apa yang dialami oleh Hong Kong sebelum berpindah tangan dari inggeris ke China tak ubahnya dengan Indonesia kini.  Tentu disadari oleh elite politik reformasi bahwa keberadaan KPK hanya dikaranakan aparat Polisi, Jaksa, Hakim tidak bekerja efektif untuk memberantas wabah korupsi. Tapi sejak berdirinya KPK belum nampak keperkasaanya melawan langsung Institusi Kepolisian dan TNI.  Barulah kini, KPK mulai nampak unjuk gigi dengan menjadikan target DJoko Sosilo sang Jenderal Polisi sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan simulator pembuatan surat izin mengemudi. Akankah KPK dapat berperan efektif sebagaimana fungsi yang diamanahkan rakyat? Ingat bahwa KPK, lahir dengan kekuasaan yang abnormal: ia mekanisme penyembuhan yang juga sebuah perkecualian. Kekuasaannya lain dari yang lain. Wewenang KPK bahkan lebih besar ketimbang ICAC. Di Hong Kong komisi itu tak punya wewenang menuntut. Di sini, KPK mempunyainya.  KPK juga tak hanya harus bebas penuh dari dikte kekuasaan mana pun. Di Hong Kong, ICAC bekerja secara independen namun bertanggung jawab kepada ”Chief Executive”, yang dulu disebut ”Governor”. Di Indonesia, KPK tak bertanggung jawab kepada Presiden.

Ya kekuasaan KPK sangat besar. Entah bagaimana KPK bisa terbentuk. Mungkin ketika terbentuk, euphoria demokrasi begitu merasuk kedalam tubuh setiap elite politik negeri ini hingga lahirnya KPK. Atau mungkin sebagai bentuk dari kemarahan terhadap rezim Soeharto yang doyan KKN. Entah. Yang pasti KPK kini ada, dan juga menjadi momok yang menakutkan bagi semua aparatur Negara.  Berjalannya waktu , ada niat DPR untuk merevisi UU tentang KPK agar menjadi wilayah grey area. Tapi, KPK bukan lagi produk para mereka yang mewakili rakyat. Diluar itu ada pemilik sesungguhnya KPK yaitu Rakyat.  Ketika lembaga yang mewakili rakyat sebagai BOS tak bisa lagi seiring sejalan maka rakyat sebagai Bos sesungguhnya menjadi tempat sandaran terakhir KPK untuk misinya melawan korupsi. KPK butuh kekuatan diluar dirinya yaitu Rakyat. Dan rakyat akan selalu ada untuk KPK asalkan mereka membayarnya dengan kesetiaan , pantang menyerah dan tak berkompromi untuk membela kebenaran, kabaikan dan tegaknya keadilan. Perang melawan korupsi bukanlah perang singkat. Tapi perang berkelanjutan, sebagaimana ICAC yang kemarin berhasil menjatuhkan Sekretaris Kota Hong Kong hanya karena terbukti mengelabui petugas pajak Bumi Bangunan atas apartement miliknya.

Saturday, August 18, 2012

Nilai Islam : keadilan.


Tadi sore saya bertemu dengan teman lama. Dia mengundang saya berbuka bersama di restoran. Kami bicara banyak dan akhirnya sampai pada issue politik yang kini sedang hangat dalam putaran Pilkada DKI. Dimana agama dijadikan alat oleh elite politik untuk memancing emosi rakyat agar terpilih menjadi penguasa. Mengapa ? tanya saya. Bukankah selama ini agama dibuat berjarak dari hiruk pikuk perjuangan nilai nilai kehidupan social politik budaya? Teman ini mengatakan bahwa dalam system demokrasi, untuk menjadi pemenang,  apapun digunakan untuk dikemas dalam seni berkompetisi, termasuk menjadikan Ayat Al Quran dan Hadith sebagai dalil.  Rakyat awam tidak paham siapa rezim kini yang berkuasa sekarang. TIdak begitu paham tentang Negara ini tidak berdasarkan syariat Islam. Sepenggal ayat AL Quran dan Hadith sudah cukup ampuh untuk membuat rakyat terpedaya dan mengekor.  Ini lebih jahat ketimbang Yahudi. Saya terkejut dengan ungkapan teman ini. Menurutnya , Yahudi jelas jelas berjuang untuk hegemoni agama dan ras nya. Mereka melakukan apa saja untuk kepentingan mereka. Kita bisa menghadapinya dengan jelas pula. Tapi , kalau ada orang islam berbaju gamis namun mindset  Yahudi dipakainya setelah berkuasa tentu dia lebih jahat dari Yahudi.

Saya belum bisa menerima analogi teman ini. Menurutnya lagi, bahwa dalam sejarah perjuangan umat islam yang bersih dari pengaruh Yahudi adalah generasi pertama islam. Pada mereka,  Yahudi dijadikan musuh utama walau dalam prakteknya mereka masih penuh toleran. Allah sendiri sampai menyindir akan sikap generasi pertama islam itu dengan firman “ ….Inilah kamu! Kamu kasih kepada mereka, padahal mereka tidak kasih kepada kamu. “ (QS Ali Imran 119). Artinya Yahudi itu memang musuh laten bagi perjuangan Islam meninggikan kalimat Allah. Yahudi mampu melakukan apa saja untuk  bergesernya aqidah Islam. Mereka sadar bahwa untuk melemahkan perjuangan islam adalah ciptakan kekuasaan yang dekat dengan kemewahan agar nafsu mampu menjadi raja sesungguhnya. Bila pemimpin sudah menjadikan nafsu sebagai raja maka sikap sinis kepada agama akan muncul. Hukum islam tegak hanya untuk rakyat jelata sementara bagi penguasa hukum dikebiri. Titah raja adalah segala galanya. Keadilan menjadi jauh dan jauh.

Itu sebabnya Iman Hanafi memilih untuk lebih baik berdagang kain daripada menjadi Qadi Besar Kerajaan Bani Abbas dan akhirnya mati dipenjara. Itu sebabnya Imam Syafii menolak untuk berkolaborasi dengan Bani Abbas untuk melawan keluarga Ali bin Abi Thalip dan akhirnya Iman Syafii di fitnah sebagai musuh Negara. Dari Yaman, dia dibawa ke Bagdad dalam keadaan kaki dirantai. DIsiksa dalam fitnah yang sangat kejam. Imam Hambali juga memilih untuk dipenjara oleh Khalifah Al Ma’mun hanya karena tidak ingin mengeluarkan fatwa yang sesuai apa kata Raja. Beliau disiksa didalam penjara dengan luka disekujur tubuhnya. Iman Malik yang memilih berjarak dengan Khalifah Al Manshur dan tidak ingin datang atas panggilan Raja hanya karena meyakini bahwa Raja tidak lagi bicara tentang keadilan. Dari tumpukan aklak para pemimpin Bani Abbas yang mempermain Agama untuk melanggengkan kekuasaannya akhirnya tumbang  dengan sangat hina oleh lascar dari Mongolia (Tartar). Semua keluarga kerajaan berserta kemewahan Bagdad diluluh lantakan dalam penyerbuan kolosal. DI Indonesia, Orla tampil , Piagam Jakarta dihapus, ulama dipenjara. Era Orba, asas tunggal Pancasila terbentuk, ulama dipenjara. Era Reformasi, demokrasi bangkit tapi tetap saja ulama yang bersuara soal keadilan masuk penjara. 

Di era modern, Umat islam dibujuk untuk bersatu, dan agama digunakan sebagai perekat. Setelah umat islam bersatu, rezim terbentuk, Undang Undang, Peraturan dibuat tidak berdasarkan syariat Islam, Pengaruh Yahudi masuk lewat berbagai kebijakan dibidang social ,politik dan budaya, Mereka mengatakan bahwa agama membelenggu kemajuan kecuali paham secular. Ini sangat menyakitkan. Kata teman itu. Saya hanya diam untuk menjadi pendengar yang baik. Jadi benarlah, mereka lebih culas ketimbang Yahudi. Ya, mereka terlalu paham tentang kekuatan islam , dibanding Yahudi dan tentu ahli bagaimana melemahkan umat islam agar tak berdaya dihadapan mereka. Itu sebabnya Allah memasukan mereka dalam golongan orang  Munafik. Mengapa ? karena janji Politik mereka membawa bawa AL Quran dan Hadith namun mereka ingkar akan janji ketika berkuasa. Berkali kali kita umat islam diberi janji , berkali kalipula kita terkecoh. Mereka benar benar jahat. Kalau sudah begini, kata teman saya, kitalah sebenar sebenarnya zolim. Karena kita tidak menggunakan akal dan hati untuk memilih pemimpin.

Dalam system demokrasi liberal saat ini, wajah Yahudi dibalik topeng itu semakin tak nampak lagi samar. Ia sudah mudah ditebak  asalkan kita smart membaca , mendengar, melihat.  Cara cara kampanye membangun citra digunakan dengan membayar ulama selebritis untuk memancing emosi rakyat awam agar terpedaya memilih mereka. Ketika kampanye, mereka tidak bicara tentang perlunya syariat islam dalam system ketata negaraan. Mereka hanya membaca sepenggal Al Quran dan Hadith yang tidak berhubungan dengan nilai nilai islam utamanya yang berhubungan dengan akhlak membangun spiritual social untuk keadilan, kebaikan, kebenaran. Tidak ada! Bukankah , kata saya, kini kita punya pemimpin yang sebagian besar beragama islam. Kita juga punya banyak partai Islam. Kita juga punya banyak ulama yang aktif berdakwah. Dan Negara membiarkan soal itu. Benar !. Kata teman itu mengaminkan. Tapi, agama bukan soal atribut dan indentitas formal yang melekat pada Negara dan orang. Tapi seperangkat nilai yang bertumpu kepada keadilan.

Lantas bagaimana nilai nilai islam itu bisa tegak ? Itu hanya bisa tegak apabila Negara berlandaskan kepada AL Quran dan Hadith. Negara islam.Katanya dengan tegas. Apa jadinya bila Negara itu bukan Negara Islam ? bukankah ini yang sedang kita alami? Apa sikap kita? Tanya saya. Memang tidak mudah bersikap. Namun kita harus memilih pemimpn yang dekat dengan kita. Terutama yang dekat kepada kaum miskin dan peduli berbuat.  Pemimpin seperti itu haruslah berlaku seperti khalifah pada generasi pertama islam. Mereka amanah, tak punya kepentingan pribadi kecuali untuk orang banyak, hidup sederhana, jujur, tak banyak berkata tapi banyak berbuat. Tak jauh dari rakyat dan selalu ada untuk rakyat disaat mereka butuh keadilan. Bagaimana bila karakter seperti itu dimiliki oleh orang yang tak paham agama atau beragama non muslim? Tanya saya, Teman itu menjawab sambil mengulang kata kata ulama besar Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah “lebih baik dipimpin oleh pemimpin yang kafir yang adil, daripada dipimpin oleh pemimpin muslim yang dzalim. Mengapa ? tanya saya. Ya, karena walau dia kafir namun pastinya bukan Yahudi. Itu lebih baik ketimbang islam tapi mindset Yahudi. Tapi dia bukan muslim? Kata saya bingung. BIla Allah berkehendak, maka hidayah akan sampai kepadanya. Tugas kita memberi kesempatan untuk tegaknya keadilan dari manapun sumbernya dan selanjutnya urusan Allah menyelesaikannya. Saya termenung...

Sunday, August 12, 2012

Masadepan Indonesia...


Ada yang menarik berita tahun ini. Dimana Pertamina telah meng akuisisi 32 persen saham Petrodelta, S.A, Venezuela, milik Harvest Natural Resources. Tahun ini  mengakuisisi Perusahaan Minyak di Irak sebesar 20%. Disamping itu ada juga berita dimana Indonesia melunasi hutang kepada iMF dan sekaligus memberikan bantuan kepada IMF sebesar USD 1 milliar. Dan yang terakhir adalah tekad pemerintah untuk mengambil alih biaya studi kelayakan mega project Jembatan Selat Sunda yang sebelumnya ditanggung oleh investor. Sebelumnya sudah sama sama diketahui bahwa adanya UU yang mengharuskan  hasil tambang sumber daya mineral dan Gas harus dikelola didalam negeri sebelum di eksport dan penilaian ulang terhadap kontrak karya tambang. Dari berita ini apa yang menarik ? yang menarik adalah Indonesia seakan berada dipersimpangan Jalan. Sosialis dan kapitalis berbaur dengan design yang tidak jelas, apalagi dikaitkan dengan potensi ekonomi Indonesia dalam geoeconomy global. Apakah pemerintah tidak melihat potensi ini untuk bergerak cepat memanfaatkannya berdasarkan geopolitik dan geostrategi yang jelas? 

Dalam salah satu seminar investasi ASIA yang diadakan di Beijing , saya sempat bertemu dengan teman yang menjabat executive dari group Investor institusi. Mereka mengatakan bahwa masa depan ada di ASEAN dan itu ada pada Indonesia. Saya sempat terkejut. Karena yang menyampaikan ini adalah investor institusi tentu mereka didukung oleh lembaga riset yang hebat hingga sampai pada kesimpulan seperti itu. Bagaimana dengan Negara lain ? tanya saya. Menurutnya Negara lain seperti Jepang , Korea, Taiwan tak bisa lagi diharapkan sebagai lahan investasi. Karena kemampuan produksi mereka selama ini tidak punya value apapun setelah China tampil di pasar dunia dengan harga murah. Dalam 20 tahun belakangan ini terbukti Negara tersebut justru menjadi beban bagi Negara konsumen seperti Eropa dan AS. Harga produk  industry mereka telah bubble hingga pada batas irasional. Telah mengakibatkan inefisiensi nasional bagi AS dan tentu beban ekonomi dalam jangka panjang kalau dukungan kemitraan tetap dipertahankan. Namun memberikan dukungan pasar berkelanjutan kepada China juga tidak bijak. Karena system ekonomi yang berbeda telah mengakibatkan Negara inportir dirugikan dari segi mata uang.

Bagi Investor institusi untuk menjadikan potensi pasar dalam negeri China sebagai peluang mengembangkan dana , juga hal yang rumit. Karena regulasi cross border transfer fund yang ditetapkan pemerintah China  telah membuat cost of fund semakin mahal. Maklum saja, bahwa investor tidak bisa bebas memindahkan dananya keluar negeri , yang tidak sama seperti Indonesia dimana investor dimanja akan kebebasan transfer devisa.Vietnam juga bukan hal yang bagus untuk investasi jangka panjang. Karena lemahnya menajement moneter serta system politik yang tidak demokratis adalah salah satu hal yang membuat investor berpikir lebih jauh untuk masuk secara penuh. Thailand, memang tempat yang  bagus karena produktifitas mereka yang tinggi namun itupun dalam komoditas yang terbatas. Pasar dalam negeri Thailand pun sangat jenuh untuk dikembangkan karena proteksi pemerintah berlebihan melindungi industry dalam negeri. Disamping kekuatan devisa mereka yang renta karena didukung oleh export barang dan jasa yang tak bisa dikembangkan lebih jauh. Malaysia dan Singapore , tak bisa diharapkan terlalu jauh untuk investasi jangka panjang. Karena mereka sudah over capacity. Disamping itu lingkungan strategis mereka sudah tidak exciting lagi karena Indonesia tidak lagi menjadikan Negara mereka sebagai channeling barang ataupun jasa.

Indonesia, hemm..temam itu tersenyum dengan mata memancarkan harapan besar. Seakan dihadapannya terbentang rezeki melimpah untuk menyalurkan dana berlebih dan menggandakannya. Baginya Indonesia adalah Negara di ASEAN yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi paling tinggi dan stabil !Karena stabilitas pertumbuhan ekonomi itu sangat penting untuk menghitung probability jangka panjang terhadap investasi. Dan yang lebih penting lagi pertumbuhan itu bukan melulu dipicu oleh hutang. Tapi lebih dipicu oleh keunggulan strategis yang didukung oleh kemelimpahan sumber daya alam Indonesia. Hal ini terbukti dengan rendahnya tingkat hutang dibandingkan dengan GNP dibandingkan Negara emerging market lainnya. Sektor moneter Indonesia dinilai sangat likuid dibandingkan Negara lainnya. Pasar obligasi sangat kuat. Pasar SBI juga likuid dan menjadi incaran investor jangka pendek. Potensi ekonomi Indonesia yang ada sanga besar namun kapasitas produksi masih rendah. Artinya terbuka luas untuk peningkatan produksi lebih besar. Peluang itu ada disemua sektor.  Upah yang sangat murah dibandingkan China dan jumlah orang muda paling banyak di bandingkan negara ASEAN. Lingkungan strategis yang berhadapan dengan Facifik merupakan pontesi yang tak habis habisnya. 

 Nah, Indonesia berada dipersimpangan Jalan menjawab pergeseran geoeconomy dunia atas potensi ekonomi yang ada. Indonesia harus belajar dari China yang cepat tumbuh akhirnya terjebak dengan pasar International yang stuck. Sementara pasar dalam negeri masih butuh waktu untuk mengambil peran. Indonesia harus belajar dari AS yang cepat tumbuh menjadi hegemoni ekonomi dunia akhirnya terjerembab akibat bubble moneter. Indonesia harus belajar dari Eropa yang tidak becus mengendalikan kebutuhan pertumbuhan dengan daya dukung ekonomi nasional hingga terjebak dalam hutang yang tak terbayar. Indonesia harus belajar dari Mesir , Tunisia, Libia, Syiria yang tumbuh namun gagal menjamin keadilan hingga terjadi gejolak politik. Indonesia harus belajar dari Asia Tengah yang hanya jadi resource asing yang miskin kontribusinya terhadap petumbuhan domestic.  Indonesia harus belajar dari Jepang, Korea dan Taiwan yang tumbuh namun tak bisa menjaga keseimbangan ekonomi dalam negeri akhirnya stuck menuju spiral crisis. Indonesia harus belajar dari kegagalan negara lain dalam  memanfaatkan pergeseran Geoeconomy saat ini. Harus cepat bersikap dan bertindak untuk kepentingan nasional

Pertanyaannya adalah mengapa terkesan investasi berjalan lambat di Indonesia ? Menurut teman saya letak persoalannya kepada system politik yang dianut oleh Indonesia. Konstelasi politik dalam negeri itu tidak mudah bersikap menjawab peluang itu. Maklum saja karena partai yang berkuasa terdiri dari banyak warna dengan agenda yang berbeda beda. Ada yang sosialis, ada yang kapitalis, adapula yang agamais. Ini tidak mudah dipersatukan. Lihat saja buktinya bagaimana pertarungan elite politik soal kebijaksanaan subsidi BBM, kebijakan soal privatisasi, kebijakan soal pembebasan tanah untuk project infrastruktur,  kebijakan soal pembangunan wilayah yang tergantung siapa penguasa wilayah tingkat dua, kebijakan soal pangan, industri. Dan lain lain.  Inilah yang harus dilihat kedepan. Dengan amandemen UUD 45 saat ini, keliatannya siapapun pemimpin akan menghadapi kendala yang serius. Karena geopolitik kita kacau dan tentu geostrategis tidak jelas lagi. 

Siapakah pemimpin yang mampu mengelola potensi dalam negeri dengan mempersatukan warna partai untuk keadilan social serta smart memanfaatkan peluang international akibat terjadinya  pergeseran geo-economy dunia untuk kejayaan Indonesia. ? SIapa? moga tahun 2014 nanti kita bisa memilih pemimpin yang tepat dan  benar. Bagaimanapun kita butuh pemimpin yang visioner beriman dan berakhlak mulia untuk mempersatukan semua golongan demi kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan kerendahan hati untuk memimpin , maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat adalah masa depan Indonesia. Mungkinkah...? 

Tuesday, August 7, 2012

Geostrategis China?


Dua tahun lalu saya sempat terkejut ketika teman di Eropa berkata bahwa jalur sutra ke Eropa telah ditembus oleh China dengan usainya proses pengambil alihan Pelabuhan Laut ( Yunani ) Pier Two oleh Cosco ( BUMN china dibidang pelayaran ) dan Jalur kereta Beijing- Polandia yang melintasi iran sudah rampung. Jalur kereta Beijing Turkey sedang dalam proses negosiasi. Tidak ada lagi Idiology. Dunia kini bicara soal kepentingan ekonomi. Siapa yang bisa bantu, maka dialah sahabat. Dunia semakin terbuka dan semakin tergantung satu sama lain. Ditambah lagi, duniapun semakin padat populasinya sementara daya dukung kebutuhan konsumsi semakin terbatas. Maka upaya penguasaan wilayah tidak lagi sepenuhynya bergantung dengan kekuatan militer seperti tempo dulu tapi beralih kepada geo economy. Yang konsisten melancarkan geoeconomy ini adalah China , AS dan Barat. Ini pertarungan yang tak tahu bagaimana ending nya.

Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan teman di China, hal ini pernah saya sampaikan tentang posisi china dalam konstelasi global. Menurut teman saya bahwa saat ini di China setiap tahun penduduk bertambah. Industri terus tumbuh. China harus berbuat sesuatu untuk memastikan terjaminnya supply MIGAS dan  pangan.  Saat ini separuh produksi minyak dunia diserap oleh China. Belum lagi soal pangan. Dapat dibayangkan apa jadinya bila China tidak berdaya atas energy dan pangan. Ada lebih 1 milliar penduduk yang dipertaruhkan apabila pemerintah tidak sigap mengantisipasi masa depan. Didunia yang serba kapitalis saat ini, adalah konyol kalau membiarkan pasar bekerja sesukanya hingga membuat rakyat menjadi sapi perahan oleh kepentingan pemodal. Saya tahu yang ditujunya adalah mesin kapitalis dari kalangan TNC dibidang Pangan dan Energy yang umumnya didominasi oleh raksasa dari AS dan Eropa.

Memang cara pendekatan china untuk menguasai kawasan tidak sama seperti AS yang menggunakan kekuatan lembaga Multilateral seperti IMF, World Bank. China, melalui kekuatan BUMN nya dibidang Energy, Kontruksi, Mining, Tekhnology dll, terlibat aktif dalam program pembangunan diwilayah strategis. Artinya kebijakan  atas dasar business to business ( B2B). Seperti halnya tekad China untuk menguasai jalur sumber Migas diwilayah Laut China selatan melewati Selat Malaka, Samudra Hindia, hingga ke Teluk Arab.  Ini meliputi  rangkaian wilayah di sepanjang garis lepas pantai dan  pada pelabuhan-pelabuhan strategis yang terletak mulai dari Pakistan , Sri Lanka , Bangladesh Burma, Kamboja  dan Thailand (Kra Istmus). Diwilayah ini kepentingan  china akan keamanan jalur pelabuhan laut , jalur pipa minyak  dan sumber minyak harus dikelola dengan baik. Makanya bantuan economy dan militer mengalir deras kerezim yang berkuasa. 

Bagaimana dengan Afrika ? tanya saya. Teman saya menegaskan bahwa hubungan China dengan AFrika sudah terjalin lama sejak tahun 1950. Awalnya lebih kepada pendekatan ideology namun belakangan hubungan lebih kepada kepentignan ekonomi semata. Di Sudan, China mengontrol sebagian besar ladang MIGAS lewat, CNPC (China National Petroleum Corporation). Begitupala di Uganda, Nigeria dll dan setiap tahun hubungan ini terus meningkat. Kemudian hubungan ekonomi ini ditingkatkan secara regional dengan adanya  Strategic Partnership antara China dan Afrika dalam Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC). Tahun ini CHina berkomitmen memberikan bantuan sebesar USD 20 miliar untuk Afrika selama 5 tahun kedepan. Bagi China , Afrika adalah resource MIGAS yang fital untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri. Disamping kebutuhan akan bargain position dalam persaingan  international khususnya dengan AS.

Bagaimana dengan Asia Tengah ? tanya saya. Bagi China , kawasan Asia Tengah bukan hal yang baru karena kedua Negara ini tadinya merupakan jalur Sutra yang merupakan jalur perdagangan penting dunia. Bagi China, Asia Tengah merupakan  connecting door antara Eastern dan Western. Wilayah ini berbatasan langsung dengan  China di sebelah barat ( Xinjiang ). Untuk menciptakan stabilitas diwilayah Xinjiang yang penduduknya mayoritas islam maka Pemerintah China menetapkan otonomi Khusus bagi provinsi Xinjiang ( SAR – Special Auhtority Region ). Kira kira sama dengan Aceh. Dengan upaya ini ,diplomasi China terhadap Negara Asia Tengah yang merupakan pecahan dari UniSoviet  yang mayoritas muslim dapat efektif.   Melalui The Shanghai Five ( China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan ) dibangun  aliansi untuk menyatukan wilayah Asia Tengah dalam satu kuridor loby China. Kemudian ditingkatkan menjadi Shanghai Cooperation Organization (SCO). Harap di catat bahwa Asia Tengah memiliki SDA dan MIGAS  yang mungkin potensi resource nya lebih besar daripada Timur Tengah. 

Apakah ada ambisi China untuk menjadi pemimpin dunia menggantikan AS? . Tanya saya. Tentu ada, jawab teman saya, tapi untuk mencapai itu sangat jauh? mengapa ? sepanjang perjalanan sejarahnya, China belum pernah menjadi negara adidaya yang mempengaruhi keseimbangan kekuatan global. Bahkan ketika mengadopsi Komunisme, China terkesan agak malu malu membawa ideologinya itu keluar dari perbatasannya. Kebijakan luar negeri China berpusat pada pembangunan ekonomi domestik semata. Bahkan dalam hal persaingan militer dan persenjataan antara Beijing dengan Washington, pada hakikatnya hanya sebatas perebutan pengaruh ekonomi di  Asia   dan Afrika . 

Thursday, August 2, 2012

Politik, Isu SARA ?


Spencer Abraham adalah pria keturunan American-Arab, bergama Islam , terpilih sebagai Gubernur Negara Bagian Michigan (AS). Juga ada Mitchell Daniels, Jr yang muslim terpilih sebagai Gubernur Negara Bagian Indiana (AS), Demikian sekilas apa yang terjadi dalam system demokrasi .Padahal di kedua Negara Bagian itu mayoritas penduduknya adalah Kristen namun yang terpilih adalah pemimpin yang bergama islam. Ahok ketika menjabat Bupati Belitung Timur, 93 persen penduduknya adalah muslim tapi mereka memilih Ahok yang bergama Kristen, Dihadapan pemilih , mereka adalah orang qualified. Rakyat percaya dan merasa aman dipimpin oleh seseorang bukan karena symbol agama yang melekat pada kopiah dan baju gamisnya tapi pada akhlaknya. Mungkin itulah salah satu keunikan dari System demokrasi bahwa setiap orang siapapun dia berhak dipilih dan memilih. Seharusnya ini disadari oleh para elite politik yang sudah berbulat hati menetapkan demokrasi sebagai system untuk memilih orang terbaik diantara yang baik untuk menjadi pemimpin.

Namun bagaimanapun politik selalu tidak pernah konsisten. Apapun digunakan untuk menjadi pemenang. Walau semua elite politik termasuk Partai Demokrat yang mengusung kampanye utama demokratisasi di republic ini tetap saja tidak bisa menerima bila ada orang diluarnya bisa tampil dipercaya oleh Rakyat. Mengapa bukan kami ? kira kira begitu pikiran para Partai pendukung Foke dalam putaran Pilkada yang dikalahkan oleh Jokowi.  Umat islam harus cerdas meihat issue yang berkembang proses menuju putaran kedua Pilkada DKI ini. Jangan mudah terpancing oleh issue untuk menjadikan nilai nilai agama kita sebagai alat untuk meraih kekuasaan dengan culas. Sejarah republic ini sangat kaya, betapa para elite politik negeri ini berkali kali berdusta dan culas kepada perjuangan Islam menegakkan syariat. Ta sedikit umat islam menjadi korban mati sia sia karena bujukan para politisi namun setelah tujuan mereka tercapai, islam kembali mereka musuhi. Piagam Jakarta dihapus. Para ulama dipenjara. Para pejuang Islam didiskreditkan sebagai pencetus makar dan teroris. Banyak lagi fitnah datang kepada Umat islam ketika mereka tidak lagi diperlukan untuk tangga naik keatas.

Kalaulah benar bahwa ketulusan itu datang dari hati nurani para Elite politik untuk menjadikan issue Islam demi mayoritas penduduk ,  mengapa mereka tidak langsung berbicara secara legislasi bahwa hanya mereka yang beragama islam yang berhak dipilih( seperti Malaysia). Kemudian, buat lagi aturan bahwa hanya orang berakhlak tinggi diakui oleh umat yang berhak menjadi pemimpin. Atau setidaknya seperti Iran yang membentuk team Ahli ( Majelis Ahli ) yang berhak menentukan qualifikasi calon pemimpin sesuai Al Quran dan hadith. Mengapa itu tidak dilakukan? Mengapa justru mengangkat issue murahan agar memancing umat islam tertipu memilih mereka yang jelas tidak pernah menghargai Islam sebagai platform bernegara. Saya teringat ketika berbicara dengan salah satu pejabat di China, dia berkata, yang berbahaya bukanlah agama sebagai platform tapi yang berbahaya adalah bila para elite politik menipu rakyat dengan menggunakan dalil agama agar mereka berkuasa. Ini bahaya. Karena bagi orang awam, agama itu adalah candu. Bisa dibayangkan bila diancam soal candu maka mereka akan marah. Bila dibujuk dengan candu mereka akan mengekor. Dan ini dipahami betul oleh pemain politik negeri ini untuk mendapatkan simpati rakyat.

Umat islam sudah kenyang dengan pengalaman masa lalu betapa para pemimpin yang membawa sarung dan topi haji ternyata setelah berkuasa mereka tidak (atau lupa)  memperjuangkan esensi agama demi tegaknya kalimat Allah, untuk kebaikan, kebenaran, keadilan. Mereka larut dalam politik pragmatis. Bahkan Departement Agama yang dipimpin oleh alumnus Santri dan Universitas terbaik di Mesir, Arab malah menjadi tempat korupsi tertinggi di republic ini. Bila Issue SARA yang kini mengemuka dalam upaya menjegal pasangan Jokowi-Ahok untuk menjadi orang nomor satu di Jakarta dan nyatanya tidak mempengaruhi animo rakyat untuk mendukung. Ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi Partai Islam atau para elite yang bergama Islam atau pejuang syariat islam. Bahwa bila ingin pemimpin itu adalah orang beriman akan Allah dan Rasul, orang Takwa, Orang Shaleh maka perbaikilah diri kalian terlebih dahulu. Perbanyaklah spiritual social dengan karya nyata bagi rakyat, terutama bagi mereka yang lemah. Buktikan bahwa akhlak kalian sebagai elite memang menentramkan untuk lahirnya kemakmuran di republic ini.  Islam is not about we are  better than you. Islam is about " let me show you something that is better for youBila hal ini menjadi mindset baru kalian, maka tidak perlu issue agama untuk tampil sebagai pemenang dalam system demokrasi. Tidak perlu. Rakyat akan memilih kalian dan mendoakan dalam kesabaran agar kalian bisa menunaikan janjinya. Itu saja.

LIhatlah fakta didepan. Jokowi yang tak pernah bersarung dan berkopiah haji (walau sudah naik haji ) dan tak pandai pidato membawa  ayat al Quran serta hadith berbahasa Arab tapi mampu membuktikan spiritual sosialnya sebagai pemimpin. Juga , Ahok yang bukan pemeluk agama islam namun ketika dia menjadi Bupati Belitung Timur justru dia pendukung utama terbangunnya banyak masjid di Belitung Timur. Dari kedua pasangan ini, bukan kata kata seribu janji yang tak tunai tapi karya nyata yang sudah dirasakan oleh rakyat. Jadi bila issue agama tetap dijadikan cara untuk menjatuhkan pesaing, maka yakinlah , itu akan jadi bahan tertawaan rakyat. Apalagi yang menyampaikan itu adalah elite yang jelas munafik dalam perjuangan menegakkan syariat islam.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...