Amerika berkali kali dilanda krisis tapi baru kali ini Amerika tidak gesit keluar dari krisis. Bahkan keliatan proses recovery yang dijalankan oleh team Obama tidak menghasilkan sesuatu yang significant. Kalau mendengar pendapat ahli ekonomi , pastilah jawabanya selalu penuh optimisme bahwa AS akan segera keluar dari Krisis sebagaimana sebelumnya. Tentu mereka melihat indikator pada pasar modal dan pasar uang. Sayapun cenderung berpikir seperti itu. Tapi kemarin setelah membaca laporan dari Lembaga Riset Investasi di Amerika, saya mempunyai sudut pandang lain tentang perkembangan ekonomi AS kedepan bila dikaitkan dengan ketahanan masyarakat sebagai pilar utama kekuatan bangsa AS.
Pada saat sekarang di AS, tingkat rasio ketergantungan rakyat terhadap Pemerintah mencapai 35%. Ini rasio tertinggi sepanjang sejarah AS. Tahun 2000 rasio ketergantungan rakyat hanya 21 % . Tahun 1960 ketika Amerika menghadapi krisis hebat, rasio tingkat ketergantungan rakyat hanya 10%. Menurut laporan riset itu , ternyata ada hubungan kuat antara rasio tingkat ketergantungan itu terhadap daya tahan ekonomi AS. Laporan itu menyebutkan bahwa upaya recovery economi periode sebelumnya tidak sehebat upaya sekarang tapi proses recovery itu berlangsung cepat sekali dan bahkan membuat AS bisa lebih kuat dari sebelum terjadi krisis. Artinya apa ? ketika masalah terjadi, bencana terjadi, kekuatan masyarakat sendiri yang melakukan perbaikan karena tingkat ketergantungan kepada pemerintah memang kecil.
Dari Indikasi data riset itu, jangan kaget bila rasio penduduk yang ikut memilih dalam pemilihan president, pemilihan gubernur, pemilihan anggota senat, kongres semakin tinggi pula. Mencapai puncaknya ketika Pemilu menempatkan Obama sebagai President. Ini merupakan indikator betapa semakin banyak rakyat AS yang berharap besar kepada pigur pemimpin untuk menyelesaikan masalah mereka. Apalagi kelompok menengah di AS sebagian besar adalah mereka yang hidup dari dukungan konsesi pemerintah dan mereka yang mendapatkan penghasilan dari pemerintah. Masyarakat seperti ini bukanlah aset tapi beban bagi pemerintah yang semakin lama semakin berkurang powernya menanggung beban yang notabene tidak memberikan kontribusi bagi upaya perbaikan menyeluruh.
China paham betul ketika mereka melakukan reformasi ekonomi, yang pertama mereka lakukan adalah melepaskan ketergantungan rakyat kepada pemerintah. Sebagian besar BUMN yang tidak ada hubungannya dengan Public Service Obligation ( PSO) di tutup. Sementara BUMN yang tingkat PSO nya dibawah 40% di privatisasi. Sisanya yang rasio PSO nya diatas 70% ditingkatkan dukungannya dan diperluas misinya untuk mengawal rakyat dari serangan kekuatan modal dan terkhnologi dalam berhadapan pasar bebas. Deng ketika mencanangkan reformasi menyebut kebijakannya sebagai bentuk lahirnya ”emansipasi ” rakyat kepada negara untuk terlibat langsung dalam proses pembangunan. Pemerintah hanya memberikan kanal untuk tersalurnya emansipasi agar rakyat mampu mengorganisir dirinya sendiri ' untuk menyelesaikan masalahnya dan meraih kemakmuran.
Di Indonesia dari tahun ketahun , dari satu rezim ke rezim berikutnya , sifat ketergantungan rakyat kepada pemerintah memang di design semakin besar. Bahkan kita selalu berharap bergantinya rezim akan terjadi perubahan seperti mitos tentang ”satro paningit”. Makanya jangan kaget Pemilu menjadi pesta termahal didunia. Bahkan tak sepi dari keributan. Setelah itu , kembali ribut bila harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal Pemerintah bukanlah Tuhan yang bisa berkata kun faya kun, bukan pula dongeng lampu aladin yang bisa berkata "abrakadabra ". Pemerintah hanyalah kumpulan orang yang terdidik baik tapi tak siap mandiri. Lantas apakah pantas kita berharap kepada kumpulan orang seperti ini untuk menjadi undertaker dan provider kebutuhan kita ?
Kita harus merubah mindset ini , jangan lagi tergantung kepada pemerintah. Jangan!. Agar kita menjadi bangsa yang kuat, pilih pemimpin yang amanah , dan setelah dipilih ; jangan puji, jangan kultuskan, jangan berharap banyak. Bangunlah kebersamaan dari kalangan terdekat dan bergerak semakin melebar dalam lingkaran kokoh saling menolong, bergotong royong untuk jadi komunitas yang dirahmati Allah. Bukankah sebagian besar penduduk Indonesia, adalah komunitas Islam yang di design oleh Allah untuk berjamaah tanpa tergantung kepada manusia kecuali kepada Allah.
No comments:
Post a Comment