Thursday, March 20, 2025

Biarkan Bursa dengan logikanya sendiri.

 




Memang rakyat jelantah yang gaji dibawah Rp. 7 juta/bulan engga mungkin masuk pasar modal. Apalagi rakyat di pedesaan. Data investor di BEI  per 25 september 2024, ada 6.001.573 single investor identification (SID). Kalau dibagi dengan jumlah penduduk hanya 0,022%. Investor yang main di bursa itu termasuk komunitas elite. Mereka bukan hanya dituntut tersedianya  modal untuk berinvestasi, tetapi juga harus punya kekayaan literasi tentang stock market dan makro ekonomi. 


Arsitektur ekonomi terbuka itu terdiri dari Pasar modal, Pasar uang, Pasar komoditi. Ketiga pasar itu terhubung dengan pasar international, dan bekerja dengan standar keterbukaan yang ketat. Walau investor asing hanya 0,27% dari SID namun mereka menguasai 48,5% kepemilik saham yang beredar di bursa.  Artinya penguasa BEI adalah asing. Itu significant sekali. Mereka ini sangat ahli menilai dan menganalisa kondisi makro ekonomi kita dan tentu tidak mudah terpengaruh dengan retorika politik.


Berlaku hukum besi di Bursa. Kalau kinerja makro ekonomi buruk, kinerja emiten buruk, ya mereka sell down. IHSG jatuh. Tetapi kalau kinerja emiten bagus, fundamental ekonomi solid maka pasar modal akan menjadi financial resource bagi dunia usaha untuk melakukan ekpansi dan sekaligus alternatif investasi bagi mereka yang tidak berbisnis real untuk menikmati pertumbuhan dunia usaha lewat passive income. Inklusif keuangan terbuka lebar dengan lahirnya beragam produk investasi linked dengan bursa saham seperti reksadana, Repo  dan lain lain. 


Artinya semakin bergairah pasar modal, semakin sehat ekonomi negara. Sebaliknya semakin buruk Index Bursa semakin buruk perekonomian nasional. Memang tidak ada ekonomi negara yang terus stabil. Bahkan negara super power seperti AS. China dan Eropa tidak stabil. Dunia akan terus menghadapi imbalance akibat hukum demand and supply. Makanya pasar selalu volatile. Justru karena volatile itulah yang membuat peluang cuan terbuka lebar. Terutama bagi investor sophisticated.


Mengapa ? dengan sistem yang terbuka, tidak ada data yang bisa disembunyikan. Semua kemungkinan bisa dihitung dengan ekonomi quantitative. Akan selalu ada investor yang berani membeli masa depan pada harga hari ini yang jatuh.  Itu biasa saja.  YMP Prabowo pernah berkata bahwa, dirinya tampak tidak peduli jika IHSG terus turun karena dirinya pun tidak memiliki satu pun saham. Menurut saya ada benarnya. Biarkan pasar bekerja dengan logikanya sendiri. Jangan intervensi. Misal, Izin buyback saham tanpa RUPS, itu akan berdampak loss of market confidence.


Yang penting pemerintah focus aja memperbaiki makro ekonomi dan memperkokoh fundamental ekonomi dengan memperkecil defisit lewat peningkatan penerimaan pajak. Efisiensi total dengan menurunkan ICOR lewat efektifitas pemberantasan korupsi. Suka tidak suka, likuiditas APBN selama ini dibiayai dari utang dan itu karena kita menganut sistem ekonomi terbuka. Artinya kalau sampai sekarang Pemerintahan masih efektif, itu karena pasar masih trust. Jaga itu dengan baik… dengan jadikan IHSG sebagai acuan untuk berbenah,


No comments:

Pemerintah jujur aja..

  Data yang dirilis Kemnaker pada Januari   2025, mencatat jumlah PHK sepanjang 2024 hanya mencapai 77.965 orang. Pemerintah keliatan agak p...