Sunday, November 7, 2010

Orang senayan ?

Ada cerita dari seorang teman yang sekarang hidup makmur berkat pertemanan dengan orang orang di “senayan”. Apakah teman ini berkerja sebagai broker PILKADA untuk meloby senayan? Broker anggaran untuk project APBN ? Oh, tidak. Dia tidak ada hubungan dengan Pilkada atau project APBN, Tidak ada barang yang dia jual dan juga tidak ada project yang diburunya. Dia tidak menjual apapun. Lantas darimana dia dapatkan uang untuk jadi kayaraya tersebut ? Dagangannya adalah informasi. Dia membeli informasi dan juga menjual informasi kepada pihak yang membutuhkan. Siapa pelanggannya ? Ya, tentu bukan orang local. Karena mana mungkin orang local mau beli informasi. Baca Koran aja males. Yang beli informasi itu adalah investor asing. Lantas informasi apa yang begitu exciting untuk diperdagangkannya ?

Ceritanya sederhana saja. Dia bilang kepada anggota Dewan bahwa ada investor asing yang mau membeli saham BUMN. Dia juga meyakinkan bahwa harga saham itu akan dibeli setelah IPO dengan harga “ sekian”. Orang senayan lantas menghitung kemungkinan harga logis dari BUMN itu. Ketika menghitung harga logis ini , diapun memberikan data fundamental dari BUMN itu. Data itu lengkap dengan financial analisis dari sang fund Manager. Biar keliatan bonafide ( dipercaya ) maka fund manager itu berasal dari anak perusahaan BUMN juga yang bergerak dibidang Securities Company. Hitung punya hitung, maka harganya ternyata hanya 30% dari harga yang akan dibeli oleh Investor asing. Artinya bila BUMN itu jadi IPO maka ada yield sebesar tiga kali lipat dari harga perdana IPO. Keuntungan sudah keliatan didepan mata. Uang sudah menari nari didepan mata.

Orang senayan ini memang butuh dana untuk kegiatan politik , apalagi mana ada pemilu pakai uang Mbah Marijan, Tentu butuh lembaran kertas yang bertuliskan Bank Indonesia alias Rupiah.. Tapi orang senayan juga tahu aturan ketat mengenai anti korupsi, Ada KPK dan Tipikor. Belum lagi ada LSM yang siap marah marah kalau sampai ada indikasi korupsi. Lantas bagaimana caranya untuk dapat peluang ini. Ohoo..tidak perlu kawatir. Pedagang informasi siap memberikan solusi. Dia akan membentuk barisan investor “abal abal “ atau bogus buyer yang siap bertindak sebagai investor. Lantas dari mana dananya ? Pedagang informasi sudah siapkan semua itu. Dia akan mengajak orang senayan itu untuk duduk satu meja dengan pihan bank yang akan bertindak sebagai lender ( kreditur transaksi ini ).

Tapi kan bahaya kalau sampai BI tahu. Tidak perlu kawatir. Bank ada produk short selling untuk transaksi ini. Tentu harus ada collateral kalau tidak maka pinjaman itu akan dinyatakan NPL oleh BI karena jaminan future price tidak bisa dijadikan collateral. Bank akan mengatur skema pinjaman itu yang sesuai dengan compliance perbankan. Caranya , bank akan mengajak oknum Dana Pensiun untuk menempatkan dananya di bank sebagai jaminan sementara. Cara penempatan jaminan ini melalui skema yang canggih hingga dana pension tidak nambrak aturan tentang penempatan dana. Bila ini sudah disepakati semua maka jadilah dia sebagai sebuah produk dagangan konspirasi tingkat tinggi untuk mendapatkan uang tunai lewat bursa.

Tugas orang senayan berikutnya mendatangi Partainya. Dia meloby petinggi partai untuk menekan orang partai yang ada di cabinet. Sosialisasi politik lendir ini dilakukan dengan sangat intensip dan melibatkan kalangan ahli dibidang pasar uang dan pasar modal. Orang yang duduk dikabinet mulai memerintahkan kepada BUMN untuk IPO, lengkap dengan analisa kemungkinan harga IPO. Legitimasi proses IPO dilakukan oleh BUMN lewat standard procedure yang berlaku di Bursa. Semua nampak transfarance. Pada waktu yang dirasa tepat maka IPO dilaksanakan. Ketika IPO, jangan harap investor local atau orang awam bisa mendapatkan jatah sesuai permintaan. Penjatahan diatur oleh Fund Manager untuk sekedar meyakinkan saham di beli oleh investor retail. Padahal sebagian besar saham sudah dikuasai oleh investor abal abal yang terhubung dengan group konspirasi ( agent dari investor asing ).

Kita ambil contoh soal KS , harga perdana Rp. 850 perlembar dengan total saham dilempar sebanyak 3,15 milyar atau senilai Rp. 2,975 Triliun. Bayangkan kalau saham yang dikuasai oleh group konspirasi ini sebesar 40% saja dengan kenaikan harga saham sebesar Rp. 500 ( sesuai kesepakatan dengan investor asing ) maka uang yang masuk kedalam kantong group konspirasi ini bisa mencapai.Rp. 1,2 triliun. Dahsyat, kan.! Hanya modal konspirasi , procedure legal terlewati dengan apik , uang cash masuk kedalam para anggota konpirasi. Kalau sampai tercium konspirasi busuk maka tidak akan bisa dibuktikan secara hukum sebagai tindakan criminal Karena tidak ada uang negara dirugikan. Dan lagi semua dilakukan lewat standar aturan bursa yang berlaku. Meragukan bursa akan menimbulkan efek sistemik. Ini akan berujung pada X fle. Sama dengan kasus Indosat.

Dengan itu semualah dana politik dikumpulkan untuk menjadi amunisi bertarung dalam pemilu yang akan datang. Uang ditebar untuk rakyat yang bodoh dan tolol agar kembali memilih mereka. Itulah cerita tentang teman yang kaya raya ,yang kerjanya hanya “ngemong orang senayan”. Katanya dia hanya dapat fee sebesar 2%. Hitunglah berapa dia dapat ? Ini cara mudah untuk kaya raya di era system yang brengsek, ya kan.

No comments:

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...