Saturday, September 3, 2011

Islam Kaffah

Acap kita mendengar kata ”Akhlak”. Apa sih yang dimaksud dengan akhlak ? Lantas apa bedanya dengan Etika, Moral, Norma. Semua kata itu bernuansa kebaikan tak ubahnya dengan akhlak. Akhlak itu sendiri sebetulnya berasal dari bahasa Arab , khuluqun. Kata kata khuluqun itu sendiri berarti kejadian yang erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipa. Singkatnya pengertian akhlak adalah perbuatan baik yang disebabkan oleh adanya hubungan antara makhluk dengan khaliq untuk dasar berinteraksi dengan sesama mahkluk. Dalam keseharian kita akhlak dikenal dengan istilah budi pekerti. Budi merupakan kesadaran ( kejiwaan ) yang ada pada manusia yang didorong oleh pemikiran, rasio. Pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan hati yang termanifestasikan dalam bentuk tingkah laku.

Lantas apa bedanya dengan etika? Sebagian orang menganggap etika itu sendiri adalah akhlak. Memang keliatan sama karena keduanya berhubungan dengan tingkah laku manusia. Namun ada letak perbedaannya yang principil yaitu soal kebenaran. Kebenaran pada etika adalah kebenaran akal yang bersandar pada filsafat. Ini kebenaran yang bersifat subjective. Yang tentu kebenaran itu tidak selalu benar tergantung dengan tempat, situasi dan kondisi yang ada. Sementara akhlak, sumber kebenaran itu berasal dari Al Quran dan hadith. Ini bukan buah pikiran akal dan bukan pula tesis filsafat. Ini firman Allah. Ia menembus ruang dan waktu yang tak mungkin didebat.

Bagaimana dengan Moral ? Istilah moral senantiasa mengacu kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia. Nah,Kalau etika lebih bersifat teori sementara moral lebih bersifata praktis. Contoh , moral menyatakan ukuran , etika menjelaskan ukuran itu . Bila etika bersifat universal sementara moral bersifat lokal ( budaya ). Etika di AS belum tentu sama dengan moral di Indonesia. Dibelakang moral ada norma yang menjadi dasar berbuat. Norma itu menyangkut aturan , pedoman yang bersifat normative . Dengan norma ini diharapkan manusia bisa beriteraksi dengan tertip.

Etika, moral yang bersandar kepada norma tak lain adalah kebudayaan. Setiap bangsa didunia punya kebudayaan sesuai dengan geographisnya masing masing. Tak bisa dipisahkan manusia dengan lingkungannya Umumnya manusia belajar dari alam. Alam terkembang menjadi guru.. Ayat ayat Allah tersebar di alam semesta ini dan dari situlah manusia belajar membangun kebudayaan agar kehidupan menjadi tertip dan damai. Itu sebabnya ketika para wali menyiarkan agama islam di nusantara , tidak melakukan perombakan total tatanan moral, etika dan norma. Para wali hanya memperbaiki sesuai dengan al Quran dan hadith. Makanya warna islam di Indonesia berbeda dengan di Arab namun substansinya sama, sama sama kiblat ke mekkah , dengan berikrar dua kalimasahadat..

Hal tersebut dapat dimaklumi karena jarak era masing masing rasul itu sangat jauh atau ribuan tahun maka wajar saja bila ajaran agama tauhid itu telah bermetamorfosa menjadi budaya yang tersusun dalam bentuk etika moral dan norma namun terselewengkan oleh akal yang bersifat subjective. Nabi Muhammad SAW ditugaskan oleh Allah tak lain untuk memperbaiki Akhlak manusia. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR Al-Bukhari dan Malik). Kesannya sangat jelas dalam misi Rasul itu yaitu untuk menyempurnakan Akhlak. Artinya sesuatu yang sudah ada akan dikoreksi sedemikian rupa agar baik dan sempurna. Bukan terkesan sebagai sebuah revolusi atau merombak total sehingga menjadi yang baru sama sekali. Itu juga berarti bahwa proses agama tauhid yang diturunkan Allah sejak Nabi Adam terus eksis dan sampai ke Muhammad itu disempurnakan.

Dalam konteks membangun peradaban yang diperlukan bukanlah Islam Arabian. Tapi islam nilai. Nilai nilai islam itulah yang utama. Dalam nilai islam itu bisa saja berangkat dari kebudayaan yang bersandar kepada etika, moral, norma namun disesuaikan dengan akhlak sebagai sumber kebenaran ilahiah. Inilah yang harus dipahami oleh umat islam agar cerdas beragama atau tidak terkesan eklusive. Jangan bersandar kepada hal yang tersurat saja tanpa memperhatikan yang tersirat dialam semesta ini. Islam kaffah adalah islam yang bersandar kepada yang tersurat maupun yang tersirat. Yang tersirat itu adalah pengetahuan yang diajarkan oleh Allah lewat kehidupan ini sejak bumi terbentang. Dari itulah kita tahu bahwa ilmu Allah itu teramat luas untuk kita mendapatkan hikmah.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...