Tuesday, October 19, 2010

Deislamisasi

Usai membaca buku Massa Actie tulisan Tan Malaka pada tahun 1926, WR Supratman terinspirasi hebat untuk menulis lagu tentang Indonesia merdeka. Dalam buku itu Tan menulis dalam bab “Khayalan Seorang Revolusioner“ tulisannya : Di muka barisan lascar, itulah tempatmu berdiri..Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra tumpah daranya”. Pada Sumpah Pemuda 28 0ktober 1928, lagu Indonesia Raya pertamakali dikumandangkan oleh seluruh pemuda Indonesia untuk mimpi tentang Indonesia yang merdeka dan bersatu. Kita memperingati Sumpah Pemuda secara nasional. Kita mencatat WR Supratman sebagai penulis Lagu Indonesia Raya, lagu nasional kita tapi kita lupa inspirasi lahirnya lagu itu. Ketika panah melesat, kita hanya melihat mata sang pemanah dan panah yang melesat. Kita sering lupa siapa yang menggerakan mata dan tangan untuk memanah. Sejarahpun melupakan Tan sebagai pendukung Pan Islamic. Kecuali dia tak lebih hanyalah komunis.

Kembali ketika sejarah mencatat tanpa lekang tentang sumpah Pemuda sebagai kelanjutan dari pencetus kebangkitan nasiona 1908. Padahal jauh sebelum Sumpah Pemuda itu digelar, atau 12 tahun sebelum itu ditahun 1916 , telah diadakan Central Sjarikat Islam dalam national Congres Central Sjarikat Islam pertama yang diadakan di Bandung. Tapi ini tidak pernah dicatat dalam sejarah sebagai awal kebangkitan nasional. Dalam buku Sedjarah Pergerakan RakyatIndonesia, Mr. A.K. Pringgodigdo menulis bahwa kenyataannya sampai dengan kongres Boedi Oetomo di Solo tahun 1928, Boedi Oetomo tetap menolak pelaksanaan cita cita persatuan Indonesia. Gagasan yang dicanangkan Dr. Soetomo pada tahun 1908 ( Boedi Oetomo) tak lebih merupakan perserikatan kejawen untuk menerapkan ajaran kedjawen atau djawanisme yang bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan Boedi Oetomo dalam tulisannya di Media Djawi Hisworo berani menghina Rasullullah.

Kita mencat dalam sejarah bahwa hari pendidikan Nasional diambil dari hari lahir Ki Hadjar Dewantara, pendiri taman siswa pada tahun 1922. Padahal ini tak lebih adalah perkumpulan Kebatinan Seloso Kliwon. Tapi anehnya hari lahir KH Achmad Dachlan pendiri Perserikatan Muhammdiyah pada tahun 1912 atau sepuluh tahun lebih awal dari berdirinya Taman Siswa , tidak pernah ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional. Padahal perguruan Muhammdiyah sampai kini masih exist dan terus berkembang sebagai provider pendidikan disetiap jenjang dan disetiap pelosok tanah air. RA Kartini yang kita catat dalam sejarah sebagai pencetus emansipasi wanita tak lebih hanyalah orang menulis dalam kegalauannya ditempat gelap dan tak kuasa menolak untuk dijodohkan dengan pria pilihan orang tuanya.. Tidak ada karya nyatanya untuk emansipasi wanita tapi Nyai Achmad Dahlan sebagai pendiri Aisyiah ( pergerakan kaum wanita dibidang social dan pendidikan ) yang sampai kini buah karyanya masih kita rasa tidak pernah dicatat dalam sejarah nasional.

Merah Putih adalah bendera nasional kita. Bendera pusaka kita. Tapi banyak orang lupa bahwa tanpa keterlibatan ulama dari sejak awal pembentukan republic ini, tak mungkin ada merah putih, Karena budaya merah putih berasal dari bendera Rasulullah. 68 Batalion sebagai cikal bakal TNI adalah bekas PETA dan sebagian besar dari mereka adalah ulama dan para alumnus santri. Karena diplomasi politikus dimeja perundingan gagal mendapatkan hak pengakuan kedaulan Indonesia secara utuh maka pada tahun 27 desember 1949 atau empat tahun setelah prokmasi kemerdekaan, Indonesia menerima sebagai negara RIS ( Republik Indonesia Serikat). Sebagai taktik untuk kemenangan Imperilais dalam politik adu domba. Namun berkat Muhammad Natsir sebagai PM yang juga intelektual islam, ulama dan politikus berhasil membubarkan RIS dan kembali kepada NKRI. Natsir tidak dicatat dalam sejarah sebagai pemersatu bangsa. Bahkan dizaman Soekarno dia penjara dan era Soeharto dia dikucilkan.

Apa yang terjadi dari masa kemasa tentang bangsa ini ? tak lebih adalah upaya tanpa lelah untuk melakukan deislamisasi. Satu upaya untuk mengikis habis jejak sejarah para ulama dan santri untuk berdiri republic ini. Padahal Douwes Dekker pernah berkata “ Jika tidak kerena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme dikalangan bangsa kita mengalami kemusnahan. Keadaan desilamisasi itu, sampai kini terus berlangsung. Ulama dipenjara , para santri dicurigai. Ini membuktikan satuhal bahwa kezoliman imperialisme tak hilang walau orang berkulit merah telah hengkang dari negeri ini. Selagi kezoliman itu tetap ada maka selama itupula deislamisasi terus akan berlanjut dan neocolonialisme terjadi dikeseharian kita sebagai bangsa. Bangkitlah wahai pemuda. Bangkitlah...bentangkan perjuangan , ayunkan langkah agar rahmat Allah sampai …

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...