Monday, January 5, 2009

Percaya...

Islam tak pernah membenci kaum yahudi. Ketika Nabi menyembelih Kambing dan mengupas seluruh kulitnya. Dagingpun dibaginya kepada seluruh tetangganya , termasuk orang yahudi. Inilah ujud toleransi Islan kepada orang yang berlainan agama. Dalam Islam tidak ada paksaan beragama. Orang yahudi hidup damai dan terlindungi ketika itu walau Kekuasaan ada tangan Nabi dan umat islam. Namun tetap saja orang yahudi itu tidak pernah menerima baik perlakuan baik umat islam. Sehingga Allah berkata “ ….Inilah kamu! Kamu kasih kepada mereka, padahal mereka tidak kasih kepada kamu. “ (QS Ali Imran 119). Selama 80 tahun Yarusalem menjadi kota yang damai bagi semua pemeluk agama ketika islam berkuasa.

Sejarah mencatat betapa kelompok yahudi tidak pernah berterimakasih dengan segala kebaikan umat islam. Padahal kecintaan umat islam kepada yahudi didasarkan oleh kecintaan kepada Allah dan berharap agar mereka juga merasakan nikmat islam namun mereka tak pernah menyambut kecintaan itu “ ..dan kamu beriman kepada (isi) kitap semuanya….( QS. Ali Imran 119) Bagi kita taurat dan injil ataupun zabur , sama semuanya, sama kita imani bersama Alquran. Tapi merek tidak !”

Pada era sekarang yahudi tidak lagi dalam bentuk ras atau kaum tapi sudah menjadi isme dengan ciri sama atau tak ada bedanya. Yahudi sudah menjadi pola berpikir orang modern. Money is the king. Ciri mereka adalah suka sekali merugikan citra islam, dan berusaha membuat tesis yang menyudutkan keberadaan Islam, yang anti pluralisme, pencipta terror dan lain sebagainya. Anehnya , banyak umat islam tertipu dengan isme yahudi ini dan berusaha ikut meminggirkan islam.. Atau ada juga yang berkiblat kepada kaum pemikiran yahudi karena ingin menjatuh rezim yang berkuasa.

Ketika zaman kolonialisme dulu, para sultan atau raja yang melawan belanda acapkali jatuh kerena pengkiantan orang terdekatnya yang membocorkan semua hal tetang kelemahan raja atau sultan. Tujuannya adalah untuk berkuasa. Dizaman khalifah Al Muktasim, Wazir Besar Kerajaan Bani Abbas membuka rahasia kelemahan kerajaanya sendiri kepada bangasa Tartar, karena bencinya kepada khalifah dan ingin berkuasa. Soekarno jatuh karena kelompok islam yang begitu percaya dengan AS dan Barat untuk bersama sama menjatuhkan rezim Soekarno dan akhirnya yang berkuasa tetaplah isme yahudi. Juga ketika menjatuhkan rezim Soeharto, umat islam ( LSM dan intelektual ) begitu percayanya dengan jargon demokrasi barat dan AS. Soeharto jatuh namun pemikiran yahudi semakin subur saja di era reformasi.

Mengapa kita umat islam dari zaman kezaman selalu tertipu ? Hingga nasip kita selalu jadi bulan bulanan isme yahudi itu. Mungkin kita bangga karena Allah telah memuji sikaf toleransi itu’ Inilah kamu “ Ketahuilah sikap toleransi itu harus diikuti oleh sikaf Amar Ma’ruf nahi Munkar. Aqidah harus dijaga. Kebenaran, kebaikan dan keadilan harus diperjuangkan dan ditegakan dimuka bumi. Tapi karena aqidah sudah kosong, agama hanya tinggal pada nama, sehingga tidak ada getaran sedikitpun ketika ketidak adilan terjadi dimana mana, bahkan berkat didikan barat dikampus kampur terkenal di AS telah membuat umat islam merasa bangga dan mencela cela kehidupan agamanya sendiri sebagai biang kemunduran, fanatisme, anti plurarisme dan lain lain.

Ketika kita mendengar seseorang mau jadi pemimpin dan akhirnya terpilih sebagai pemimpin, kita bertanya tanya " Islamkah dia ? Kalau iya Islam maka kitapun percaya. Bahwa kita akan mendapatkan kemajuan. Kita diminta untuk bankit dan maju bersama namun pada waktu bersamaan kebenciannya kepada islam sudah terbentuk. KIta ditipu dengan jargon peace , freedom and equality. Kemudian kita sedih karena harapan hampa. Kita kecewa. BIla besok ada lagi pihak yang mengaku islan manawarkan janji dan harapan untuk menjadi pemimpin maka kitapun tetap pecaya dan berharap...Untuk kembali ditipu. Semoga umat islam sadar untuk merapatkan barisan dan hanya percaya kepada Alquran dan hadith untuk keselamatan dunia dan akhirat.

1 comment:

Anonymous said...

KERAKYATAN YANG DIPIMPIM OLEH HIKMAH....

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Kalau dicari asa-usul kata ”hikmat” maka kata-kata tersebut berasal dari bhs Arab ”hikam, hakim”. Dan kalau boleh disimpulkan, maka hikam di sini adalah Al-Qur’an yang merupakan PEDOMAN. Sehingga jika pedoman ini dipegang teguh, maka kita menunggu qada dan qadarnya Allah yang akan berlaku . Jika Allah berkehendak Allah akan mengajari manusia (bukan hanya Rasul) ma lam ya’lam (surat Al-Alaq 3,4,5)...atau man amalan amilin farasallahu malam ya'lam Jadi manusia-manusia pilihan inilah yang seharusnya kita jadikan PETUNJUK. Timbul pertanyaan ...bagaimana kita mengetahui dan mengenalnya..? Kita perlu dan harus mencari baina (perantara) untuk mengukuhkannya..sehingga kita sampai pada pemahaman apa itu arti…Alif Lam Mim . Dza likal kitabula roiba fihi hudallilmuttaqin (surat Al-Baqarrah 1,2) Bahwa benar manusia tersebutlah petunjuk yang bijaksana (fathanah) yang akan menuntun ke jalan shiratal mustaqim. Shiratal ladzina an’am ta alaihim..(al-fatiha)

Masa depan IKN?

  Jokowi mengatakan bahwa IKN itu kehendak rakyat, bukan dirinya saja. Rakyat yang dimaksud adalah DPR sebagai wakil rakyat. Padahal itu ini...